S.M~3

179 22 0
                                    

Setelah melakukan perundingan selama hampir satu jam. Taavi dan Shoan memutuskan kalau Hugo tak perlu membuang-buang waktu lagi.

Jadi keesokan harinya, atau lebih tepatnya hari ini, Hugo harus langsung menyatakan cintanya kepada Ardan di depan teman-teman sekelasnya. Agar dia segera mendapatkan kepastian akan perasaan cintanya.

Dan berkat saran dari Shoan yang meyakini kalau udara pagi selalu membawa aura yang sangat positif, karena saat itu semua orang masih memiliki banyak energi setelah beristirahat selama semalaman penuh, Hugo berencana akan menembak Ardan pada pagi ini.

Makanya, sekarang di lingkungan Sekolah SMAN 07 menjadi sedikit riuh daripada biasanya, karena orang-orang banyak yang tercengang saat melihat Taavi, Hugo dan Shoan tidak datang terlambat seperti biasanya.

Tepat pukul enam lewat sepuluh menit, ketiga teman satu geng dan satu kelas itu sudah sampai dan merokok dengan santainya di parkiran tempat biasanya Ardan memarkirkan motornya.

Sebenarnya sih datang lebih awal ke sekolah bukanlah hal yang sulit bagi ketiganya. Karena mereka bertiga memang sudah terbiasa berangkat pagi-pagi dari rumahnya.

Hanya saja bukannya langsung masuk ke lingkungan sekolah, mereka bertiga malah nongkrong dan sarapan di warungnya "Bik Min" sambil menunggu bel berbunyi.

Dan seperti motto hidup Taavi yang ingin sedikit nakal supaya hidupnya lebih bergeronjal, mereka baru akan masuk ke sekolah saat gerbangnya sudah di kunci oleh guru BP.

Ya, itulah alasan sebenarnya mengapa mereka selalu datang terlambat. Mereka tak perduli meski orang-orang yang tidak tahu sering mengira kalau mereka bangunnya selalu telat.

.

.

.

.

.

Setelah menghabiskan sepuntung rokok sambil menunggu selama kurang lebih lima belas menit lamanya di area parkiran, akhirnya mereka melihat motor yang dikendarai oleh Ardan nampak mulai memasuki pekarangan sekolah.

Deredeg... Deredegdegdegdegdegdeg...

Rokok kedua yang tadinya baru tersemat di belah bibir Hugo, seketika terjatuh ke tanah saat debaran di jantungnya yang disebabkan oleh eksistensi Ardan, menjadi semakin menggila.

Apalagi saat Ardan semakin mendekat dan terlihat mengerutkan keningnya karena merasa ketiga teman barunya yang badung itu menempati tempatnya biasa memarkirkan motor.

Keberanian Hugo yang kemarin telah di latih oleh Taavi dan Shoan selama berjam-jam, dan juga telah dipupuk serta dikumpulkan dengan susah payah oleh Hugo selama semalam suntuk,

Seolah lenyap begitu saja dan malah berganti dengan rasa takut akan di marahi ataupun di tolak oleh Ardan.

"Oh... Man! Gue gugup banget." Bisiknya lirih pada kedua sahabatnya yang langsung di sambut dengan tatapan penyemangat dari keduanya.

Di sisi lain, karena Taavi dan teman-temannya tak kunjung menyingkir juga dari lokasi itu meskipun Ardan sudah hampir sampai disana, Akhirnya Ardan mengalah.

Dengan sedikit rasa kesal yang terlihat jelas di wajahnya, Ardan berbelok untuk memarkirkan motornya ke tempat lain tanpa menyapa pada Taavi dan teman-temannya.

Tapi tentu saja hal itu tidak bisa membuat ketiga remaja badung yang sudah menunggu kedatangan Ardan sedari tadi jadi menciut dan mengurungkan niatnya.

Bagi mereka yang merasa sudah lebih mengenal karakter Ardan beberapa waktu belakangan ini, mereka yakin kalau keacuhan Ardan pada mereka saat ini hanyalah bentuk rasa protesnya pada ketiga temannya yang sudah menghalangi Ardan memarkirkan motor.

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang