S.M~1

693 42 21
                                    

Kriiiingg...

Saat terdengar bunyi bel nyaring yang panjang di hampir seluruh pelosok Sekolah Menengah Atas Negeri 07, semua siswa yang belum masuk ke kelasnya berbondong-bondong saling berebut untuk menuju ke kelasnya masing-masing.

Tak terkecuali seorang laki-laki manis yang kebetulan hari ini datang lebih terlambat daripada biasanya. Itu semua karena semalam dia keasyikan main game hingga dini hari.

Padahal biasanya dia datang di saat teman-teman sekelasnya belum pada datang. Tapi hari ini mungkin dirinya akan menjadi orang yang terakhir masuk kedalam kelasnya.

"Hah!! Sialan!!" Hanya kata umpatan yang tertuju pada dirinya sendiri lah yang terucap dari belah bibir ranumnya, setelah dia berhasil memarkirkan motor matic nya dengan sempurna.

Lalu dia pun berlari dengan kecepatan penuh menuju ke kelasnya yang kebetulan berada di deretan paling ujung dari lorong dekat parkiran itu.

Untung saja sekolah itu bukanlah sekolah yang peraturannya sangat ketat dan pintu gerbangnya akan langsung di tutup saat bel pertama kali berbunyi.

Biasanya gerbang disana baru akan di tutup sepuluh menit setelahnya. Karena sekolah itu bukanlah sekolah unggulan di kotanya.

Sekolah itu hanyalah sebuah sekolah yang prestasinya masih biasa saja karena selain letaknya yang sedikit terpelosok. Sekolah itu juga baru berdiri beberapa tahun belakangan ini.

Jadi meskipun tadi dia sampai di depan gerbang tepat setelah bunyi bel berakhir, dia hanya mendapatkan tatapan keheranan dari sang guru BP yang sudah berjaga untuk menunggu para siswa yang telat datang.

Sepertinya sih beliau bertanya-tanya dalam hati. "Tumben banget anak ini datangnya lambat?"

Karena hampir seluruh siswa, guru dan pegawai di seantero sekolah itu mengenal remaja manis itu, selain karena rupanya yang menawan, prestasinya yang cukup cemerlang, sikapnya juga baik tanpa catatan merah sekalipun.

"Hehe... Pak..." Hanya cengiran tanpa dosa dan sebuah sapaan hormat seperti itulah yang dia berikan pada guru BP nya itu, sambil memelankan laju motornya saat melewati beliau.

Sebenarnya sih dia tidak begitu perduli meskipun dia akan mendapatkan sebuah catatan merah jika datang terlambat.

Hanya saja dia malas, kalau harus di hukum membersihkan rumput di lapangan sekolahnya selama setengah jam pertama. Karena dia benci terik matahari yang bisa membakar kulit putih mulusnya.

Yah bisa dibilang, remaja manis ini cukup mengetahui daya tarik dirinya yang memang di atas rata-rata. Dengan tubuh tinggi, langsing semampai, kulit putih, mulus, bersih tanpa cacat, wajah tampan rupawan, dan di sempurnakan juga dengan otak yang cukup cerdas.

Tapi meskipun begitu, sekalipun dia tidak ingin dan belum ingin berpacaran. Karena bagi dirinya yang mempunyai cita-cita ingin memperbaiki perekonomian keluarganya yang pas-pasan kalau sudah lulus sekolah, berpacaran hanya akan membuang-buang waktu berharganya.

Makanya tak jarang jadi banyak remaja pria maupun wanita yang berakhir kecewa, setiap kali habis menyatakan cinta padanya. Sampai-sampai dia terkenal dengan sebutan "Mawar Berduri"

Sangat disayangkan memang. Tampilannya yang sangat rupawan itu harus terbuang sia-sia, karena ketajaman duri yang mengitari tangkainya.

"Sungguh tak tergapai. Entah siapa nanti yang akan beruntung mendapatkannya?"

Tak jarang juga terdengar kalimat seperti itu terlontar, tiap kali dia melewati segerombolan siswa yang sedang duduk menghabiskan waktu istirahatnya bersama.

Sweet Mischief (End)Where stories live. Discover now