perubahan sifat boss

12 11 0
                                    

       Bab 2 : perubahan sifat boss

"Nadin...!!!" seru suara di sambungan telpon
"Iya pak " jawab ku terbata
" Dimana kamu sekarang..??" dengan suara khasnya pak boss
"Ya di rumah pak, ini kan juga sudah malam mau di mana lagi kalau tidak dirumah"
"Ok, lima belas menit lagi saya sampai di rumah kamu" perkataan pak bos buat lupa akan rasa lapar ku.
"Apa pak, kemana ada apa ?" tanya ku kebingungan

Tuuttt tutt tutt

Suara sambungan telpon terputus...
Aku masih saja mematung dengan perkataan pak bos untuk apa dia ke rumah ini, mau ngapain dan ada perlu apa. Kena angin apa dia.
Ketukan pintu membuyarkan semua lamunan ku.

Tok tok tok

"Astagaaa,.. Pak bos serius dengan omongannya" masih dengan kebingunganku, melihat sekitar ruangan ku lumayan terlihat rapi, kuperhatikan lagi diriku sendiri di cermin terlihat ya lumayan berantakan. Kurapikan rambut dan wajah ku agar tak terlihat begitu kusut dan aku pun membukakan pintu.
Pak bos langsung nylonong masuk dan duduk tepat di mana aku menyajikan makanan ku yang gagal aku makan tadi.
Aku pun mengikutinya untuk duduk berhadapan dengannya.
"Ada apa ya pak, kok tumben sekali bapak datang kerumah saya malam-malam begini lagi" beranikan bertanya pada atasan ku itu, walaupun sebenarnya ada rasa takut juga. Tapi tak apalah daripada diam-diam bae gak ada yang membuka suara,malah terlihat canggung dan aneh nantinya.
"Baru mau makan kamu jam segini" pertanyaan pak bos yang buat aku tambah merasa aneh.
" iya pak" jawab ku singkat
"Boleh saya ikut gabung untuk makan" astagaaaa ini apalagi tuhan bathinku. Ada apa sama atasan ku satu ini kenapa tiba tiba saja dia bersifat aneh begini.
"Oh boleh pak kalau bapak mau gak apa apa silahkan"
"Ok kita makan bareng-bareng saja dulu baru nanti saya bicara" perasaan kenapa jadi seperti aneh gini, baru kali ini makan bareng dan semeja sama bos yang terkenal dingin,cuek, dan galak ini. Tapi kenapa sifatnya jauh berbeda kalau di kantor. Makan pun serasa gak makan gara-gara pak bos. Tapi sebaliknya pak bos sangat menikmati sekali makanannya. Sedangkan aku mulut terlihat makan tapi pikiran ntah kemana mana.
Selesai dengan makanan kami pun, pak bos terlihat risau dengan apa yang ingin dia bicarakan.
Aku pun bingung harus bagaimana, ingin membuka suara terlebih dulu tapi bingung apa yang harus aku omongin. Sedang pak bos masih terlihat berfikir untuk bebicara.

"Nadin,boleh saya bicara serius dengan kamu..?" dengan penuh keseriusan di wajah pak bos dia membuka perbincangan ini.

"Iya pak ada apa ya sebenarny, apa bapak ingin ganti sekertaris kah atau ingin memecat saya" tanya ku penasaran

"Nggak lah ngapain saya mau pecat kamu atau ganti sekertaris toh selama ini kerja kamu cukup bagus, bukan itu yang ingin saya sampaikan ke kamu tapi ada hal lain yang lebih mengganggu saya" jawab pak bos sedikit emosi.

"Ok, pak kalau bukan itu terus apa dong pak" seperti tak sabar aku mengetahui apa yang di mau pak bos sebenarnya.

"Gini lhoo din, siang tadi saya menemui direktur dari beauty expo ya seperti yang kamu ketahui sendiri sebenarnya pertemuan itu seperti perjodohan antar perusahaan,
Tapiii... Saya keberatan dengan itu" pak bos memberi penjelasan kepadaku.

"Terus pak apa ada sangkutannya sama saya ya"

"Ya gak ada, cuma saya mau kamu membantu saya di dalam masalah ini"

"Membantu apa pak, jika saya bisa membantu pasti saya bantu pak" jawab ku seakan aku siap untuk apa saja, walaupun sebenarnya tidak.

"Gini din, Tasya setuju dengan perjodohan ini tapi saya sebaliknya tidak menginginkan perjodohan ini jadi saya ingin kamu jadi sekertaris saya sekaligus pasangan pura pura saya, bagaimana din kamu setuju untuk membantu saya kan" perkataan pak bos yang terakhir buat aku pun seakan jantungan sesaat. Bagaimana aku harus menjawabnya coba. Aku masih terdiam dengan kebingungan ku pak bos melanjutkan lagi perkataannya.

"Tenang ndin gak akan cuma cuma kok kalau kamu mau membantu saya, saya akan membayar dua kali lipat dari gaji kamu" hampir jantung aku pun lari keluar gara-gara perkataan pak bos itu. Sebenarnya bukan masalah bayaranya tapi resikonya.

"Kok malah diam ndin, jawab dong"

"Gimana ya pak, ini sebenarnya bukan masalah bayaran ataupun bersedia nggaknya saya,tapi saya lebih berfikir ke resiko nya pak."

"Udahlah gak usah kebanyakan mikir ini dan itu, resiko dan lainya jika terjadi apa apa nanti saya yang bertanggung jawab " jawab pak bos meyakinkan

***

Setelah yakin dengan apa yang aku putuskan pun akhirnya aku setuju dengan ide pak bos. Dan lumayan juga kan bayarannya bathin ku.

"Ok pak saya setuju" terlihat pak bos tersenyum senang dengan keputusan ku.



                       ***
   " Ini adalah Karya pertama ku di wp dan pertama kali aku menulis di sini. Jadi mohon maff atas banyak kekuranganya y man teman"

boss and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang