ia menghentikan isakanya, pandanganya kini beralih kepada ponselnya yang masih pada posisi tergeletak di atas meja. cahya mengambil ponsel itu, ia membuka aplikasi berwarna hijau dan melihat isi pesan yang di berikan pacarnya.

fenrir

weh lah

centang satu

ayangg

memanggil

paniik

panik aseli

ga boong

kok centang satu punyaku di blok ya

ayangg

ternyata fenrir meneleponya dari tadi, dan menypam dia. lagi lagi dia baper, cahya memang gampang baper. kemarahanya kini telahh hilang begituu saja setelah membaca pesan dari fenrir. pipi cahya meronaa karena malu dengan tingkahnya sendiri.

"pansi habis nangis jadi baper gini yaampun cahya" ia merutuki dirinyaaa sendiri, pasti selalu saja begitu, salah sendiri gampang baper.

***

hari telah berganti, cahya bangun pagi pagi untuk mempersiapkan diri berangkat ke sekolah. hari ini sedikit membosankan ia marah dengan mamanya, ia sangat malas dengan irwan yang tak sekalipun memperhatikan cahya akhir akhir ini. itu membuat cahya tidak betah dirumah.

setelah cahya selesai bersiap cahya keluar kamar dan segera memakai sepatunya.

"ca? ga sarapan dulu? mama udah masak buat kamu" suara itu masih terdengar sangat lembut, walau hatinya merasa sedih melihat cahya bertingkah laku seperti mengabaikan dirinya.

cahya sangat marah dengan ibunya tapi, bagaimanapun ia tetap harus menghargai ibunya yang sudah pagi pagi sekali bangun, dan menyiapkan sarapan untuknya.

cahya tidak menjawab perkataan sarla tadi, ia hanya berjalan menuju meja makan untuk sarapan.

sekitar 10 menit cahya selesai sarapan, ia bersalaman kepada sarla, dan tiba tiba ayahnya keluar dari kamar. ayahnya terlihat rapi sekali pagi itu, suatu pertanyaan kini terlontar untuk ayahnya.

'' ayah mau kemana?".

iya cahya memberanikan diri untuk membuka suara, karena memang sudah lama sekali cahya tidak berbicara dengan pria itu.

"bukan urusan kamu" ucapan irwan sangat membuat hati gadis itu seperti membeku.

bagaimana mungkin ayahnya yang dulu memperlakukan ia dengan penuh kasih sayang, sekarang menjadi sosok yang tidak peduli dengan keadaanya. bahkan sudahh tidak pantas disebut sebagai ayah dan anak.

gapapa ca lo masi punya fenrir, dia pengganti ayah lo ngga usah khawatir batin cahya menghibur dirinya sendiri.

dia berusaha menghibur dirinya dengan batinya, sarla yang melihat hal itu sangat mengerti perasaan cahya, tapi sarla hanya bisa diam. sarla takut kalau berbicara sedikitpun nanti akan menggugah emosi cahya.

cahya menatap ibunya sekejap dan mengatakan bahwa dia akan berangkat sekolah. sarla mengangguk tidak sambil tersenyum kepada gadis itu.

***

hari ini cahya tidak berangkat sekolah bersama atika, karena pagi ini dia sedikit terlambat jadi dia menyuruh atika untuk berangkat terlebih dahulu. cahya kasihan, atika ikut diomeli gurunya karena sering berangkat terlambat karena menunggu cahya.

baru saja cahya datang ke kelas, dia sudah terkena semburan guru bahasa indonesia.

"kenapa datang terlambat?" ucap bu rika, yang tak lain adalah guru bahasa Indonesia.

"kesiangan" jawab cahya dingin.

teman temanya menatap cahya bingung, kenapa dia tak seceria biasanya? kenapa jadi seperti ini? masalah apa yang menimpa dia kali ini?. pertanyaan demi pertanyaan, kini muncul di benak teman temanya akan tingkah cahya pagi ini.

"kamu berdiri di depan kelas sampai pelajaran saya selesai" nada bicara bu rika meninggi, ia sangat jengkel dengan jawaban cahya yang sangat enteng.

cahya malas berdebat pagi ini, pikiranya membuat dia gila. gila akan segala hal terutama gila akan fenrir yang selalu membuat detak jantungnya berdegup kencang.

***

cahya berjalan jalan menyusuri koridor sekolah, ia sangat bingung dengan orang orang yang menatapnya. apa ada yang salah denganya? kenapa mereka menatapnya seperti itu?.

"berhenti natap gue kaya gitu, cantik banget ya gue sampe lo natap gue terus?" ucap cahya kepada salah satu siswi perempuan yang menatapnya bingung.

tapi siswi itu tidak marah, dia sudah terbiasa dengan sikap cahya yang berubah ubah seperti ini.

tiba tiba seseorang berlari kearahnya dan menepuk pundak kiri cahya.

"ca kantin yuk, ada cogan loh ca" yaa orang itu atikaa, sahabat cahya yang paling ngeselin.

"sendiri aja, gue lagi mles ke kantin" jawaban cahya sangat jutek, benar benar ini bukan cahya yang mereka kenal.

kok gue hari ini ngerasa beda ya sama fenrir batin cahya.

cahya segara menepis kalimat yang ada di benaknya, ia hanya ingin tenang sekarang. karena sedari tadi cahya hanya berjalan jalan saja, kini cahya memutuskan untuk masuk ke kelas.

"ca kenapa?".

"ca ada masalah ya? berat banget ya?.

"iya ca lo ga kya biasanya".

"bahkan gue yang sahabat deketnya aja ga dikasih tau" ucap atika.

masih sempat sempatnya mereka menanyakan hal yang beruntun seperti ini. memangnya mereka tidak tau bahwa hari ini cahya sedang tidak ingin di ganggu.

cahya terdiam, cahya tidak menjawab pertanyaan mereka. walaupun mereka teman cahya, tapi cahya juga harus punya privasi untuk dirinya sendiri, tidak harus semua masalah harus diceritakan kan? memangnya semua masalah akan selesai jika diumbar umbar?, memangnya masalah tidak akan datang lagi setelah kita mengatakan kepada orang orang?, sebenarnya mereka hanya ingin tau, bukan peduli. lantas kenapa kita masih membutuhkan waktu mereka untuk tempat bercerita kita?, jika dipikir pikir lebih nyaman di pendam sendiri dan mengungkapkan kepada seseorang yang benar benar kita percayai bukan kita saja tapi hati kita juga. karena yang mengerti diri kita adalah kita sendiri.

"bisa ngga usah nanya? gue lagi pengen tenang'' jawaban ketus dari cahya membuat semua terdiam, teman temanya tau maksud cahya, mereka hanya mengangguk dan kembali kepada aktivitasnya.

ternyata mempunyai banyak teman yang hanya berpura pura peduli itu sangat tidak mengenakan, mereka seperti pengecut yang hanya ingin tau permasalahan orang lain batin cahya menggerutu lagi.

tapi ntah kenapa cahya hanya percaya kepada pacarnya sekarangg, dia bahkan seyakin itu fenrir akan mengerti semuanyaa, ini seperti mimpi. bagaimana mungkin ragunya dan traumanya bisa hilang begitu saja hanya dengan omongan manis laki laki itu.

memang benar cahya sudah mencintai fenrir, ragu itu menjadi lenyap seketikaa, ntah karena ia benar benar merasa mencintai fenrir, atau karena ia saat ini hanya merasaa bahwa itu hanya perasaanya sekarang yang sedang tidak karuan.

ntahlah sepertinya itu semua bisa dipikirkan lain waktu, cahya sangat pusing hari ini.

TENTANG KITAWhere stories live. Discover now