13. Trauma Yang Kembali

120 14 0
                                    

-Happy Reading-


















































Malam kini jadi satu-satunya tempat para pikiran negatif berkelana, membumbung tinggi tidak terhingga.

Entah pikiran tentang hidup, masa depan, serta apa yang ada di diri sendiri.

Begitu pula dengan Azka sekarang, duduk di balkon kamar menatap hamparan luas nabastala yang kini dipenuhi rasi dari berbagai konstelasi.

Cukup kesal karena perkemahan kali ini kelas 3 tidak diizinkan untuk ikut. Padahal keinginan untuk ikut serta sudah membumbung tinggi bahkan sebelum kabar disebarkan.

Hanya dari kata ke kata para akun gosip Atmaja, berharap kelas akhir diikut sertakan. Dan ternyata, seperti ini cara main nya.

"Azka". Panggilan lembut mengalun bersama pintu yang terbuka lebar.

Sang empu nama yang dipanggil mungkin terlalu asik dengan lamunannya, jadi tidak mendengar.

Apalagi ini kuping nya disumpal headset.

Ibu dari Azka dan Bima itu kini mulai melangkah masuk ke dalam kamar anak tertua.

Karena pintu pembatas yang transparan jadi sosok gagah Azka yang duduk bersandar di balkon itu mudah untuk terlihat.

"Azka". Panggil Bunda Kirana.

Mencabut benda yang ada di telinga anak pertamanya ini.

"Eh, Bun. Kaget aku!!".

"Lagian pakai begini jadi ngak denger kan dipanggil. Mana ngak ada musiknya". Ujar Bunda.

"Hehe, nyaman aja gitu Bun".

Bunda hanya berdehem, menggelengkan kepala lalu ikut duduk di samping Azka.

"Ngak usah ikutan disini Bun. Dingin".

"Ngak papa, kamu pikir Bundamu ini orang lemah?".

Terkekeh sebentar lantas Azka beranjak kembali masuk ke dalam kamar.

"Mau kemana?". Tanya Bunda.

"Bentar Bun". Ujar Azka, membuka lemari guna mengambil jaket denim miliknya.

Memakaikan jaket itu pada Bundanya, tubuh yang tetap langsing tersebut kini tenggelam oleh jaket Azka.

Bunda hanya tersenyum tipis menatap lekat garis wajah yang merupakan hasil cetakan mendiang sang suami. Mengusap pipi tirus namun tegas milik Azka.

"Makasih anak Bunda".

"Sama-sama Bundanya Azka".

Sikap manis keduanya yang seperti inilah yang terlihat oleh orang lain diluar sana mengira bahwa keduanya nya adalah pasangan kekasih padahal Ibu dan Anak.

"Kaki nya lurusin Bun".

"Buat?".

"Biasa". Mengerti dengan kata 'biasa' yang terlontar Bunda hanya menurut, meluruskan kaki jenjang nan putih miliknya.

SENJA TERAKHIRWhere stories live. Discover now