Chapter 04 || This Weird Little One

21 0 0
                                    



°Selamat Membaca°

Menjelang siang, Aigean hendak penasaran dengan apa yang bibinya tengah lakukan. Ia merasa seperti deja vu, Aigean melihat sepasang gaun dengan pita rambut yang tengah bibinya jahit, mengkilap seperti gaun putri. Aigean takjub, matanya membulat, melihat gaun yang siap ia pakai ketika malam nanti. "Wah, itu untukku!" serunya sembari berlompat-lompat bahagia, kemudian bibi menjawab, "Semangat sekali, sudah tidak sabar ya?" gaun putih vintage itu siap dikenakan langsung oleh Aigean, mengukur postur tubuhnya yang tingginya hanya 148 cm, selepas itu ia melepaskan gaunnya dan membiarkan gaun itu dicuci. Omong-omong.. Sudah 2 hari ternyata, gadis itu tak lupa dengan surat yang ibunya berikan dihari yang lalu. Selembar surat yang telah dijawab setelah 1 hari Aigean mengirimnya.

"Syukurlah, Birmingham tidak apa-apa. Jangan lupa makan dan bermain, aku akan menjemputmu jika kondisinya sudah membaik."

Kemudian gadis itu kembali menutup lembaran kertas itu, ia agak mendongakkan kepalanya setelah menunduk untuk membaca suratnya, ia melihat keluar teras rumah. "Semoga saja cepat membaik," ujar Aigean dengan suara pelan, bibi yang menyadari keponakannya berbicara sendiri pun bertanya-tanya, "Ada apa, tuh?" tanya bibi Helen penuh penasaran dan Aigean pun menoleh lalu kembali menjawabnya, "Tidak, hanya pesan yang ibu berikan tadi," Aigean pun memberikan kertas itu pada bibi, bibi membacanya dari samping hingga sampai bawah pada titik surat itu.

Bibi seolah-olah paham, beliau tersenyum penuh setia.

"Jangan pikirkan soal ini, kau sudah aman," kata bibi merasa jika tempat ini merupakan tempat yang cocok bagi Aigean. Selagi Aigean tak sendirian, itu tak mungkin bisa membuat kondisi mentalnya menjadi bertambah parah. "Lagipula, kami menanggapmu bagaikan anak gadis kami," tuturnya membuat Aigean seolah-olah terkejut, "Wah, bisa seperti itu." lantas Aigean tak merasa kesepian lagi, seseorang yang baik telah mengadopsi dan mengurusnya bak saudara/anak/teman dekat. Gadis itu tersenyum tipis ketika hendak melihat bibinya yang sibuk kembali merajut gaun khususnya. "Mau apa kau melihatku?" tanya bibi, ia menyadari Aigean telah memperhatikannya. Lalu Aigean pun pergi dari atas sofa itu, berjalan menuju belakang rumahnya. Bersama dengan Omar dan Adelio yang asyik bermain petak umpat. Gadis itu tertarik, "Apa yang kalian lakukan?!" tanya gadis itu penuh semangat, Adelio menjawabnya sembari menutup matanya, menghitung angka dari 1 sampai 5 bak permainan petak umpat asli, "Bermain petak umpat, mau ikut?"

"Ohh, permainan itu, kurasa tidak!" balas Aigean menolak secara mentah-mentah. Sesaat, Omar menyarankan adik sepupunya untuk berjalan-jalan disekitar desa, "Ada jalan tembus disana, kalau mau kebawah bukit pergi saja melalui jalur semak-semak itu." Aigean tak percaya, ia membulatkan pupil matanya hingga rasa penasarannya akan jalur itu meluap-luap. "Jalur.."

Ia berjalan pelan-pelan, melangkahnya hingga mencemarkan suara-suara rumput basah yang terinjak. Perlahan bayangan gadis itu hilang dari pengeliahatan Adelio dan Omar. Kedua sejoli itu menyadari adik sepupu mereka seketika menghilang, "Kemana perginya anak itu?" tanya Adelio lalu menoleh kearah Adelio.

Tanpa disadari Aigean telah jauh berjalan melewati jalur yang penuh kabut dan lumut, dan tanpa disadari juga Aigean telah tiba dibawah bukit desa. Sesaat ia tergelincir karena licinnya lumut pada permukaan yang ia injak, sepatunya yang putih menjadi agak kotor, sedikit ada noda kehijauan. "Yuck! menjijikkan!" geramnya penuh rasa jijik dan mual. Lalu, ketika ia menghadap kedepan.

"Wah.."

Apakah ia telah kembali pada bangunan tua itu? seakan-akan Aigean tak percaya jalur misterius itu membuatnya pergi pada bangunan indah ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apakah ia telah kembali pada bangunan tua itu? seakan-akan Aigean tak percaya jalur misterius itu membuatnya pergi pada bangunan indah ini. Gadis itu pun berbenah akan bajunya yang lusuh dan kakinya yang sedikit lecet, ia berdiri sembari membelakangi helai rambut disampingnya. "Fantastis!" takjub Aigean, ia pun berjalan, kembali memasuki bangunan itu dengan penuh rasa berani yang tinggi. Disana justru Aigean menemukan hal-hal yang tak seharusnya ia ketahui, berbagai barang antik, buku, meja, dan bahkan bola dunia yang besar sekalipun. "Kurasa ini perpustakaan," tuturnya menurut opini Aigean. Gadis itu hampir lupa, kemarin malam ketika ia berkunjung; semuanya masih berantakan, kumuh dan terbengkalai. "Siapa yang membersihkan bangunan ini? begitu—"

—HAPPPP, lengan gadis itu dengan cepat ditarik oleh seseorang, Aigean seolah-olah diculik; dirampas dan dibawa pergi oleh orang asing yang tak dikenal olehnya, sesosok orang berjubah putih misterius yang tak memperlihatkan matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—HAPPPP, lengan gadis itu dengan cepat ditarik oleh seseorang, Aigean seolah-olah diculik; dirampas dan dibawa pergi oleh orang asing yang tak dikenal olehnya, sesosok orang berjubah putih misterius yang tak memperlihatkan matanya. Mulut aigean ditutup erat agar gadis itu tak berteriak secara keras-keras dan terdengar oleh orang yang berada diluar perpustakaan tua ini.

Aigean diculik, disembunyikan oleh seseorang yang kini status mereka berada pada suatu ruangan yang amat besar, tepatnya ruangan nomor 12.

"Kau sudah sadar rupanya," ujar si bocah itu. Kini ia membuka jubah putih yang ia kenakan, mirip dengan jubah nenek sihir yang besar. Kalau dilihat jelas, bocah yang menculik Aigean ini mirip dengan bocah yang pernah ia lihat dimimpi sebelumnya. "Kamu.." panggil Aigean pelan, bocah itu pun menyaut serta berbisik, "Ssstt! jangan biarkan orang tahu," katanya dengan sesaat meletakan telunjuknya didepan bibir.

Bocah misterius; berponi hitam nan ikal, tinggi, bermata biru keoranye-oranyean. "Kamu ini bocah yang ada dimimpiku, ya?" tanya Aigean dengan mulutnya yang terbuka, tercengang. Bocah itu tak mengerti apa yang gadis ini maksud, ia kembali bertanya akan mimpi itu, "Mimpi, aku masuk pada mimpimu?"
"Kurasa, aku pernah melihatmu sebelumnya dan.."

Bocah itu menggengam lengan Aigean dan mengajaknya kedepan jendela.

Bocah itu menggengam lengan Aigean dan mengajaknya kedepan jendela

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku.. aku bukan hantu atau bahkan siapapun itu, aku hanya seseorang yang menetap didalam sini,"

"Ya, aku paham. Tetapi, pernahkah kita bertemu sebelumnya? apakah aku tak asing dengan wajahmu itu?" tanya Aigean memastikannya dengan benar.

"Ya, kurasa kita pernah bertemu, sudah puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu." jawab si bocah.

Aigean kaget, "Tetapi aku tak hidup pada ratusan atau bahkan puluhan tahun yang lalu, aku masih remaja." polosnya Aigean, gadis itu mengerti maksud si bocah misterius itu, tetapi bocah itu bersikeras untuk tak membuat gadis ini kebingungan, seperti berbohong akan suatu rahasia yang menyelimutinya, ia tak ingin indentitasnya yang misterius terbongkar oleh gadis kecil seperti Aigean, "Iya! kau dan diriku pernah bertemu sebelumnya, dan itu pada saat aku masih sangat kecil."

Bocah ini siapa sih?



- to be continued..

The Secret of Library [Remake]Where stories live. Discover now