Chapter 03 || Seeing a Strange Guy in the Old Building

21 0 0
                                    


°Selamat Membaca°

Aigean susah tidur, ia bahkan bolak-balik ke dapur terus hanya untuk memakan kue kering yang bibinya buat; entah mengapa Aigean begitu rakus dalam urusan makanan, lantas mengapa seperti serigala yang kelaparan? suara desis keluar dari mulut Aigean yang tengah mengunyah sesuatu, paman Jo yang melihat keponakannya itu pun hendak isang. Paman Jo berjalan pelan-pelan dan lalu, "Haaaa!!" Aigean hampir saja mati, jantungnya ingin terbang. Ada-ada saja paman ini, bukannya minta maaf, justru paman Jo tertawa geli nan terbahak-bahak melihat keponakannya yang kaget. "Buat apa malam-malam ke dapur? nanti perutmu akan jadi seperti Humpty Dumpty!" kata paman Jo sembari memberikan sedikit nasihat, "Aku hanya makan 3, kok!" kata Aigean bersikeras atau ngeyel karena enaknya kue ini sehingga ia tak bisa berhenti memakannya. Paman Jo mengerti maksud gadis ini, lalu disaat itu juga paman Jo berbisik, "Ikut paman," katanya sembari menarik lengan Aigean pelan-pelan, mengapa bisa  gadis itu belum tidur? jelas-jelas Aigean sudah rapih; gadis itu mengenakan gaun tidur berwarna merah muda dengan pita dibagian dadanya. Ada-ada saja, bukannya tidur justru malah makan. "Mau apa?" balas serta tanya Aigean penasaran, paman Jo menutup bibir anak itu dengan telunjuknya, "Ssstt, kau akan melihatnya nanti," bisik paman Jo.

Paman Jo membawa gadis itu menuju balkon rumahnya, mereka menikmati indahnya langit malam dikala beban yang masih Aigean tanggung dan belum sepenuhnya keluar. Unek-unek pada gadis itu sangat banyak, lalu siapakah orang yang bersedia untuk menjadi pendengar setia Aigean? tiba-tiba Aigean sedih, ia cemas akan kondisi neneknya diatas sana. Gadis itu dengan cemas dan polosnya bertanya, "Apakah nenek sudah makan? apakah ia tengah merajut gaun untukku?" paman Jo menoleh kearah gadis pendek itu, ia menggelengkan kepalanya terheran-heran sembari tertawa. "Aigean sadar tidak jika bintang-bintang yang diatas itu merupakan debu nenek?"

"Debu? bagaimana bisa nenek menjadi sebutir debu?" tanya Aigean penasaran, paman Jo mulai menjelaskan apa yang dapat ia simpulkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Debu? bagaimana bisa nenek menjadi sebutir debu?" tanya Aigean penasaran, paman Jo mulai menjelaskan apa yang dapat ia simpulkan. Sebenarnya paman Jo agak berbohong supaya gadis itu tidak memikirkan neneknya lagi, atau terlebih utama trauma akan kematian neneknya. "Nenek sudah meninggal, 'kan?" tanya paman Jo lalu Aigean membalasnya, "Uhm!" paman Jo melanjutkan kata-kata yang hendak ingin ia ucapkan, "Nenek pasti ada diantara bintang-bintang itu, karena.."

Paman Jo menghela nafas.

"—Nenek sudah menjadi debu, debu yang ada diluar angkasa bisa bersinar seperti bintang. Oleh karena itu, pasti nenek adalah sesosok bintang," kata paman Jo dengan suara lembutnya, Aigean merasa tak percaya, "Apakah begitu? buktinya nenek tak lagi kunjung, jika beliau bintang mengapa aku tak bisa melihatnya?" kata Aigean justru menjadi sangat cemas dan terdengar dengan nada yang sangat malas. Paman Jo tak tahu harus berkata apa lagi, ia terdiam sejenak. Lalu paman kembali mengatakan, "Apakah Aigean menyayangi nenek?" tanya paman Jo, Aigean menangguk semangat, ia sangat amat mencintai neneknya. Sepenuh hatinya itu hanya untuk nenek, dan paman Jo lalu kembali mengatakan, "Apakah Aigean menyadari jika nenek ada didalam sini," tutur paman Jo sembari menunjukkan telunjuknya kearah hati atau dada Aigean. Gadis itu justru menunduk dan mengarangkan telunjuknya ke hatinya, "Di.. sini? nenek ada didalam hatiku?" melihat kepolosan gadis cantik ini, paman Jo sesaat terkekeh dan mengacak-acak rambut gadis itu dengan jarinya yang besar. Terlihat jika paman Jo gemas melihat kepolosan Aigean, disaat itulah Aigean menjadi tersenyum, unek-uneknya sudah hampir lepas. Aigean tertawa geli dan kembali melihat bintang bintang dilangit itu dengan tatapan mesra.

"Jika kau merindukan seseorang yang telah meninggal, kau hanya perlu ingat. Ingatlah jika ia akan selalu ada didalam hatimu,"

Aigean menangguk paham, "Ia hidup didalam diriku.. She lives in me," tuturnya. Setelah 15 menit mereka berbincang-bincang, Aigean akhirnya menguap ngantuk, ia pun meninggalkan paman Jo sendirian diatas sana dan kembali keranjangnya. Paman Jo sementara masih berada diatas sana, ia mengusap-usap wajahnya dengan penuh lelah, "6 tahun setelah kepergian wanita tua itu.." paman Jo lantas menunduk dan 5 menit setelahnya pun kembali mendongakkan kepalanya keatas langit, "Gadis itu sebenarnya tak mengerti apa yang telah terjadi pada mentalnya," kata paman Jo dengan suara bisik-bisik. Paman hanya takut gadis itu menjadi tertekan, apalagi semenjak kematian neneknya Aigean merasa tak dapat cinta dari siapapun itu. Orang tuanya mungkin agak sibuk jadinya mereka rentan asing.

Beralih pada Aigean yang sudah tertidur pulas, tanpa sedikit gangguan apapun itu. Lantas sekarang Aigean sudah masuk kedalam dunia mimpinya.

"Hei, apakah aku sudah kemari?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hei, apakah aku sudah kemari?"

"Dan.. apa yang aku lihat sekarang?"

Aigean terbangun disuatu tempat yang dikelilingi oleh kabut gunung, Aigean menemukan bocah misterius dengan seragam putih pekat lalu ia berdiri diatas bangunan itu, sesosok bocah yang pernah ia lihat sebelumnya, apakah mimpi itu selalu terulang. Aigean menatap keatas bangunan dengan penuh tatapan tajam, melihat bocah laki-laki yang berdiri tegak diatas sana dengan wajah buram dan tak jelas dipandang oleh gadis itu.

Setelah mimpi itu terjadi, Aigean tersadar, ia membuka matanya dan nafasnya terengah-engah. "Huh.. Huh! apakah itu mimpi buruk?!" tanya gadis itu penuh rasa kaget yang luar biasa, ketika ia menoleh keluar jendela, "Wah, sudah ada matahari." sinar mentari itu menyinari sebagian wajahnya, Aigean pun menutup kembali jendela itu dan beranjak keluar dari selimut yang tebal ini. Disaat baru sadar dari tidurnya, Aigean juga masih bertanya-tanya mengenai sesosok yang misterius tadi dimimpinya. Aigean melamun, ia menatap langit-langit kamarnya. Ketika hendak Aigean dipanggil oleh bibi, lantas gadis itu pun langsung bersinggah kebawah tangga dan akan segera melaksanakan sarapannya dihari kedua ini. Gadis itu mengunyah sepotong roti selai stroberi yang dibeli dari desa Norfolk tadi pagi, "Paman terlalu rajin, pagi-pagi sekali sudah ke kota," kata Aigean.

Paman merasa tak ingin kalah, ia pun menjawab balasan Aigean, "Justru kamu bangunnya yang telat, harusnya tadi pagi bangun; kita liat pedesaan yang sejuk." Aigean pun terkekeh sembari memakan sisa roti yang ada dipiring kecil itu, "Sudah, makan dulu nanti tersedak!" ujar bibi dengan raut wajah kesal namun nadanya terdengar seperti bercanda.

- to be continued..

The Secret of Library [Remake]Where stories live. Discover now