Cuma Sebentar

220 35 4
                                    

Aku langsung menatap Adel, berharap dia bisa mengalihkan perhatian karena tiba-tiba suasana menjadi hening setelah aku mengucapkan kalimat tadi. Tapi dasar si Adel anak Bu Nunung yang paling pintar sedunia, dia malah bertanya hal yang membuatku gemas.

"Yang disapa cuma mantan aja, nih? Aku nggak disapa?"

Pria berjaket army itu tertawa kecil. "Assalamualaikum, Del? Gimana kabarnya?"

Adel terlihat girang lalu menjawab salam dengan antusias. Ia  mendekati dan menyapa sepasang suami istri yang Binar panggil ayah-bunda tadi. Mau tak mau aku mengikutinya karena tak ingin berlama-lama berhadapan dengan Birru.

"Saya Adel, Pak, Bu. Teman Birru waktu sekolah SMA 2 dulu, dan ini Kenes Ayu Kirana mantannya Birru."

Aku terkejut saat Adel menarik lenganku dan memperkenalkan pada mereka seperti itu.

"Bukan, Pak, Bu. Saya juga temannya, kok," sanggahku.

"Teman tapi jadian," timpal Adel.

"Serius kamu mantannya Mas Birru, Mbak?" Pertanyaan Binar membuatku makin salah tingkah. "Dunia sempit banget, ya, Bun."

"Sudah, sudah, kasihan Kenes mukanya sampai merah kuning hijau begitu," sahut wanita berjilbab yang berada di samping Binar. Kalau dilihat-lihat wajah ibunya dan Binar lumayan mirip, sedangkan Birru sepertinya menurun dari wajah sang ayah.

Ya nggak heran mereka pada cakep, bibitnya aja unggul gini. Apa perlu aku nikah sama ayahnya biar dapet anak cakep juga? Astaghfirullah, Kenes! Kenapa bisa punya pikiran jelek kayak gitu, tuh anaknya aja nganggur.

Eh, enggak, enggak. Aku nggak mau balikan apalagi nikah sama Birru. Toh, masih ada Siwon, Lee Min-ho, sama Pak Tarno yang masih single. Iya bener! Mending sama mereka daripada balikan sama mantan.

"Maaf, ya, Pak, Bu. Kenes memang seperti itu kalau lagi ngelamun. Suka aneh-aneh. Dia lagi mode senyap, tapi tangan sama mulutnya aktif. Bahkan kadang nguras kolam renang  pake sendok sampai airnya habis." Suara Adel membuatku tersadar dari lamunan. Aku langsung mengelap mulut karena tanpa sadar sudah melahap donat sampai habis, padahal tadi masih penuh satu dus.

"Maaf, khilaf," ucapku kekenyangan.

"Kamu masih aja lucu kayak dulu, Nes, Kenes," ujar Birru yang membuatku langsung cegukan.

"Walah pakai acara cegukan segala. Bentar, bentar, air putih mana air putih, ya?" ucap Adel sambil celingukan.

"Kan habis, Mbak. Belum dianter sama Mas Galon," sahut Binar.

"Oh, iya." Adel menatapku yang masih cegukan. "Coba tahan napas sampai Tuhan berkata sudah saatnya."

Aku hampir saja kelepasan memanggilnya dengan nama-nama penghuni rumah kosong, untung masih bisa terkendali.

"Coba kasih mahar, Ru, siapa tau langsung sembuh." Ayahnya Birru yang sedari tadi anteng akhirnya ikut angkat bicara. Sebelas dua belas dengan sang ayah, Birru tampak merogoh saku baju dan celananya lalu tiba-tiba jarinya terarah padaku dengan membentuk simbol sarangheo.

"Apa? Mau apa? Mau ngerayu lagi? Rayu aja itu si Anita yang ada di kelas 10-C, terus rayu juga si Manda yang suka pakai seragam kekecilan. Amelia yang suka pake rok anak TK jangan sampai ketinggalan. Jangan lupain juga si Agnes yang punya wajah siang, leher malem!" cerocosku tanpa jeda, lalu aku ngos-ngosan.

Namun, di detik berikutnya aku tersadar. Ajaib, cegukanku pun langsung berhenti, karena setelahnya aku memilih pingsan saking malunya dengan apa yang kukatakan tadi.

***

Aku dan Adel bekerja sebagai food fotografer dan konten kreator. Terkadang juga menerima endors dari beberapa penggiat usaha di bidang kuliner. Adel memang kadang-kadang lama connect kalau diajak ngomong, tapi dia punya wajah cantik dan rasa percaya diri yang tinggi.

Assalamualaikum, Mantan!On viuen les histories. Descobreix ara