Namun dibalik keterpurukannya, ada hal yang patut ia syukuri, yaitu putri ketiganya lahir dalam keadaan sehat tanpa kekurangan sedikit pun.
"Nina, ayo Papa gendong lagi. Taksinya sudah ada di depan."
Ninandy Pragini. Balita berusia tiga setengah tahun itu adalah penguatnya. Setelah Siska, istri keduanya juga memilih untuk berpisah dengan David. Alasannya karena keadaan ekonomi yang tak kunjung membaik. Atau lebih tepatnya tak bisa kembali seperti dulu.
"Papa, kenapa mama tidak mau main sama Nina lagi?"
David terenyuh mendengar pertanyaan polos dari bibir mungil itu. Karena setelah resmi berpisah satu setengah tahun lalu, Siska benar-benar melepas tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.
"Nina bisa main sama Papa. Besok kita main ke kebun binatang, ya." David memilih mengalihkan pembicaraan.
"Naik mobil?"
"Iya. Besok kita ambil dulu mobilnya."
"Di mana?"
"Di kak Jennie. Mobil Papa 'kan kemarin dipinjam sama kak Jennie."
Balita itu bertepuk tangan antusias seolah tak sabar menunggu hari esok.
"Sekarang Nina makan dulu, setelah itu Nina bisa makan permen ya, Sayang." David menyodorkan piring berisi makan siang pada sang putri.
Menunggu Nina yang sedang memakan makanannya. David memilih untuk memainkan ponselnya. Menggulir layar ponsel, David mendapati postingan putra sulungnya bersama sang calon istri yang saling memamerkan cincin. Lalu di slide kedua, mereka berfoto bersama mantan istri dan putri keduanya.
Di foto itu putrinya tampak terlihat cantik, wajahnya tampak lebih dewasa dari saat terakhir mereka bertemu.
Beberapa hari lalu, Seokjin menemuinya dan memberi kabar jika pemuda itu akan bertunangan. Seokjin sudah terlihat biasa-biasa saja, walaupun masih ada raut kekecewaan yang nampak di wajahnya.
Seokjin meminta David untuk datang ke acaranya, namun David sudah tak punya muka lagi untuk menampilkan wajahnya di sana. Terlebih, akan banyak kerabat dari mantan istrinya yang hadir di sana.
"Putri Papa selalu terlihat cantik." gumam David dengan nada lirih, netranya menyorot pada potret gadis dengan kebaya modern berwarna baby pink.
Selalu ada kerinduan yang terselip ketika mengingat sosok tersebut. Saat seusia Nina, Jisoo selalu menempelinya, bahkan ketika beranjak remaja pun gadis itu masih selalu menempelinya jika ia tengah berada di rumah.
Keluar dari laman instagram, David kini membuka folder galeri di ponselnya. Pria itu memilih mengamati foto terakhirnya bersama Micha, Seokjin, dan juga Jisoo. Sudut bibirnya terangkat, David mengingat betul momen pengambilan gambar tersebut. Di mana Micha dan Jisoo yang terus mengomel karena Seokjin selalu bercanda dan tidak serius, berakhir dengan membuat hasil fotonya berantakan.
Andai David tak melakukan hal bodoh yang membuat kebahagiaannya lenyap, pasti sekarang ia bisa berdiri mendampingi Seokjin untuk meminang pasangan hidupnya.
Namun jika hal itu tidak terjadi, mungkin saja David tidak akan memiliki sosok mungil yang kini mengisi hari-harinya.
"Meleka siapa, Papa? Ada Papa di sana." Nina berdiri di atas kursi dan bertanya dengan suara cadelnya.
YOU ARE READING
Memilih Kamu || VSOO
FanfictionKenapa si ketua OSIS selalu mepetin gue? Belum lagi si mantan yang balik lagi setelah satu tahun gaada kabar. Tapi gue sukanya sama si Ketua basket, gimana dong? "Balikan yuk, Chu!" "Hah?!!" Kisah kita yang baru saja dimulai ~Vsoo Yuk, luangin wakt...
| Extra Part 3
Start from the beginning
