🕳S-28🕳

11.8K 2K 78
                                    

Ayo vote dan komen ya sayang yaaaaa.

200 vote dan 75 komen gas.

LET'S READING

Mereka masih disana, menatap tubuh Serena yang sudah tak bernyawa lagi, tubuhnya dingin dengan jantung yang sudah berhenti.

"Lucian..kau kan raja manusia, kumohon..sembuhkan Serena dengan kekuatanmu.." mohon Zelgav yang tak tahan melihat semuanya.

Sakit, dia kembali kehilangan Serena padahal sudah sejauh ini mereka menyusulnya.

Lucian bergerak pelan mendekati Serena yang masih dikelilingi pengantinnya, Ocean tadi sudah berusaha memasukan berlian kehidupan untuk Serena, tapi itu percuma.

Berlian kehidupan tak berfungsi pada Ras manusia, itu percuma.

"Minggir, biar aku coba." Lucian menyeka air matanya kemudian duduk disebelah Serena.

Dia lumayan sedih melihat keadaan ke 4 pengantin Serena yang terpuruk pilu, tatapan mata mereka tidak ada artinya sama sekali.

Yang paling terpuruk itu Ocean dan Seager, keduanya masih menangis walau suara tak ada keluar sama sekali.

Bayi-bayi mereka tertidur lelap disebelah tubuh Serena, membiarkan bayi-bayi itu menyadari keberadaan ibu mereka.

Lucian menghela napas panjang, kemudian mencoba untuk menyembuhkan Serena, tapi belum sempat dia melakukannya, dadanya terasa sakit.

Bukan hanya Lucian saja, kini Vandre, Javen, Albar dan Zelgav mengerang keras merasakan sakit di dada mereka.

Rasanya panas dan menyakitkan, ini seperti mereka akan mati untuk kedua kalinya.

Ocean, Seager, Naeus dan Arthair hanya bisa diam, fokus mereka terus tertuju pada Serena yang sudah tak bisa diselamatkan lagi.

Ocean berdiri, dia menggendong tubuh bayinya lalu berjalan menjauh.

"Aku akan menyusul Serena, selagi menunggu kematianku maka aku akan mengurus bayiku sendiri, kalian urus bayi kalian yah, sampai jumpa semua."

Ocean menjauh, dia merasa dunia nya sudah hancur dan tugasnys kini hanyalah mengurus bayinya sebelum dia mati.

Arthair, Naeus dan Seager melakukan hal yang sama, mereka pergi meninggalkan tubuh Serena di rumah mereka bersama tubuh ke 5 teman Serena.

Mereka harus menjaga bayi mereka sampai bayi mereka bisa mandiri, baru setelahnya mereka akan mati karena duka kepergian Serena.

....

Ruangan serba putih yang sudah ditinggali selama 2 bulan itu dipenuhi banyak orang, pasalnya ke 6 tim dari Mata-mata negara yang dikabarkan hanyut di Pantai Selatan akhirnya membuka mata mereka.

Kabar baik untuk jajaran rekan mereka di Kantor penyelidik.

"Bagaimana perasaanmu setelah tidur 2 bulan?" pertanyaan itu dijawab dengan gelengan, Serena ya tak merasakan apa-apa.

Dia hanya seperti tertidur panjang dengan mimpi buram yang aneh.

"Ya sudah istirahat saja, minggu depan kalian bisa kembali bekerja."

Serena, Vander, Albar, Javen, Zelgav dan Lucian mengangguk tenang.

Setelah Kepala penyidik keluar, mereka baru bisa bernapas dengan legah dan bersandar di kasur.

"Aku kangen soto ayam dekat kantor." celetuk Javen.

"Enak tuh, kapan kita bisa makan lagi?" tanya Vander.

"Minggu depan lah." sahut Albar.

Serena hanya diam, tapi perasaannya terasa kesal dan penuh amarah saat melihat wajah Lucian.

Lucian sendiri merasa tak enak hati saat melihat tatapan Serena yang begitu sinis "Eum, Rere ada apa? Apa aku ada salah padamu?" tanyanya lirih.

Decak malas Serena berikan, dia menidurkan dirinya ke kasur lalu memejamkan matanya.

Dia mau tidur lagi, mengistirahatkan hatinya yang resah dan sesak, seolah dia sudah meninggalkan sesuatu yang sangat penting dihidupnya.

Tapi apa?

"Ugh sial, apa yang aku lupakan?" lirihnya bergetar, rasanya terasa kosong.

Hatinya seolah telah meninggalkan seseorang yang begitu berarti baginya, seseorang atau mungkin sekelompok orang lebih tepatnya.

"Akh bodo ah, gatau."

Serena kembali memejamkan matanya, dia lebih memilih mencari jawabannya di dalam mimpi saja.

🕳Bersambung🕳

Serena's Harem [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang