24. again and again

74 17 8
                                    

!!!!!
CHAPTER INI DUA KALI LEBIH PANJANG DARI CHAPTER LAIN.
!!!!!



















-

Sudah jam 8 Malam. Pertunjukan Opera akan segera dimulai.

Aku menoleh kebelakang. Tak hanya para anak Panti, bahkan penduduk sekitar pun ikut menyaksikan pertunjukan, pastinya karena acara ini diadakan di Taman Kota.

Baru saja aku mau duduk dikursi barisan kedua, seseorang sudah memanggilku terlebih dahulu.

"Younghoon, duduk disini!"

Aku mendongak, mendapati Isa sedang menepuk-nepuk kursi disebelahnya. Dengan sedikit tergesa-gesa, aku mendekat.

"Hehe, selamat Malam," sapanya, yang hanya mendapat balasan berupa senyuman tipis dariku.

Isa terus tersenyum, membuat decakan lidahku lolos begitu saja, "apa?"

"Hehehehe," gadis itu malah cengengesan.

"Isa, kau menyeramkan sekali, aku pindah saja!" Ancamku, sebal.

Ia buru-buru menahan lenganku, bibirnya mencibir kecil, "ugh, kau ini tidak bisa diajak becanda, ya?"

Aku hanya diam, tak mau menanggapinya lagi. Tapi mata Isa yang terus menerus menatap kearahku itu membuat decakan kembali terdengar.

"Kenapa lagi?" tanyaku, gemas ingin menendang kursinya.

"Uhm, bahkan Malam ini pun, bajumu sangat bagus, ya..."

Ya ampun, lagi-lagi membahas pakaian!

Apa sebelumnya anak ini selalu bertelanjang bulat kemanapun, sampai melihat pakaian saja noraknya sudah seperti manusia jaman purba?!

"Hei, hei,"

Perasaanku mulai tidak enak saat Isa mengucapkan seruan andalannya.

"Bisa kau minta Ayahmu itu untuk membelikanku pakaian yang bagus juga?"

Dengan reflek, aku menjitak kepalanya, "sudah kubilang, dia bukan Ayahku!"

"Ya, maaf!" Gadis itu mengelus kepalanya dengan ekspresi kesal, "terserah, mau Ayahmu atau bukan, yang pasti, dia orang kaya, kan?"

Dasar gadis matre!

Aku memutar bola mata, tak ingin memperdulikannya lagi.

Isa memelas, "huh, jangan marah, bodoh! Aku hanya becanda!"

Tak kunjung mendapat sahutan lagi dariku, gadis itu akhirnya menyerah. Tak lama, pertunjukan Opera dimulai. Deus sebagai Maestro mulai menaiki panggung.

Saat musik sudah dimainkan, diam-diam aku melirik kearah Isa, gadis itu sedang menganga dengan ekspresi kagum ternyata.

Cih, apa bagusnya? Betah sekali ia menonton Mestro jelek itu.













Entah sudah berapa menit berlalu.

Aku menguap, merasa kantuk tiba-tiba menyerang. Dengan susah payah, menahan diri agar tidak memejamkan mata dan tertidur.

"HEI!"

Terperanjat, aku hampir saja akan jatuh dari kursi. Suara tawa kecil terdengar, Isa pelakunya.

"Reaksimu berlebihan sekali," ledeknya sambil menahan tawa.

"Gadis konyol, kau mengejutkanku!" Aku protes, tentu saja.

[i] BOOKS OF CIRCUS : The Secret Of The Charming Maestro ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang