4. with you everywhere, everytime

1.2K 96 5
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka. Semua cerita adalah murni milik karya author. Jika terdapat beberapa adegan yang sama dengan cerita lain, mohon untuk segera beritahu. Tidak ada kesan menjiplak atau mengambil karya orang lain.

WARNING: Mengandung unsur Homo (gay), tidak disarankan untuk pembaca dibawah usia 16 tahun, harap bijak dalam membaca cerita.

Sorry for typo

Happy reading and enjoy guys

.....

---Build---

Aku pulang sendiri menggunakan taksi yang aku pesan. Hari ini aku tidak bersama Apo karna dia sudah dijemput oleh pacarnya. Mungkin P'Mile ingin mengajak Apo ke rumahnya karna hari ini adalah hari ulang tahun P'Mile.

Sebenarnya Bible sudah menawarkan diri untuk mengantarku dengan alasan ingin tau rumahku, tapi aku menolaknya karna mungkin ayah akan melihatnya dan menyerangku dengan seribu pertanyaan. Apalagi wanita gila itu taunya aku masih punya hubungan dengan Nodt. Sejujurnya ayah tidak menginginkan aku tumbuh menjadi pria gay, tapi istri muda ayahku selalu membujuk dan mengatakan itu bukan masalah besar selagi aku nyaman. Haha bajingan gila itu agak tidak waras dan aku hampir tidak mengerti dengan apapun yang dia rencanakan. Mungkin dia melakukan itu untuk memenangkan hatiku atau dia punya hutang pada Nodt.

Bicara soal Nodt, aku hampir tidak bisa menahannya lagi. Aku tau dia bekerja sama dengan bajingan itu untuk membunuh ibuku. Aku tidak punya bukti apapun karna tempat kejadian benar-benar bersih seolah ibuku benar-benar bunuh diri saat itu. Seperti yang orang-orang lihat, ibuku gantung diri. Tapi apa mereka tidak sadar? Orang bunuh diri di tempat orang lain? Terlebih itu gudang bawah tanah bar milik ayah P'Tong dan P'Mile. P'Tong dan P'Mile memang bersaudara. Ibu dan ayah mereka merawat mereka dengan baik sehingga sekarang dua putra itu sudah menjadi pria yang sukses. Tapi P'Tong memilih untuk melanjutkan mengurus bar milik ayahnya. Sedangkan P'Mile membangun sebuah perusahaan yang tidak cukup kecil maupun besar lewat saham ayahnya. Aku akui, mereka beruntung.

Aku juga anak dari seorang pengusaha, tapi aku tidak seberuntung mereka. Hampir setiap hari aku dipukul dan dimarahi ayah. Dengan alasan bahwa aku selalu mengolok-olok istrinya. Ya, aku sangat tidak suka wanita itu. Terkadang aku ceroboh dengan membuat kesalahan yang jelas akulah yang akan jadi target paling utama untuk ayah curigai. Aku memang tidak pandai mengelabuhi ataupun bersembunyi karna kecerobohanku, tapi terus bersih keras untuk membuat bajingan itu mengaduh dan merengek tidak nyaman.

Semua orang sudah salah menilaiku. Mereka hanya tau kalau aku anak yang cukup ramah dengan cengiran yang selalu aku tunjukan di depan mereka. Tapi sebenarnya aku bisa berubah jadi seorang gangster saat di rumah dan melawan seperti anak nakal yang tidak pernah patuh pada orang tua. Meski aku sebandel itu, sejujurnya aku juga sosok yang rapuh. Aku mudah menangisi hal-hal kecil yang terjadi padaku.

Seperti ketika ayah meneriakiku bodoh dan tidak berguna. Hatiku cukup tidak tahan dengan perkataan seperti itu. Terlebih semua itu keluar dari mulut ayahku sendiri. Aku semakin terbiasa setelah dua tahun penuh tinggal bersama bajingan itu. Dan aku akan mulai membiasakan diriku.

Aku senang bertemu dengan Bible. Dia membawaku untuk menemukan alasan aku tersenyum bahkan setelah aku menangis seperti orang paling lemah di dunia ini, dia alasanku masih bisa tersenyum. Sebelum adanya dia, aku tersenyum dan tertawa seperti orang gila yang tidak punya alasan untuk semua itu.

Lama mengoceh sendiri dan bertarung dengan kekuatan batin selama perjalanan, akhirnya aku sampai di depan gerbang rumah. Aku turun setelah membayar taksi. Tanganku bergerak menggeser gerbang rumah.

Rumahku tidak cukup besar ataupun mewah seperti yang diperkirakan. Aku juga tidak memiliki halaman rumah karna saat kau membuka gerbang, kau akan langsung berhadapan dengan garasi mobil. Di samping itu ada pintu utama dan di depan tepat di dekat gerbang, ada taman kecil yang dipenuhi tumbuhan untuk menambah kesan cantik rumah bercat putih ini. Lebih sederhana dari yang diperkirakan tapi rumah ini memiliki segudang kenangan saat aku masih kecil, hidup bahagia bersama ayah dan ibuku sebelum bajingan itu datang mengganggu. Lupakan saja, memutar moment itu kembali hanya akan membuatku berhalusinasi dan kembali ditampar bahwa realitanya semua itu sudah hangus bersama datangnya bajingan itu.

||COMPLETED|| BibleBuildWhere stories live. Discover now