#24

1.7K 112 24
                                    

Yoongi POV

Aku mencengkram tanganku.

Bisa-bisanya..

Bisa-bisanya dia bahagia tanpaku.

Hatiku terasa hancur saat aku melihat Riel tertawa dengannya. Seharusnya aku yang disitu. Seharusnya aku yang membuat Riel tertawa. Hanya aku yang boleh melihat tawanya.

Mataku membelalak saat melihat Jungkook memeluk pinggang Riel.

Sial. Aku berjanji akan kumutilasi tangan itu.

Dengan pikiran seperti itu, aku pergi dan mulai merencanakan apa yang akan kulakukan untuk membalas mereka berdua.

—-

Riel POV

1 bulan kemudian...

Aku menikmati udara segar yang ada di taman. Setelah berbulan-bulan di dalam rumah, akhirnya Jungkook memutuskan untuk mengizinkanku keluar. Walau dengan syarat beberapa bodyguard untuk menjagaku, aku tidak masalah asal aku bisa keluar dari rumah.

Aku menunduk saat bertemu dengan nenek-nenek dan melakukan tos dengan beberapa anak kecil yang lewat.

Rasanya menyenangkan sekali. Aku tidak pernah menyangka keluar dari rumah sangat menyenangkan seperti ini.

"Nona. Apakah saya boleh ke toilet dulu? Felix akan menemani anda selama saya pergi." Tanya Jake padaku dan kubalas dengan mengangguk.

"Iya, boleh."

Dengan cepat Jake berlari ke arah toilet setelah berkata akan kembali dengan cepat. Aku tertawa dan mengusirnya. Aku duduk di bangku taman dan mengerjapkan mataku karena matahari bersinar terlalu terik.

"Nona, maukah kita pindah tempat? Disini sepertinya terlalu panas." Saran Felix dan aku mengangguk.

"Ayo, pindah."

Felix memimpin di depanku dan aku berjalan mengikutinya. Dia berjalan terus dan aku mengerutkan dahi saat kami sampai di tempat parkir.

"Felix, kenapa kita.." Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, aku sudah ditarik ke dalam sebuah van berwarna hitam.

Teriakanku ditahan saat mereka membekap mulutku dengan kain. Aku menendang salah satu bagian privat pria yang berusaha mengikat tanganku. Dia berteriak dan aku langsung menyikut pria di belakangku.

"Dasar jalang!"

Aku berteriak kesakitan saat ada yang menjambak rambutku. Mereka langsung menggunakan kesempatan itu untuk menyuntik tanganku dengan sesuatu. Aku memukul pria yang menyuntikku dan dia mengaduh kesakitan.

Pandanganku mulai buram. Aku berusaha untuk tetap sadar dan melawan mereka, tapi semakin lama pandanganku semakin hilang.

Lalu semuanya berubah menjadi gelap.

—-

Aku terbangun saat mendengar suara berisik dari luar. Aku terkesiap dan langsung bangun dari tempat tidur. Aku terkejut saat merasakan goncangan.

Apakah aku sedang berada di dalam kapal?

Aku turun dari sofa dan berjalan menuju pintu. Kepalaku rasanya sakit sekali, tapi kutahan demi keluar dari tempat ini.

Saat aku keluar, yang kulihat adalah laut. Aku berjalan berusaha menahan angin dan aku mengitari speed boat kecil ini.

"Hai."

Aku menoleh dan membelalakkan mataku. "Yoongi?"

Yoongi melompat dari dek kapal dan berjalan untuk memelukku. Tubuhnya terlihat jauh lebih besar dan kekar dari sejak aku melihatnya terakhir kali. Aku mundur dan melepas pelukannya, membuatnya melihatku dengan tatapan tersinggung.

"Aw.. aku menyapamu dan kau menolakku?" Kata Yoongi sambil memiringkan kepalanya.

Aku menatapnya dengan penuh kemarahan. "Kenapa aku disini, Yoongi?"

Yoongi tersenyum miring dan menggaruk kepalanya. "Aku membawamu pulang. Itu saja."

Aku mengerutkan dahiku. "Pulang? Pulang kemana.."

"Pulang bersamaku tentu saja."

Aku menatapnya penuh jijik. "Kau gila, Yoongi. Bisa-bisanya kau membawaku dengan paksa."

Yoongi menatapku kesal dan berjalan mendekat. "Aku harus membawamu, Riel. Kau tidak akan sadar jika bukan aku yang membawamu."

"Sadar apa, Yoongi? Sadar kalau aku mencintaimu?"

Yoongi langsung berhenti. Dia terdiam dan menungguku untuk lanjut bicara.

"Kau gila jika berpikir aku akan menyukaimu dengan cara seperti ini, Yoongi. Ini tidak benar. Putar balik kapal." Lanjutku sambil berjalan masuk lagi ke dalam ruangan.

Yoongi terkekeh. "Kau menyuruhku untuk putar balik? Hahaha, untuk apa aku menurutimu?"

Aku menatapnya tidak percaya. "Ini penculikan, Yoongi! Kau.."

"AKU HANYA MEMBAWAMU PULANG! AKU TIDAK MENCULIKMU!" Potong Yoongi dengan berteriak kepadaku.

Aku menggeleng dan berjalan ke arahnya. "Yoongi.. kenapa kau seperti ini? Apa yang salah?"

Yoongi menggenggam kedua pundakku. "Aku mencintaimu, Riel. Aku sangat mencintaimu. Dari dulu hingga sekarang. Aku terus mencintaimu," dia memainkan rambutku, "karena itu seharusnya kau juga mencintaiku kembali."

Aku menatapnya bingung. "Bukan seperti itu cara cinta bekerja."

Yoongi terkekeh. "Memang. Tapi rasanya sakit melihatmu bersamanya. Ini tidak adil, kau itu milikku. Kenapa kau tertawa bersamanya? Kenapa kau tersenyum untuknya? Kenapa kau.. tidur dengannya?" Lalu Yoongi mencengkram bahuku, membuatku meringis. "Ini tidak adil."

Tiba-tiba seorang pria besar memegang tubuhku, membuatku tidak bisa bergerak. Dia langsung menutup mulutku dengan kain yang mengeluarkan bau menyengat.

Kloroform!

Aku berusaha menahan nafas. Tapi lama kelamaan, aku juga mulai pusing.

"Tidurlah Riel. Saat kau bangun, kita akan berada di surga."

Sebelum segala sesuatu berubah menjadi gelap, Yoongi mengatakan sesuatu yang membuat tubuhku merinding seutuhnya.



















"Kita akan menjadi satu, malam ini."

—-

ARGHHHHHHH

Gimana bersambungnya?!?! Apakah terlalu ngegantung??🌚

Next chap will be for mature audience only. Jadi bocah silakan skip.

What will happen in the next chap yaa?😳🌝

Stay tune!

Love, Nuget Ayam

YAKUZA || JEON JUNGKOOKWhere stories live. Discover now