#7

2.8K 265 64
                                    

Aku membuka pintu kamar dengan keras dan Jungkook menatapku terkejut. Dia sedang duduk di atas tempat tidur dan membaca buku, sebuah kacamata tergantung di batang hidungnya.

"Apa itu kau?"

Jungkook menatapku bingung. Dia menutup bukunya dan melepas kacamatanya. "Maksudmu?"

"Apa itu kau? Yang menabrak pria itu?" Tanyaku dengan suara yang mulai bergetar.

Jungkook mendesah dan mengangguk.

Sebelum dia berbicara, aku langsung berjalan cepat ke arahnya dan menamparnya.

Jungkook menatapku terkejut bercampur marah dan aku juga hanya dapat membalas menatapnya dengan penuh kemarahan.

"Kenapa kau harus menabraknya?! Dia hanya seorang pelanggan!"

Jungkook berdiri dengan penuh kemarahan. "Dia memukulmu!"

"Dan kau menabraknya!" Teriakku.

"Lalu?!" Jungkook balas berteriak. "Memangnya ada masalah apa, hah?!"

Aku menatapnya tidak percaya. "Kau baru saja membunuh orang, Jungkook! Bisa-bisanya kau tidak merasa bersalah sedikit pun?!"

Jungkook meremas rambutnya dan menghela nafas. Dia menggenggam kedua tanganku, tapi aku menepisnya.

"Riel.." Katanya pelan.

"Akui perbuatanmu." Kataku marah.

Dia menaikkan alisnya. "Perbuatanku?"

"Kalau kau menabraknya." Jawabku lagi.

Jungkook menyeringai dan berjalan mendekatiku. "Apa kau baru saja memerintahku, baby?"

Aku bergidik mendengar panggilannya untukku dan berjalan mundur. "Kau baru saja menabrak orang. Kau bersalah, Jungkook."

Dia tersenyum dan memiringkan kepalanya. "Kutanya, apakah tadi kau baru saja memerintahku?"

Aku berteriak kecil saat Jungkook mendorongku ke atas tempat tidur dan dia jatuh di atasku. Dia memegang kedua tanganku dengan satu tangannya, dan dia melepas dasi yang ada di lehernya.

Aku menatapnya dengan horor saat dia mengikat tanganku dengan dasinya. "A.. apa yang kau lakukan?"

Dia menatapku lalu menyeringai. "Karena kau melanggar peraturan. Kau harus dihukum."

Dia mengangkatku dan membalikkan tubuhku sehingga tubuhku menghadap kasur dan perutku ada di atas pahanya.

"Kalau kau menjerit, hukumannya akan bertambah."

Sebelum aku mengatakan apapun, dia memukul bokongku dengan keras. Aku menahan teriakkanku, dan dia tersenyum puas.

"Hitung sampai 50." Katanya sambil lanjut memukulku.

—-

Bokongku mati rasa.

Aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur setelah Jungkook selesai memukul bokongku sampai 50 kali. Aku menggertakkan gigiku saat melihatnya tertawa dari jauh. Dia berjalan mendekat ke arahku sambil membawa sebuah pelembab. Aku bergeser saat dia duduk di sampingku. Aku langsung bergidik saat dia mengeluarkan pelembap itu dan mengusapkannya di atas pahaku.

"Ckck.. kulitmu jadi merah." Katanya sambil menggeleng.

Aku berdecak dan membalikkan tubuhku sambil menatapnya marah. "Kau yang memukulku."

Dia tertawa dan terus mengusapkan pelembab di bagian kulitku yang sudah memerah.

"Kau marah saat orang memukulku, tapi kau sendiri memukulku." Gumamku kesal.

Dia tertawa kecil. "Hanya aku yang boleh menyentuhmu. Termasuk menghukummu."

Dia menutup botol pelembab itu dan berusaha membantuku untuk duduk.

"Aw! Aw!" Teriakku.

Dia tertawa lagi dan mengangkatku untuk duduk di atas pangkuannya.

"Apakah sakit sekali?" Tanyanya.

Aku menatapnya kesal. "Menurutmu?"

Dia tertawa dan mencium bibirku dengan cepat. "Kau imut sekali."

Wajahku sedikit memerah dan aku mengalihkan pandanganku. Dia menatapku lekat-lekat dan menarik daguku dengan pelan.

"Jangan panik. Aku hanya akan mengajarimu pelajaran nomor tiga." Katanya sambil mencium pelan bibirku.

Aku hanya dapat menciumnya kembali agar dia tidak marah, seperti yang sudah dia ajarkan padaku.

Aku memutuskan ciuman kami saat aku merasakan tangannya membuka kancing kemejaku.

"Jangan panik. Kalau kau berlaku baik, aku tidak akan menghukummu lagi."

Aku hanya bisa bergidik saat merasakan bibirnya mencium leherku dan terus menghisapnya. Dia menurunkan kemejaku dan membiarkan kemejaku turun. Aku berusaha mendorongnya dengan tanganku yang masih terikat oleh dasinya dan dia menarik tanganku.

Dia terus menciumku turun dan aku hanya bisa mengerang. Dia memasukkan tangannya ke dalam kemejaku dan mulai mengusap pinggang dan terus naik ke tubuh bagian atasku. Setelah puas menjelajahi tubuh bagian atasku, melihat bibirku yang sudah bengkak, dan leher hingga dadaku yang sudah mulai memar akibat cupangnya, dia tersenyum puas.

"Pelajaran nomor tiga selesai. Kau sudah lulus dalam tahap makeout."

Aku menjatuhkan kepalaku di atas dadanya, terlalu lelah. "Akhirnya selesai. Aku sudah kehabisan nafas." Kataku dan dia tertawa.

Dia mengangkat kembali kemejaku dan memakaikan kancingnya, lalu melepas ikatan tanganku. Aku memegang pergelangan tanganku dan menatap memar yang ada di kedua pergelanganku.

"Kau mengikatku terlalu keras." Kataku kesal.

Dia tertawa dan mencium pergelangan tanganku. "Karena itu kau tidak boleh membantahku, kalau kau tidak mau dihukum."

Aku menghembuskan nafasku dan turun dari pangkuannya. Aku tidur di atas tempat tidur tanpa mengatakan apapun lagi.

Dia tersenyum dan tidur di sampingku.

"Selamat tidur, babygirl."




















" Selamat tidur, brengsek. " bisikku pelan.

—-

Heyoooo my beautiful nuggets❤️
200+ readers in a day😭😭 u guys are amazing🥹🫶🏻

Oke aku tau smpe sekarang ceritanya masih klise bgt. Aku jg jujur kesel bgt bacanya krn kek😃

Setelah bagian ini aku janji inti ceritanya akan mulai terlihat, so please bare with me, you won't be dissapointed.

Bagian serunya baru saja akan dimulai🫶🏻

So lesgawwww🤪💅🏻

Love, Nuget Ayam💜

YAKUZA || JEON JUNGKOOKWhere stories live. Discover now