selalu kata itu yang akan terus ia keluarkan di dalam hati saat sedang memikirkan jexon agraska. dirinya selalu menolak saat otak nya memikirkan jex ataupun memutar moment bahagia mereka.

matanya yang semua tertutup kini terbuka karna merasa ada sosok yang berdiri tak jauh di depan nya, kepalanya perlahan berdiri berada pada posisi normal tetapi sedikit mendongak karna rasa ingin tau, siapa yang menghalangi sinar matahari yang mengarah padanya. saat menatap siapa laki laki itu, dan dia sadar ternyata sosok yang baru saja berusaha ia palingkan dari pikiran nya. laki laki itu semakin dekat padanya membuat Jean refleks berdiri.

"jean.."luluh, Jean luluh mendengar suara rendah milik laki laki itu. sorot mata laki laki di depan nya ini memberi sinyal kecewa, sedih yang bercampur aduk.

setelah dua Minggu dirinya tidak berteguran bahkan sapa pada laki laki yang sangat ia rindukan ini, akhirnya ia kembali mendengar suara yang sudah menjadi favorit nya dalam keadaan apa pun. munafik jika Jean sudah melupakan laki laki ini.

"kenapa ga cerita?"langkah jex semakin dekat dengan Jean yang hanya mampu berdiri dengan diam.

"kenapa ga ngomong kalo mau pindah?"jex melangkah lagi dengan perlahan.

"kenapa tiba tiba?"semakin dekat dan hanya selangkah lagi membuat tubuh mereka akan bersentuhan, tetapi jex berhenti di langkah terakhir.

"kanapa ninggalin gue?"hati Jean benar benar mencelos mendengar suara yang sangat terdengar kecewa itu.

mata mereka saling pandang. mengabaikan ramainya tempat yang sedang mereka tempati sekarang, mereka berdua tenggelam dalam kedua tatapan yang berbeda.

"jean gue kangen.."hati Jean kembali mencelos mendengar itu, dirinya benar benar tidak menerima kenyataan jika ia harus kembali bertemu dengan sosok yang sangat ingin ia peluk di waktu yang tidak tepat.

"je gue mau peluk.."suara itu semakin rendah membuat Jean semakin di buat bingung dengan keadaan yang ia hadapi sekarang.

mata jex benar benar dalam menatap sosok di hadapan nya. menerima setiap pikiran bodoh dan kenyataan. melawan satu persatu pikiran dengan hati nya yang berusaha membela. ia sekarang sadar, pikiran dan hati tidak berubah sejalan.

"waktu gue dikit jex"dan akhirnya kata kata itu yang keluar dari mulut Jean yang sedari tadi hanya bisa tertutup. selang beberapa detik, Jex kembali bersuara setelah menenangkan hatinya yang sangat ingin mengeluarkan banyak pertanyaan pada Jean.

"mau kemana?"

"US"nafas jex tertahan mendengar kata negara itu, tetapi lagi lagi ia berusaha setenang mungkin.

"lima menit lagi gue udah harus masuk"keluar lagi kata kata itu dari mulut Jean yang hanya bisa di terima dengan paksa oleh jex. jex memandangi jam tangan nya yang lima menit lagi mengarah pada pukul 12.00 pas.

"gue butuh penjelasan"

"gak ada yang perlu gue jelasin"keduanya lagi lagi terdiam yang hanya akan menghabiskan waktu yang perlahan mengurang.

"Jean gue sayang lo"Jean terdiam memandangi wajah di depan nya mencari letak bohong yang ternyata tidak ia temukan.

jex kembali memandang jam tangan yang kini hanya menunjukkan waktu tiga menit membuat hatinya semakin gelisah, di tambah peringan dari sana untuk segara masuk ke dalam pesawat.

"gue sayang lo je"ulang jex

"gue juga"setelah mengatakan itu Jean dibuat kaget karna jex yang tiba tiba langsung memeluk nya sangat erat. pelukan yang hanya sedetik saja sudah menyalurkan rasa nyaman.

tangan Jean perlahan ikut memeluk tubuh besar itu. Jean merasakan usapan di belakang kepalanya. rasanya Jean tidak ingin melepaskan pelukan ini dan menghapus niat nya yang akan pindah, tetapi semua nya sudah di susun matang sesuai rencana nya sendiri.

"baik baik di sana ya, makan nya teratur dan harus sampe kenyang. jangan terlalu banyak minum kopi, istirahat nya juga di banyakin ya?"ucapan tulus itu keluar dari mulut jex sambil mengusap belakang kepala Jean dengan lembut.

"gue bakal ketinggalan"

pelukan mereka lepas, dan Jean langsung melihat senyum hangat dari wajah jex. ada rasa tidak rela dari hati keduanya tetapi lagi lagi mereka hanya akan menerima kenyataan yang berkata lain.

"gue... masuk ya?"rasanya nya Jex ingin menolak, tapi lagi lagi dirinya hanya tersenyum dan mengangguk, tangan nya terangkat meraih kepala yang berbalut topi itu, lalu tangan nya turun menyentuh pipi chubby milik Jean.

sedangkan Jean menerima sentuhan itu yang mungkin tidak akan pernah ia rasakan lagi, senyum Jean mengembang melihat wajah yang selama ini membuat nya lepas tertawa dan ia jadikan rumah untuk segala masalah, tapi bukan hanya Jean yang menjadikan rumah, jex pun sama.

"gue juga sayang sama Lo"senyum jex semakin mengembang.

"nanti gue call. gue jelasin semua"jex lagi lagi hanya mampu mengangguk dan kini ia melihat Jean yang. sudah berjalan menuju pintu masuk.

Jean berjalan membawa koper sedikit cepat karna dirinya sudah telat, tetapi ia masih menoleh ke belakang dan tersenyum dari kejauhan menatap sosok yang sama hal nya juga tersenyum sambil melambaikan lebar tangan nya. dan kini, jex sudah tidak melihat lagi tubuh Jean kesayangan nya karna sudah sepenuhnya masuk.

••••

bay

badboy its my boyfriend Where stories live. Discover now