22.bukan nomor dua melainkan nol

628 77 1
                                    


jex saat ini di bawa ke tempat yang bisa di bilang jauh dari kata menyeramkan. di sini terang, ramai, dan seperti suasana biasa.

jex sudah berulangkali melihat ponsel nya apakah GPS ini benar yang dari jam tangan milik Jean atau bukan. tapi sudah jelas sekali tujuan nya benar.

walaupun sudah berfikiran lain, jex tetap tidak ingin menyerah, ia masih mengikuti mobil itu.

"yang bener aja"gumam nya tidak yakin, lalu setelahnya jex menggeleng geleng.

"ketemu, mati tu orang"

jex tersentak karena tiba tiba mobil itu berhenti di depan rumah bernuansa modern bernuansa gelap. posisi rumah ini memang di pojok, dan bisa di bilang besar sendiri.

jex berhenti jauh dari keberadaan mereka sekarang. mata jex melotot saat pandangan nya melihat Jean yang di tarik paksa keluar dari mobil.

...

pusing. itu yang Jean rasakan saat ini. entah apa yang diberikan pria berbadan besar itu padanya, jika sudah pusing Jean tidak dapat melakukan apa apa lagi. itu kelemahan nya.

walaupun begitu, ia masih bisa melihat sekitar nya. masuk ke dalam rumah mewah tetapi sangat sunyi. hanya ada orang berjas yang menjaga setiap sisi rumah.

biasanya Jean tidak selemah ini. bahkan rasa kaki nya ingin jatuh, tapi kedua tangan nya di tahan dua orang mengiringinya masuk ke dalam ruangan tanpa jendela.

brak!

telinga Jean rasanya berdengung mendengar pintu tertutup sangat keras. dirinya di paksa duduk di satu kursi dan tangan yang di ikat di belakang kursi.

dirinya terbatuk karna asap rokok menyengat di hidung nya, bau nya sangat dekat dan Jean dapat melihat seseorang duduk di hadapan nya dengan satu batang rokok di antara telunjuk dan jari tengah.

"akhirnya datang juga yang di tunggu tunggu"Jean menatap lurus orang di depan nya. penjaga yang membawa nya masuk sudah keluar, dan kini hanya ada mereka berdua.

Jean kenal orang itu. seseorang yang pendiam, berbicara dengan nya jika ada kepentingan osis saja.

ozi. wakil osis.

"lemah"

"Lo pasti kaget"Ozi membuang rokok itu lalu menginjak nya.

"sekarang di sini ga ada siapa siapa. bahkan jex ga akan nyelamatin Lo sekarang"Ozi berdiri memainkan pisau di tangan nya dengan enteng.

ya.. Jean sudah memiliki feeling buruk dengan Ozi. karna sifat laki laki itu dengan nya sedikit berbeda.

"ck. tapi gue gak akan ngebahas Lo yang belok. pantes sih, ga ada cewek yang mau sama anak pemakan uang rakyat"Jean menatap tajam laki laki yang dengan sentai menaiki dagu nya dengan ujung pisau.

"Lo tau kenapa gue benci sama Lo?"Jean berdecih.

"karna Lo yang gak mampu dapat apa yang gue punya di sekolah"

sret..

Jean meneguk air ludah nya melihat darah mengalir di lengan nya. ah, dia benci darah.

"udah dari kelas sepuluh Lo ngejar buat jadi ketua osis, tapi engga. gue tetap pemenang nya"

plak!

"Lo ga bisa ngambil hati guru"

sret!..

Jean menahan bibir nya agar tidak bersuara.

"Lo ga bisa ngendaliin sekolah"Jean dapat mendengar Ozi menggerakkan giginya menahan emosi, ia tersenyum puas.

"kenapa? karna Lo bodoh"

badboy its my boyfriend Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt