"1011, aku murid kedua yang datang ke tempat ini setelah kamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"1011, aku murid kedua yang datang ke tempat ini setelah kamu." Dia mengulurkan tangan, dan kusambut dengan semangat. "1020," balasku. Rasanya senang sekali bisa mengucapkan nama panggilan baruku pada teman pertamaku di Wonderland Academy.

Tertulis di dalam peraturan sekolah yang kami terima saat mendaftar, bahwa para murid tidak boleh memberitahu identitasnya kepada murid maupun guru lain. Kami hanya bisa saling memanggil dengan nomor induk siswa.

"Mau cari makan di mana? Kita kan sedang berada di tengah hutan." Kupikir akan ada pengurus dari pihak sekolah yang akan menyediakan makanan untuk kami. Ternyata harus mencari makan sendiri. Kalau saja tahu tentang hal ini dari awal, aku tidak perlu susah payah menahan lapar.

"Di sana. Katanya kita boleh mencari makan di sana." Dia menunjuk hutan yang terlihat dari jendela kamarku. Entah dia berniat mencari bersama karena khawatir gadis sepertiku pergi ke hutan sendirian, atau sebaliknya, dia yang takut masuk ke hutan itu sendirian. Aku segera bangkit, ini saatnya aku mempraktikkan ilmu khusus yang diajarkan oleh ayahku.

Pukul 17.45, hari sudah semakin gelap, tapi baru satu teman sekelasku yang tiba di sini. Entah seberapa jauh tempat tinggal teman-temanku yang lain sehingga perlu waktu lama untuk mereka sampai ke tempat ini.

Diluar perkiraanku, ternyata 1011 juga cukup terlatih tentang ilmu bertahan hidup. Dia cukup peka dengan bunyi-bunyian yang terdengar di dalam hutan, dan tampak siaga untuk melindungiku dari berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi pada kami saat masuk ke hutan rindang yang gelap ini.

Kubiarkan saja dia menganggapku gadis lemah yang butuh perlindungan, agar kelak dia terkejut saat tahu tentang potensi yang aku miliki. Lumayan, aku bisa bersantai sedikit sembari memfokuskan indra penglihatanku untuk mencari buah matang yang bisa jadi santapan kami. Masalah keamanan, kuserahkan padanya saja.

"Wah, ada banyak jambu matang di pohon itu." 1011 mengalihkan pandangannya pada pohon yang aku tunjuk. Dia mengawasi sekitar, memastikan bahwa kami aman, lalu segera memanjat ke pohon jambu yang tidak terlalu tinggi tapi berbuah lebat. Memetik dengan cepat beberapa buah jambu yang matang sambil melemparnya ke arahku yang siap menangkap jambu-jambu tersebut dari bawah pohon.

"Cukup?" tanyanya sambil mencari-cari jambu matang yang masih tersisa di pohon. "Kalau untuk kita berdua, ini lebih dari cukup," balasku setelah menghitung jumlah jambu yang kami petik. Dia segera turun, mengambil beberapa jambu yang kutaruh di tanah karena tanganku sudah penuh, lalu mengajakku untuk bergegas keluar hutan karena hari sudah semakin gelap.

Setibanya di tempat istirahat, kami tidak menemukan air untuk mencuci jambu tersebut, karena perutku sudah keroncongan, aku segera menyantapnya dengan lahap. Berkat kostum aneh yang diberikan pada kami, aku harus membiasakan diri untuk makan dengan cara yang agak merepotkan.

Berbeda dari masker biasa, masker penutup wajah kami tidak bisa dibuka, bentuknya memanjang dari bawah mata hingga ujung bawah leher, bagian sampingnya dijahit dari penutup kepala hingga leher, menyisakan bagian bawah yang tidak dijahit, dari lubang ini lah kami memasukkan tangan untuk menyantap makanan.

Pakaian yang kini kami kenakan bukanlah seragam sekolah, hanya saja desainnya menyerupai seragam sekolah yang akan kami kenakan nantinya, padahal hanya dipakai untuk beberapa saat sebelum keberangkatan kami, tapi tetap tidak ada celah untuk sekadar memperlihatkan wajah maupun rambut. Entah apa tujuannya sampai sekolah ini membuat peraturan tentang menyembunyikan identitas.

Kegelapan rajai alam, kawanan nyamuk dan serangga malam mulai menyerang, beruntung gigitan nyamuk tidak tembus di pakaian kami yang longgar dan sangat tertutup. Aku segera menutup jendela kamar saat angin malam yang dingin mulai mengusik kulit. Semua teman sekelasku telah sampai dan beristirahat di bangunan tua ini. Berbeda dari rencana awal, keberangkatan kami ditunda karena helikopter penjemput tak kunjung datang. Mau tak mau kami harus menginap di tempat ini.

Berisik, pendengaranku yang sangat peka mudah menangkap suara berisik dari sekitar. Bukan hanya binatang malam, bahkan teman sekelasku yang kamarnya berada persis di sampingku kini menjelma menjadi kawanan kelelawar, bukan siluman, maksudku dia berniat untuk terjaga sepanjang malam dan asik mengobrol dengan teman lainnya yang cepat sekali akrab dengannya padahal baru bertemu beberapa jam yang lalu.

Jika pendengaran orang biasa, mungkin tidak akan terganggu dengan gelak tawa dan segala keributan yang mereka buat. Hanya saja telingaku berbeda, lebih tepatnya indraku terlalu peka, hasil dari latihan ketajaman indra dengan ayah sejak kecil.

Jam menunjukkan pukul satu malam, aku berusaha memfokuskan pendengaran pada nyanyian binatang malam, berharap itu menjelma menjadi lagu pengantar tidur untukku. Setelah berusaha keras, akhirnya aku bisa tertidur pulas.

______________________________________
Perkenalan Tokoh :

Nomor Induk Siswa : 1020Status : Kelas 1Angkatan : 102Keahlian : Pengintai, pertahanan diri, pengobatanAbout : Anak pertama dari dua bersaudara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nomor Induk Siswa : 1020
Status : Kelas 1
Angkatan : 102
Keahlian : Pengintai, pertahanan diri, pengobatan
About : Anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya (788) dan ibunya (790) adalah alumni angkatan 79. Memiliki indra yang tajam dan ahli strategi.

Nomor Induk Siswa : 1011Status : Kelas 1Angkatan : 102Keahlian : Pelestarian alam, pengintai dan pertahanan diriAbout : Anak Pertama dari tiga bersaudara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nomor Induk Siswa : 1011
Status : Kelas 1
Angkatan : 102
Keahlian : Pelestarian alam, pengintai dan pertahanan diri
About : Anak Pertama dari tiga bersaudara. Ibunya (777) adalah alumni angkatan 78. Menguasai berbagai keahlian bertahan hidup di alam bebas, murid paling pintar di kelasnya.

Seleksi Alam (Prapesan) ✔️Where stories live. Discover now