Lo ngapain berduaan sama mas Sindhu di kantin?
*****
Sindhu sudah berada di ruang meeting sejak lima belas menit yang lalu. Laki laki itu tengah asyik berkutat dengan laptopnya saat Sabrina datang bersama Novia, kemudian duduk di kursi seberang.
Lalu Sabrina berdiri dan meyerahkan satu set file yang sudah tercetak rapi ke hadapannya. "Ini yang tadi. Aku kasih bu Yuni langsung atau.."
"Aku lihat dulu aja ya? Kalau udah fix, nanti bisa ke bu Yuni." Ucap Sindhu.
Sabrina kembali ke tempat duduknya, saat beberapa orang lainnya mulai berdatangan ke ruang meeting. Sabrina setengah terkejut saat tiba tiba seseorang menarik kursi sebelah kirinya dan duduk disana.
"Hai, lo anak baru kan? Belum kenalan kita." Laki laki itu tiba tiba mengulurkan tangannya.
Sabrina menyambut tangan itu dengan senyum hangat. "Sabrina."
"Novan."
"Gue duduk disini ya? Boleh kan neng cantik?"
"Ngg.. iya boleh." Ucap Sabrina canggung.
Sindhu terlihat berdehem di tempatnya sambil masih menatap laptopnya sejak tadi. Lalu, saat Novan mengangkat semua barangnya untuk duduk di sebelah Sabrina, Novia berdecak kesal. Perempuan utu bahkan memukul pundak Novan dengan gulungan kertas bahan meeting.
"Aduh! Salah apa lagi sih gue mbak?"
"Lo? Masih nanya salah apa? Kebiasaan banget genit sama cewek."
"Ye.. bukan lo yang gue genitin, lo yang sewot."
"Tobat kali, Van. Tiati, Sab. Buaya." Ucap Novia lagi.
Sabrina tertawa kecil, menanggapi gurauan itu. Jujur saja, sedikit rasa lega di hatinya saat mendengar Novia membelanya. Karena sejak pertama dirinya berkenalan dan mulai bekerja, gadis itu tampak jutek dan tidak bersahabat.
"Van, lo notulen ya? Sekalian monitor disini." Sindhu terlihat bicara santai dengan Novan. Laki laki itu bahkan sudah membereskan barangnya agar Novan bisa duduk disana menggantikannya.
"Yah, lo aja sih Ndu. Males gue."
"Masih banyak kerjaan gue, mau sambil kerja. Lo aja please?"
Novan berdecak kesal, namun laki laki itu pasrah saja mengikuti kemauan Sindhu. Lalu, suasana berubah formal saat bu Yuni, pak Dian, dan beberapa penulis mulai berdatangan.
Sabrina masih fokus pada laptopnya, juga berkas yang baru sajan ia cetak tadi. Lalu ia mengerjap saat indra penciumannya mengenali sesuatu. Bau parfum yang sangat familiar mau tidak mau membuatnya menoleh ke arah kiri.
Sindhu menarik kursi lalu duduk di sebelahnya. Lalu Sabrina menyadari ada sesuatu yang salah terjadi. Karena saat ini, perasaannya jauh lebih canggung dibanding saat Novan yang berada di sebelahnya tadi. Apalagi saat Sindhu menoleh sebentar ke arahnya, lalu tersenyum singkat sebelum laki laki itu membuka notes dan penutup penanya.
*****
Meeting berlangsung cukup singkat. Agenda hari ini membahas pelatihan yang akan diselenggarakan dalam kurun waktu tiga bulan ke depan. Juga beberapa modul yang perlu diperbaiki untuk digunakan di pelatihan selanjutnya. Sabrina mencatat segala hal yang perlu dihighlight. Ia berusaha untuk fokus di tengah percakapan yang cukup intens diantara para penulis.
"Buka Excel Sab." Ucap Sindhu di tengah meeting.
Sabrina segera membuka aplikasi yang dimaksud Sindhu dengan cepat.
"Bikin timeline kegiatannya. Untuk kolom mendatar tulis bulan sama minggu nya aja. Bisa kan?" Ucap Sindhu. Sabrina memandang mata itu sebentar, sebelum akhirnya mengangguk dan berkutat lagi dengan laptopnya.
"Catat di notes Sab. Senin depan meeting selanjutnya. Progressnya modul dummy" Bisik Sindhu lagi.
Sabrina beralih lagi dengan penanya, lalu mencatat progress yang harus dilakukan minggu depan. Lalu meeting kembali berlangsung dan semakin pelik saat membahas deadline modul baru yang harus diselesaikan bulan ini.
"Ini bulan November, yang ini digeser jadi minggu kedua." Ucap Sindhu lagi mengoreksi tabel di Excel Sabrina.
Sabrina berusaha secepat mungkin belajar di hari pertamanya. Sejujurnya, ada beberapa hal yang masih ia tidak mengerti. Tapi ia msih enggan untuk bertanya. Sabrina menyadari waktu menganggurnya yang cukup lama mungkin berkontribusi besar dalam kekikukannya sekarang ini.
Tapi ia beruntung ada Sindhu yang duduk di sampingnya. Laki laki itu bahkan mengikuti meeting sambil mengerjakan pekerjaannya di laptop, namun tetap masih bisa fokus mendengar semuanya.
"Sudah Ndu? Sabrina, ngerti ya?" Ucap Bu Yuni. Sabrina tersenyum kaku, lalu mengangguk.
Meeting selesai. Satu persatu orang orang disana mulai meninggalkan ruangan. Begitu juga dengan Novia dan Novan, menyisakan Sabrina dan Sindhu disana. Sabrina membereskan barang barangnya sedangkan Sindhu terlihat masih aktif bersama laptopnya.
"Gue duluan ya," ucap Sabrina sambil bergegas keluar ruang meeting
"Eh, Sab. Bentar."
"Ya?"
"Ke ruangan gue sebentar ya? Gue ajarin cara bikin analisisnya."
Sabrina mengangkat alisnya, kemudian mengangguk. "Oke."
"Bareng aja. Gue udah selesai kok." Ucap lelaki itu.
Sabrina mengangguk canggung sambil tetap berdiri di tempatnya. Ia tau ada sesuatu yang tidak wajar disini. Oke, mungkin saja karena ini adalah hari pertamanya. Bahkan pertama kali ia melihat Sindhu lagi disini, perasaannya biasa saja. Jadi, ia akan berusaha mengabaikan segala perasaan yang tak asing ini.
Sabrina hanya berpikir satu hal. Semua yang membuatnya mengingat semua hal yang terjadi enam tahun lalu, harus berakhir disini.
*****
YOU ARE READING
Saudade Loop
RomanceSabrina hanya pernah jatuh cinta sekali-pada Sindhu, teman SMA yang tiba-tiba pergi tanpa kejelasan. Enam tahun berlalu, hidupnya berjalan normal... sampai takdir mempertemukan mereka lagi di kantor yang sama. Tapi Sindhu pernah bilang, dia tak meny...
Semua Hal yang Tak Asing
Start from the beginning
