[41] Deal

3.3K 629 75
                                    

"hah... Anjrit, memalukan." (Name) mengeluh setelah habis berlari tadi. Peluh membasahi pelipisnya hingga anak rambut yang berada di dahi sedikit basah karena keringat.

Gadis itu menghela napas panjang,"Gue butuh air!" ucap (Name) sembari menatap vending machine di depannya, "Minum apa ya? Kopi enak kali, ya?" monolognya.

Jemari tangannya menyusuri mesin minuman tersebut dengan mata yang mengabsen satu persatu minuman yang tertera disana.

"Tapi disini gak ada lagi." keluh (Name) saat tidak mendapati kopi disana. Ia mendesah kecewa.

Lalu saat kaki hendak beranjak pergi, sebuah tangan terjulur--dengan memegang sebuah kopi, membuat netra (Name) membulat.

"Wah, keben—" perkataan (Name) terpotong kala ia melihat si empu pemilik tangan. Wajahnya terkejut.

Kuroo, selaku si pemilik tangan yang menyerahkan kopi tersebut menyeringai, "Udah gue duga."

(Name) melotot sembari memakai tertahan, "Anj—" kemudian ia hendak melarikan diri, tapi kalah cepat dengan Kuroo yang keburu memegangi kerah seragamnya.

"Eits, mau kemana lo?" cegah Kuroo.

"Apaan sih? Gak usah pegang-pegang! Kita gak kenal!" seru (Name) kesal.

"Masa?" tanya Kuroo sembari menaikkan sebelah alisnya, "Mbak hantu penghuni kamar kosong 221."

"Asu." maki (Name).

"Udah puas nyamarnya? Hah, gue baru tau kalo Yaku punya sepupu dan lo sepupunya." Kuroo berujar dengan nada tidak percaya.

Pantas saja waktu tidak sengaja ketemu gadis itu Kuroo merasa tidak asing. Dan hal janggal yang selama ini dia rasakan kala bertemu dengan (Name) ternyata adalah hal ini. Bisa-bisanya Kuroo tertipu, padahal dirinya bukan orang yang mudah ditipu.

"Emangnya penting buat lo? Sekarang dah tau kan? Sana pergi, hush!" usir (Name) kesal sembari melepas paksa cengkraman Kuroo pada kerah seragamnya.

"Gak semudah itu. Lo emangnya mau gue bocorin tentang penyamaran lo ini?" ancam Kuroo.

(Name) memutar bola matanya malas, "Bocorin aja. Toh, udah terlanjur juga."

"Yakin? Kira-kira ekspresi Yaku bakalan gimana?" Kuroo memasang wajah berpikir.

(Name) terdiam sebentar. Ia tampak berpikir dengan cermat tentang konsekuensi dan hal-hal apa saja yang di hadapinya nanti.

"Eh bentar!" cegah (Name) sembari menarik lengan Kuroo yang hendak melangkah pergi, "Jangan bocorin."

Kuroo menaikkan bahu, "Telat." katanya dengan wajah songong. Kemudian kembali melangkahkan kaki, tapi (Name) lagi-lagi menariknya.

"Mana bisa gitu heh ntar dulu!" cegah (Name) dengan mata melotot.  "Jangan bocorin, plis!"

Kuroo dalam hati ketawa. Merasa lucu dengan ekspresi gadis di depannya ini. Udahlah dia menarik lengan almamaternya seperti anak kecil yang minta di beliin balon, di tambah dengan matanya yang melotot di balik kacamata bulatnya itu. Sangat lucu.

Kemudian, Kuroo menyeringai licik kala mendapati suatu ide yang tiba-tiba terlintas di otaknya.

"Boleh, tapi ada syaratnya." ucap Kuroo.

"Hah?" (Name) reflek melongo.

"Lo harus masuk ekskul basket." ucap Kuroo.

"Gue juga emang pengen masuk!" sentak (Name).

"Terus kenapa gak daftar?" tanya Kuroo heran.

"Ya karena ada lo!" jawab (Name) jujur.

Kuroo melongo, "Orang-orang mau masuk ekskul basket karena ada gue. Sementara lo? Malah gak jadi masuk basket karena ada gue?"

HAIKYUU X READERS || HIGH SCHOOL ELITE! Where stories live. Discover now