5 - Keseruan Malam Pertama

Depuis le début
                                    

Dasar, tidak tahu apa ya kalau temannya sedang jatuh cinta?

"Curang nih anak baru masa dah menang aja,"ucap si Wahyu. "Bar, lain kali jangan dikasih tahu, nanti lo kalah gimana?"

"Enggak masalah. Cuma permainan, asal kita seneng jalaninnya. Saya merasa dihargai kalau kalian nerima saya di sini." Benar-benar cowok idaman, tutur katanya seperti dibuat dari campuran daun mint dan udara pagi hari. Menyejukkan.

Kita semua yang perkataannya terbuat dari campuran gingseng, kaus kaki bekas pakai, dan cabai merah hanya bisa diam seraya tersenyum-senyum canggung. Lalu kembali melanjutkan permainan yang saat itu pemenang keduanya adalah di Malik, dilanjut dengan si Ica, kemudian si Wahyu. Kini tersisa si Hana yang sudah gelisah dan merana dengan tiga kartu di tangannya, melawan si Akbar yang hanya tersisa dua kartu. Sayangnya keberuntungan berpihak pada si Hana yang berarti Akbar harus menerima kekalahan.

"Tuh kan, kalah lo, Bar, Bar," racau si Wahyu yang hanya direspons tertawaan oleh si kalah.

Terpaksa kita semua mengoleskan bedak yang sudah dicampur air ke muka Akbar yang begitu jariku membuat garis pendek di pipinya terasa sangat halus. Dia benar-benar merawat dirinya, meski tidak glowing seperti kulit idola dari luar negeri, tapi kulitnya sangat bercahaya.

Kami semua tertawa saat melihat wajah si penghuni kamar baru dipenuhi noda putih di wajahnya. Akbar menyebutkan itu aman karena kulitnya tidak sensitif sehingga tidak akan menyebabkan kemerahan, aku pernah baca kalau beberapa kulit tidak cocok dengan bedak bubuk bayi yang si Hana punya, bahkan tidak dianjurkan. Tetapi namanya juga si Hana, anaknya suka menantang, jadi dimaklumilah, ya walaupun anehnya itu cocok untuknya. Ah, atau mungkin karena dia mirip simpanse? Tapi tidak juga, kulitnya benar-benar bagus daripada simpanse, hanya selera humor dan rambutnya saja yang mirip, selebihnya tidak.

"Nih, kocok, Bar," ungkap si Malik menyodorkan kartu warna-warni tak berurutan itu ke hadapan si penghuni baru. Sebelum itu kami semua pindah posisi sesuai urutan kemenangan yang mana itu artinya aku dan Akbar jadi sebelahan. Ah, enggak lama lagi semoga sebelahan di pelaminan.

"Kocokan malam pertama penghuni baru, nih. Harus mantap hasilnya, biar gue bisa ngalahin si Asti," celetuk si Wahyu percaya diri.

"Lo enggak akan bisa ngalahin orang yang udah ditakdirkan jadi pemenang, Yu." Termasuk menangin hati Akbar, aku pasti mendapatkannya, kalau tidak akan kurampok saja.

Lucu sekali, Akbar tertawa sembari mengocok kartu saat aku menjawab perkataan si Wahyu. Rasanya semua kesal yang ada di dada hilang setelah melihat betapa tampan dan candunya senyum cowok di sebelahku ini dari dekat, bahkan cemong putih di wajahnya tidak mempengaruhi ketampanannya sama sekali.

Pernah enggak sih saat melihat sesuatu yang terlalu mendebarkan, tangan tiba-tiba saja mengepal lemah menutupi mulut karena gemas. Begitulah aku sekarang saat melihat si penghuni kamar baru, andai bisa minta sama Tuhan ada kejadian apa saja yang bisa membuatku memeluknya sekarang juga, aku dengan sangat meminta supaya tangan-NYA yang Maha Kuasa itu bekerja.

"ARGGGHHH!!"

Mati lampu.

Terima kasih, Tuhan.

Aku sekarang memeluk Akbar.

***

Ternyata tidak sadar sedari tadi bermain kartu di luar sudah gerimis, kecil, makanya tidak kedengaran, tahu-tahu saat melihat ke luar jendela dalam keadaan gelap gulita terlihat daun-daun sudah basah.

Kami menghentikan 'uno game' yang tadi dimainkan karena tidak asyik kalau main dalam keadaan gelap, jatuhnya malah seperti sedang melakukan pemujaan setan, atau menjalankan ritual-ritual sekte sesat. Akan tetapi aku tidak terlalu kecewa karena Tuhan sungguh mendengarku dan aku bisa memeluk Akbar walau hanya sebentar dan berakhir canggung hingga sekarang.

KOSAN CERIAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant