ㅡ as prisoners

3.5K 176 10
                                    




Seorang penjaga melempar Raib dan Ali ke sebuah sel penjara sempit. Sial. Mereka berniat ke konstelasi Proxima Centauri untuk membantu ST4R dan SP4RK, tapi mereka kalah, salah strategi.

Sekarang mereka berdua masuk ke dalam penjara istana, penjara paling buruk karena mereka berdua dianggap sebagai yang paling berbahaya.

"Kita tidak bisa keluar dari sini, Ra. Sekali saja alat pendeteksi itu tahu kamu berada di luar sel, kamu akan tersetrum," Ali menjelaskan.

Raib terduduk bersadarkan dinding penjara yang lembab, "Aku tahu." Gadis itu menghela nafasnya kasar. "Seli dan Batozar pasti sangat khawatir sekarang. Kuharap mereka berdua baik-baik saja."

Ali ikut duduk tiga langkah di sebelah Raib. Suasana ini mengingatkannya pada saat mereka berdua dihukum oleh Miss Selena, juga saat mereka dipenjara di Klan Bintang. Laki-laki itu menatap Raib sambil tersenyum kecil, "Setidaknya aku dipenjara bersamamu, Ra."

"Eh?" Raib mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu, Ali?"

"Bayangkan saja aku berada di sini dengan Batozar, aku hanya akan mendapat omelan dan kata-kata bijak. Semakin membuatku menderita di penjara. Kalau dengan Seli, dia pasti sudah tanya-tanya, cemas berlebihan, sedih berkepanjangan. Itu tidak seru."

"Haruskah aku merasa terhibur karena kamu lebih suka dipenjara bersamaku?" Raib tertawa kecil.

Ali mengangguk. "Kamu harus merasa bangga."

Astaga. Raib tertawa pelan.

Tiga puluh menit terlewati tanpa percakapan. "Buku kehidupan! Apa itu bisa membantu kita?"

"Bisa, kalau buku itu sekarang ada di sini."

Raib kembali mengeluh. Tas ranselnya dia simpan di kapsul ILY.

"Aku berharap kamu punya kejutan seperti saat di Klan Bintang dulu, Ali."

"Sayangnya, aku tidak sempat menyiapkan kejutan, Ra. Kejadian tadi berlalu cepat sekali. Tadi seharusnya kita tidak langsung menyerang, tapi menyelinap lebih dulu," Ali mengeluh.

"Sekarang mengeluh pun tidak ada gunanya, Ali." Raib menengadah. Tubuhnya lelah setelah pertempuran barusan.

"Kamu mau tidur, Ra?" Ali bertanya. "Kalau kamu tidur, aku yang jaga."

"Jaga apa?"

Ali menggaruk rambut kusutnya. "Eh, bisa saja bantuan datang."

"Sepertinya otakmu butuh istirahat, Ali."

"Eh, jadi, kita tidur bareng?"

"Mau bagaimana lagi?" Raib sudah berbaring di matras, menatap langit-langit penjara.

Ali ikut berbaring di matras satunya.

Sepuluh jam kemudian, mereka berdua melamun di atas ranjang masing-masing. Mereka sudah bangun beberapa jam lalu, dan tetap tidak menemukan cara untuk keluar dari sana.

"Ra, apa yang harus kita lakukan?"

"Aku baru saja mau menanyakan hal yang sama, Ali."

Mereka terdiam lagi.

"Aku bosan," Raib mengeluh.

"Aku tidak menyangka pintu kamar mandinya bisa rusak," Ali melirik kamar mandi dalam sel mereka yang terpampang jelas. "Untung saja tadi pintunya jatuh saat aku cuci muka."

Raib tertawa kecil, "Aku tidak bisa membayangkan kalau pintunya rusak saat kamu sedang buang air besar, Ali."

"Yeah, ngomong-ngomong tentang buang air besar, mulai sekarang kita tidak boleh protes kalau ada yahg sedang ingin buang airㅡ"

raib ali as | bumi series fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang