Chapter 33

666 45 6
                                    


Merasa telah puas melihat bayanganku dicermin, pun aku mulai beranjak keluar dari toilet pub ini. Tidak ada gunanya terus-terusan melihat laki-laki payah di cermin itu. Ugh, okay Styles. Kau lah laki-laki payah itu. Apa susahnya untuk mengakuinya, huh? Bodoh.

Entah apa yang membuat kepalaku semakin penat, nyatanya lima gelas vodka tidak dapat menghilangkan sakit kepalaku ini. Terlebih rasa sakit di dalam hatiku, perasaan sakit sialan itu enggan enyah dari sana.

Aku terhuyung dan dengan langkah berat berusaha melewati lorong gelap di depan toilet pub ini. Memandang ke arah kanan dan kiri, tidak sedikit remaja yang dengan liarnya menyalurkan nafsu mereka satu sama lain, tidak peduli dengan tatapan jijik yang diberikan oleh tidak sedikit orang-orang yang lewat didepan mereka. Ya, tidak aneh untuk suasana di dalam sebuah pub. Memang karena seperti ini lah kehidupan malam hari. Aku bahkan sempat masuk kedalamnya, kedalam kehidupan gelap seperti itu. Ya, setidaknya aku dihadapkan dengan sebuah kebenaran, hingga akhirnya aku bisa lepas darinya-dari wanita itu dan menjalani hidupku layaknya seperti sedia kala lagi. Aku cukup beruntung memiliki sahabat seperti Louis, Niall, Liam, dan Zayn. Mereka lah yang menyadarkanku untuk pergi dari kegelapan itu, juga pergi dari wanita tersebut. Well, atau mungkin bisa dibilang wanita itulah yang pergi meninggalkanku.

"Holy shit!" Aku memekik merasakan sesuatu yang dingin yang dengan cepat menjalar di celana jeansku.

"Oh, astaga.. maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja." Seorang wanita berambut brunette yang barusan menumpahkan minuman di celanaku merunduk sibuk berkata sambil mengelap hasil kecerobohannya di celana jeansku tersebut menggunakan beberapa helai tissue.

"Shit, biarkan aku membersihkannya sendiri. Enyahlah." Aku menepis dengan kasar lengan wanita itu dari celanaku dan mengambil alih tissue itu lantas menghapus bekas cairan itu dengan gusar. Entah mengapa aku bisa sekasar ini pada orang lain, apalagi orang itu seorang wanita. Well, mungkin karena suasana hatiku yang sedang buruk saat ini.

"Ma-maaf, aku hanya tidak-"

"Shut up! Enyahlah!" Dengan cepat aku memotong kalimatnya lantas melihat ke arah wajah ketakutan wanita itu, ia nampak ingin melanjutkan perkataannya namun ia urungkan saat melihat tatapan tajam dariku.

Aku menggeram tidak peduli dengan wanita tersebut lantas kembali membersihkan celana jeans ku yang sekarang nampak aneh karena ada noda coklat yang melebar di bahannya.

"Sekali lagi maafkan aku." Wanita itu kembali berkata namun dengan nada yang sedikit tertahan.

"Ku bilang enyahlah!" Aku kembali menatap wajah ketakutan itu dengan tajam. Aku merasa geram karena terganggu oleh perkataan wanita tersebut. Lagipula, apa jika aku menerima perkataan maafnya, celana jeans ini akan kembali seperti semula? Oh, man. Itu sungguh sebuah kalimat basa-basi yang amat basi.

"Tapi-"

"Okay, kalau kau tidak ingin pergi. Akulah yang akan pergi." Aku beranjak pergi dari hadapannya setelah membuang helaian tissue yang sekarang nampak tidak berbentuk lagi.
Persetan dengan wanita itu, aku tidak peduli. Yang aku inginkan saat ini hanyalah berusaha menghilangkan perasaan sialan ini dari hatiku. Tidak perduli berapa lagi botol vodka yang akan ku minum nanti, asalkan perasaan sakit sialan ini dapat enyah dari tubuhku. Toh, tidak ada yang peduli dengan keadaanku saat ini.

Mendudukan bokongku dengan gusar di kursi bar lantas memanggil seorang bartender yang sedang berdiri tidak jauh dariku.

"Dua botol vodka." Ucapku lantas mengeluarkan beberapa lembar uang dolar dari dompetku dan memberikan kepada laki-laki yang memakai rompi hitam tersebut.

Loved [One Direction Love Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang