Chapter LXIV (Maze)

Start from the beginning
                                        

Segala plot hole yang Johnny rasakan selama ini, seakan telah terisi begitu sempurna setelah kesadarannya berhasil menerima penyebab dari nasib buruk yang sempat menimpa Haechan. Begitu pula dengan pemikiran Chenle saat ini yang mulai memahami jawaban dari pertanyaan yang terus berputar-putar di kepalanya pasca mendengar penjelasan dari Jungwoo. Tentang sebuah pertanyaan mengenai alasan mengapa para penjahat yang menyekap Haechan lebih memilih untuk merusak ingatan sahabatnya itu, daripada benar-benar menyiksa atau melecehkannya secara fisik.

Ibarat dalam sebuah game RPG online, Haechan adalah musuh utama dalam game tersebut, yang terlalu op alias overpower hingga menyebabkan para pemain game kesulitan untuk mengalahkannya. Maka dari itu, sebagian besar dari para pemain pastinya akan protes kepada developer game untuk melakukan nerf atau melemahkan karakter yang menjadi musuh utama dalam game tersebut, dibandingkan meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk mencoba mengalahkannya sendirian.

Perandaian itu mulai terasa masuk akal di kepala Chenle, yang menganalogikan jika kecerdasan atau inteligensi Haechan lah yang sebenarnya menjadi ancaman besar bagi para penjahat tersebut, hingga membuat mereka lebih memilih untuk menghancurkan Haechan secara mental ketimbang merusaknya secara fisik.

Licik.

Sangat licik.

Benar-benar licik.

Namun semua itu tidaklah cukup menjawab pertanyaan lain yang juga membayangi benak Chenle saat ini, tentang alasan utama mengapa para penjahat itu menganggap jika kercerdasan atau inteligensi Haechan merupakan momok yang begitu menakutkan bagi mereka, hingga sebisa mungkin harus dilemahkan atau bahkan sampai dihancurkan.

Logikanya, kalau penyekapan yang menimpa Haechan lima tahun lalu hanya sebatas penyekapan biasa untuk mendapatkan uang dengan nilai fantastis, untuk apa para penjahat itu sampai repot-repot menghapus dan menanamkan memori palsu di otak Haechan kan?

Kecuali...

"Tapi tunggu," ucap Johnny tiba-tiba setelah mampu mengendalikan amarahnya, "Kau bilang memori Haechan dihapus kan? Bukannya berarti memori itu hilang?" lanjutnya lagi seraya menoleh pada Jungwoo, "Lalu kenapa Haechan bisa memperoleh ingatannya kembali? Bahkan secara utuh?"

Benar juga.

Chenle yang baru menyadari semua itu pun turut penasaran hingga tidak mampu menahan reaksinya untuk menatap lekat-lekat pada Jungwoo yang kini terlihat mengerutkan keningnya.

"Kalau aku bilang itu keajaiban, apa kalian akan membunuhku karena memberikan jawaban tidak memuaskan?" balas Jungwoo.

Chenle hanya bisa mendengus sebagai respon dari pertahanan dirinya untuk tidak ikut mengumpati Jungwoo yang terkesan sedang bermain dengan kata-katanya, berbeda dengan Haechan yang hanya bisa terkekeh penuh nada sarkastik, ataupun Johnny yang menghela napasnya.

"Jungwoo ya, ini bukan waktunya bercanda," ucap Johnny sambil memijit keningnya; pusing.

Jungwoo lantas terkekeh.

"Aku tidak janji bisa menjelaskan dengan bahasa manusia," ungkap Jungwoo, "Yang jelas secara singkat, manusia memiliki tiga tahap kesadaran," lanjutnya, "Yaitu conscious*, preconscious* dan unconscious*."

Chenle yang merasa sedikit tidak memahami cara penyampaian Jungwoo yang menggunakan istilah asing pun, berusaha memfokuskan diri untuk mendengarkan sisa penjelasan yang terungkap setelahnya. Sebuah penjelasan yang mengandung pemikiran dari Jungwoo, tentang kemungkinan dari segala memori yang secara sadar Haechan ingat pada tahap conscious, tidaklah menghilang selama proses penghapusan memori tersebut, melainkan terpendam secara tidak sadar pada tahap unconscious, oleh karena keinginan kuat dari dalam diri Haechan untuk menolak semua proses penghapusan itu.

ReverseWhere stories live. Discover now