Part 1. Namaku Juminten

26 3 3
                                    

"Bibir kamu lembut, ya."

"Bibir kamu juga."

"Nanti lagi, ya."

"Hmm, liat ntar, ya."

"Lagi ngapain lo?" tanya seorang gadis yang berusia kisaran dua puluh tahun itu. Namanya adalah Meta. Dia wanita tersebut begitu cantik dan terasa seperti sempurna. Dia banyak digandrungi oleh laki-laki karena fisiknya yang sangat mendukung. Hanya saja, dua hanya mencintai satu laki-laki yang tidak mencintainya. Dia mengejarnya sampai mati. Sekalipun dia harus sakit hati, baginya tidak mengapa asalkan bisa bersama laki-laki itu. Begitulah kira-kira kisah percintaannya.

Apa yang diceritakan itu justru berbanding terbalik dengan seorang gadis yang hendak mengambilnya yang jatuh ke lantai akibat terkejut. Untung saja kakaknya itu belum sempat membaca apa yang dia baca barusan. Tentang curhatan hati anak remaja di sebuah komunitas di mana dia mempertanyakan keseriusan pacarnya, karena selalu meminta hal-hal yang aneh padanya. Padahal jika dia berpikir lebih logis tanpa harus mengaitkan hati, mungkin dia akan menemukan jawabannya. Tentunya tidak ada laki-laki di dunia ini yang sungguhan mencintainya, tetapi justru merusak masa depannya atas nama cinta dan kasih sayang. Itu hanyalah alasan bagi dirinya untuk menyalurkan hasratnya secara gratis. Kamu jangan sampai tertipu dengan hal-hal yang seperti. Belajarlah lebih pintar dalam mengenal cinta.

Gadis yang memiliki bobot kurang lebih 80 kilogram di saat umurnya masih 16 tahun. Ya, dia  masih duduk di kelas x, memang tubuhnya melebihi teman-teman yang ada di kelasnya, itu sebabnya dia sering mendapatkan ejekan dari mereka yang berparas good looking. Baginya tak apa, setidaknya mereka punya bahan lelucon sekarang. Membuat orang lain bahagia itu juga termasuk pahala bukan? Tetapi itu juga menjadi alasan dirinya di mana dia kadang tidak masuk sekolah sampai berhari-hari.

"Kita masih memasuki semester pertama, tapi kamu sudah beberapa kali absen untuk tidak masuk sekolah. Apa kamu punya masalah di sini?"

Entahlah, dia tidak tahu harus mengatakan apa. Ada orang yang bilang, mereka yang terkena bullying tidak punya pilihan di dalam hidupnya. Jika mereka hanya diam saja, maka mereka harus bisa menikmati kesakitan tentang apa yangh mereka alami. Namun jika mereka memilih melawan, maka mereka harus bisa menerima konsekuensi kalau seandainya perlawanan mereka kurang. Bisa jadi hari-hari mereka akan menjadi lebih buruk dari yang kemarin atau semuanya berhenti sampai di situ. Semuanya tergantung dengan keberanian masing-masing dan seberapa besar mengambilnya resiko.

"Tidak apa-apa Bu. Saya hanya sakit kemarin."

Percayalah, tidak ada gunanya membubarkan ini kepada orang lain, karena mereka belum tentu bisa memposisikan diri mereka seperti kita. Mereka bisa menganggap itu seperti candaan dan kita yang terlalu berlebihan dalam menangapinya. Akan sangat meyakinkan jika kita berbicara panjangnya lebih, tetapi mereka tidak mengerti.

"Saya masuk ke kelas dulu, Bu," pamit Kesya Jumaira. Ya, namanya Kesya Jumaira. Nama yang bagus bukan? Tetapi teman-temannya menolak untuk memangilnya dengan panggilan itu, karena bagi mereka, nama Kesya itu terlalu cantik baginya, jatuhnya malah seperti penipuan. Mereka juga tidak memangilnya dengan sebutan Jumaira. Mereka sudah memiliki nama yang panggil bagus untuk dirinya.

"Juminten, tolong beliin gue mie dong. Jangan lupa dibawa ke kelas, ya. Makasih." Wajah imut itu melambaikan tangannya. Kemudian berlalu pergi.

"Ya, inilah kisahku. Apa kalian tertarik untuk mengikutinya? Terus berikan aku semangat. Karena aku sedang berada di fase terberat di mana aku harus menghadapi sesuatu yang tak mau aku hadapi yaitu bully di sekolah."

Bersambung ....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kisah Cinta Si BuriqWhere stories live. Discover now