Taehyung menggedor pintu tempat Irene tinggal, menuntut agar segera di buka. Ada banyak tanya yang siap dia muntahkan pada Irene, semua prasangka dan duga yang dia harap Irene menyangkalnya.

Krieeet

Pintu terbuka sedikit demi sedikit, tanda bahwa seseorang di balik pintu rapuh itu merasa takut.

“Apa yang terjadi?” Taehyung tidak banyak basa-basi.

“Oppa, aku, aku...” Bibir Irene bergetar takut, bayangan bagaimana Tzuyu terpental dan mandi dengan darah membuatnya nyaris tidak bisa bernafas.

“Kau menyakiti Tzuyu?” Taehyung menatap tajam Irene.

“Dia datang, minibus, darah, darah di aspal...hah darah hah hah hah aku tidak tau ada darah di mana-mana” Irene luruh bersimpuh menjambak-jambak rambutnya.
Pikiran Irene kacau, sama seperti penampilannya. Wajah yang penuh dengan lebam, sudut bibirnya luka dan masih ada sisa darah mengering. Dia hanya memejamkan matanya, suara jeritan dan hantaman hilir mudik masuk pendengarannya saat dia membuka mata Tzuyu sekarat di tengah jalan.

“Kau menyakitinya? Kau ingin membunuhnya? Kau membencinya? Aku pikir kau gadis baik-baik Irene!”
“Aku tidak melakukan apapun oppa, tidak bukan aku, bukan aku”

“Untuk apa kalian bertemu?! Katakan dengan jelas!”
Irene diam, tidak ingin berbagi kalimat menyakitkan yang Tzuyu caci maki padanya. Entah apa yang ada dalam benak Irene, hingga memutuskan untuk diam pada setiap pertanyaan yang Taehyung tuntut darinya.

“Bagaimana Tzuyu yang ada di Daegu, tiba-tiba berada di jalanan hampir menemui maut, kenapa Irene? Mengapa kau diam?!”

Jauhi putraku, mengapa kau ini keras kepala sekali...

“Irene, aku bertanya padamu?!”

“...Ayahmu yang lumpuh itu, aku bisa membuatnya lebih parah lagi. Adikmu yang di tahan, aku bisa membuatnya menderita di dalam sana, atau ibumu? Apa ya yang harus aku lakukan pada dia?...

“Kau mau terus diam? Kau tidak punya penjelasan apapun untukku?”

“...lihat, wanita dalam kaca besar itu dirimu, apa kau pantas bersama putraku? Lihat sandal yang kau pakai ini, baju, celana, apa-apaan semua ini. Tidak, jauh sekali perbedaannya, kau adalah mainan putraku. Barang yang di manfaatkan saat dia bosan...

“Aku masih memberimu waktu untuk menjelaskan semuanya,?! Berhenti diam dan menunduk, tatap aku!”

Apa kau tidak jijik pada dirimu itu, mengemis cinta, menjadi pelampiasan seorang pria. Berapa harga dirimu Bae Irene? kau tidak perlu repot-repot menikahi putraku untuk hidup makmur, katakan kau mau berapa? Apa perlu aku beri cek saja?

“Irene jangan sampai kesabaranku habis,!”

Ini batasanku Irene, jika kau masih bersama putraku, aku sendiri yang akan membuatmu meregang nyawa!

“BAE IRENE!” Taehyung Hilang kendali dalam satu gerakan dia menarik Irene berdiri dari posisi simpuhnya.  Gadis mungil itu tersentak dan menatap sendu Taehyung, hanya menatap saja. Mencari harapan dari manik yang terus menatap tajam, saat yang terlihat adalah amarah dan curiga air mata kembali jatuh bersama harapan yang menguap.

“Katakan? Aku bilang katakan!” Taehyung mengguncang tubuh Irene.

“Maaf”

Kata itu lolos begitu saja. Dari sekian banyak hinaan yang Irene terima dari Tzuyu, yang terjadi hari ini tetaplah kesalahannya. Hati yang diam-diam egois memaksakan keadaan untuk terus bisa dekat pujaan hati, jika saja Irene tidak melakukan itu kejadian hari ini tidak akan pernah terjadi termasuk ancaman untuk keluarganya tidak akan pernah datang.

🍃🍃🍃

Seoul National Hospital tempat Tzuyu menjalani masa kritisnya, 24 jam berlalu gadis itu belum membuka mata. Di balik kaca besar memanjang Tuan dan Nyonya Chou berdiri, memandang pilu putri kecil mereka. Taehyung dan Min Ah juga berada di sana, setia menemani calon anggota keluarga yang resmi dalam beberapa minggu ke depan jika saja hari naas kemarin tidak terjadi.

“Kami dapat kabar orang yang bersedia mendonorkan darah untuk Tzuyu, saat ini dia sedang melakukan pemeriksaan sampel darah bersama perawat”
Dokter Park memberi kabar bahagia, membuatnya dapat pelukan hangat dari Tuan Chou dan ucapan terima kasih Nyonya Chou, Min Ah dan Taehyung.

“Aku ingin bertemu dengan orang baik itu, dimana dia Dokter Park?” Tanya Nyonya Chou penasaran dengan orang baik yang menolong putrinya.

“Kau bisa menemuinya nanti setelah aku memastikannya”

🍃🍃🍃

Seokjin akan berangkat menuju Seoul National Hospital setelah mendapat pesan dari meja informasi bahwa Taehyung menghubunginya untuk meminta bantuan kantung darah, jika saja tidak ada pasien darurat yang memerlukan tindakan Seokjin.
Seokjin harap-harap cemas, sebab Taehyung tidak mengatakan alasannya meminta darah di tambah dia tidak mendengar keseluruhan yang di sampaikan petugas yang menerima panggilan, pria pemilik bahu  bidang itu tidak fokus melakukan tindakan. Sebelum menjadi fatal, Seokjin mengutus perawat yang mendampinginya untuk bertanya meja informasi golongan darah apa yang di katakan Taehyung.
Mendengar Golongan darah AB- sedikit meredam gelisah Seokjin. Setidaknya, itu bukan golongan darah orang tua maupun adiknya. Namun, siapa? Seokjin menepis pertanyaan itu, sekarang dia perlu fokus pada pasiennya. Seokjin berusaha menghubungi Taehyung, meskipun tersambung tetapi tidak mendapat jawaban. Segera dia beralih menghubungi Ibunya dan mendapat kabar bahwa Tzuyu mengalami kecelakaan . Seokjin terkejut dan merasa kasihan, tetapi dia tidak bisa segera menuju Seoul karena padatnya pasien pada stase Seokjin. Berbeda jika itu ayah, ibu atau adiknya, Seokjin tidak akan lagi mementingkan pekerjaannya, dia pasti akan berlari ke mana pun dan dalam keadaan apapun. Seokjin memutuskan untuk kembali ke Seoul esok hari.  

Belum pukul 10.00 pagi Range Rover putih Seokjin memasuki kawasan Seoul National Hospital. Setelah memarkir mobilnya, Mata Seokjin melihat Irene berjalan memasuki rumah sakit. Seokjin dengan terburu-buru melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil untuk mencegah Irene, dalam benaknya Irene akan melihat keadaan Tzuyu lalu berakhir menjadi sasaran marah Min Ah.

Semakin dekat Seokjin dengan Irene, semakin dia melihat gadis itu berjalan pada arah yang berbeda dari bayangannya. Seharusnya Irene berbelok ke kanan dari Lobi rumah sakit jika ingin menuju ruang tempat Tzuyu dirawat intensif. Ya, Seokjin sangat mengenal seluruh area rumah sakit itu, karena selama dua tahun lamanya dia menjalani coast di Seoul National Hospital.

Seokjin harap Irene tidak mengenali wajahnya, karena mereka hanya bertemu sekilas tanpa saling memperkenalkan diri.   Seokjin duduk berhadapan dengan Irene, pada bangku yang saling berseberangan. Jarak dua meter dari kursi Irene terdapat Laboratorium  berpintu kaca reflektif.
“Nona Bae Irene” Irene bangkit saat mendengar perawat yang baru keluar dari ruang lab memanggil namanya. Seokjin mengikuti Irene dengan matanya.
“Apa yang dia lakukan, apa mendonor darah?” Seokjin masih menatap pintu kaca itu, menunggu Irene keluar dari sana. Tanpa Seokjin sadari Dokter Park jalan mendekat padanya.
“Seokjin?” Sapa Dokter Park ramah.
“Hyung Sik Sunbaemin” Seokjin berdiri dan membungkuk hormat. Dokter Park Hyung Sik tersenyum, pria 36 tahun itu bahagia bertemu kembali dengan junior yang dia dampingi selama coast dan masa internship. Junior yang dia kagumi dari segala sisi, terutama karakter Seokjin yang rendah hati dan selalu membumi. Bisa saja Seokjin melakukan coast dan masa internship di rumah sakit milik keluarganya, tetapi dia memilih untuk tidak melakukannya. Ada satu kejadian saat Seokjin protes di beri nilai 100 pada ujian stase radiologi, menurutnya nilai sempurna itu sangat berlebihan kontras dengan teman-teman satu angkatannya. Seokjin tidak mau nilai yang dia dapat di cap sebagai nilai relasi antara Ayahnya dengan dokter senior di rumah sakit itu. Konyol menurut Park Hyung Sik, saat di uji ulang dia tetap mendapat nilai sempurna, dan karena memang itulah hasilnya tanpa campur tangan relasi atau apapun itu.

“Apa kabarmu Seokjin? Hyung saja” Pertanyaan basa-basi Hyung Sik
“Baik, kau hyung?”

“Tentu saja baik dan mengapa kau di sini? Tidak menemui keluargamu?”

“Aku tadi  melihat seorang kenalan, ternyata hanya mirip hyung. Karena lelah mengejarnya dari parkirkan aku duduk di sini sebentar, kau sendiri hyung?”

“Tentu saja bekerja” Hyung Sik terkekeh.

“Pertanyaanku salah rupanya” Ucap Seokjin.

“Tidak sepenuhnya. Aku mendapatkan kabar ada orang yang bersedia mendonor darah untuk Tzuyu, perawat menguji sampel darahnya dan itu cocok, aku hanya perlu mengontrol saja di sini”

“Siapa hyung?” Seokjin memastikan jika memang Irene yang melakukan donor itu.

“Hyung belum tau, aku baru akan masuk, kau mau ikut?” Seokjin memberi sikap menolak atas tawaran Hyung Sik.

“Hyung masuk dulu kalau begitu”
Selang 20 menit Hyung Sik keluar ruangan dengan terburu-buru. Seokjin yang masih duduk di sana kembali berdiri dan menyusul.

“Apa yang terjadi hyung?”

“Ada keadaan darurat”

“Tzuyu?”

“Bukan, aku harus segera ke UGD” setelah mengatakan itu Hyung Sik berlari.

Irene keluar dari ruang laboratorium , pada perpotongan lengan kanannya ada plester coklat kecil membentuk persegi panjang. Wajahnya pucat pasi tampak seperti mayat hidup yang darahnya sudah terkuras habis. Langkah Irene tidak stabil, dia merasa kepalanya sangat ringan.
Seokjin membalikkan tubuhnya berniat kembali pada tempatnya tadi duduk menunggu Irene. Hal yang pertama dia lihat adalah Gadis itu merapat menuju tembok putih, merambat mencari kursi. Seokjin sedikit berlari menuju Irene, dia sudah tahu sebentar lagi tubuh itu pasti akan jatuh.

Irene terus memaksa batas kesanggupannya yang sudah tamat, pandangannya kabur, masih bisa Irene rasakan tubuhnya  melayang-layang seperti ilalang liar tertiup angin di seberang rumahnya di Daegu.

GREP!

Irene kembali sadar, saat tangan seseorang menggapai tubuhnya yang hampir terperosok ke lantai. Seokjin memapah Irene dan mendudukkan tubuh pucat gadis itu pada kursi.

“Terima kasih” Lemas Irene membungkuk hormat dari posisi duduknya.

“Kau baik-baik saja?” Seokjin bertanya bukan lagi tentang kejadian yang baru terjadi, melainkan wajah lebam dan luka di bibir Irene.

“Tidak apa-apa, aku hanya merasa lemas” Dan Irene salang sangka dengan pertanyaan Seokjin.  

“Kau, Irene? Gadis yang bersama Taehyung?” Tanya pria itu setelah membawa Irene duduk di kursi.

“Kau mengenalku?” Bingung Irene.

“Kim Seokjin, kakak Taehyung” Irene mengangguk saat menyadari pria di sampingnya itu adalah pria yang menarik Taehyung pergi saat di acara peresmiannya sebagai wakil direktur rumah sakit.

“Kau mendonor darah untuk Tzuyu?” Pertanyaan itu Seokjin katakan pada Irene dengan nada yang pelan, sangat pelan hingga bisa disebut sebagai bisikan. Namun, masih dapat Irene dengar karena memang posisi mereka yang saling berdekatan.

“Kau tidak menjawab, berarti benar” Seokjin menyimpulkan.

“Tuan, bisakah kau tidak mengatakan bahwa aku yang mendonor darah” Suara Irene parau.

“Namaku Seokjin, kau bisa memanggilku apapun, jangan Tuan, aku tidak suka” Seokjin mengoreksi panggilan Irene padanya. Irene samar tersenyum menyadari kalimat Seokjin sama seperti yang pernah Taehyung katakan padanya.

“Dan apa alasan aku harus merahasiakan hal itu?” Seokjin melanjutkan kalimatnya.

“Bisakah, Seokjin-ssi merahasiakan hal ini saja” Ada nada memohon dari kalimat Irene.

“Katakanlah aku menjaga rahasia ini, dokter dan perawat yang membantumu donor tadi?”

“Aku sudah mengatakan pada dokter dan perawat, aku mau hak privasiku”  Seokjin mengangguk.

“Baiklah, baiklah. Kau akan langsung pulang kan?” Tanya Seokjin.

“Jangan datang kemari, kau tau eomma ku akan melakukan hal yang kasar padamu nanti” Lanjut Seokjin belum sempat Irene menjawab.

“Tzuyu akan selamat kan? Dia pasti akan sembuh saat aku memberi donor kan Seokjin-ssi?”

“Tentu saja, dia di tangani dokter yang tepat, aku yakin Tzuyu bisa pulih” Seokjin memandang wajah Irene dari samping.

“Bolehkah aku tetap di sini sampai dia sadar? Perawat tadi bilang Tzuyu dalam keadaan kritis dan belum membuka matanya” Irene tidak bisa membendung air matanya saat sekelebat  kejadian kemarin terbayang-bayang dalam ingatan. Seokjin masih mempertahankan pandangannya.

“Kau akan terluka jika di sini”

“Aku tidak akan memperlihatkan diriku di sana, hanya berada di rumah sakit ini dan mendengar bahwa Tzuyu sudah sadar” Irene menoleh pada Seokjin.

“Terserah, aku sudah memberimu peringatan. Kalau terjadi sesuatu itu risiko dirimu” Seokjin berdiri.

“Apa kau sudah merasa baikkan?” Seokjin bertanya sekali lagi. Irene mengangguk.

“Terima kasih Seokjin-ssi”

“Sama-sama, terima kasih juga telah memberi donor pada Tzuyu. Aku permisi” Seokjin melangkah pergi menuju ruang tempat Tzuyu di rawat.

○○○○○
TBC

IF IT IS YOU ♡VRENE♡Where stories live. Discover now