II

604 62 6
                                    

Baekhyun menghela nafas, ini sudah hari ke 14 setelah dirinya dan Liéght menyerahkan diri di bawah Phoenix, namun ia belum mendapat kabar apapun sehingga perasaan cemas selalu menghantuinya tentang apakah Phoenix menolak Liéght untuk bergabung bersamanya atau tidak.

Bergabung bersama Phoenix mungkin bukan sesuatu yang bagus namun saat itu ada gelenyar aneh di dadanya saat obsidian nya bertabrakan dengan milik ketua Phoenix. Ia merasa aman dan entahlah mungkin karena dirinya yang sedang sakit dan tidak bisa berfikir panjang, maka dengan tidak warasnya menyerahkan Liéght juga dirinya di bawah Phoenix.

Baekhyun masih berharap bahwa Phoenix mau mengulurkan tangannya, pun jika mereka menolak mungkin yang akan Baekhyun lakukan adalah merangkak dibawah Wu atau menjual Liéght dan mulai membayarkan hutang. Sisanya akan ia coba bayar saat mulai bekerja nanti. Ia tidak punya pilihan lain karena bagaimanapun juga Liéght sudah tidak bisa diselamatkan, tidak ada tamu yang datang karena takut di ringkus kepolisian seperti tahun lalu yang menyebabkan mala petaka datang pada bisnis keluarganya.

Ia menghela nafas lagi, lebih berat dari sebelumnya. Menatap ke arah Jongdae dan Kyungsoo yang sedang mengelap meja disana dengan mata berkaca-kaca, memikirkan bagaimana nasib mereka yang hancur mengikuti keluarganya. Ayah Kyungsoo dan Ayahnya merupakan teman dan partner dalam bisnis Liéght sehingga saat Liéght mengalami kehancuran, maka keluarga Kyungsoo pasti terseret. Ayah Kyungsoo berada di sel tahanan sekarang, sedangkan Jongdae adalah anak lelaki yatim-piatu yang tinggal di panti asuhan dekat rumah mereka. Ketua Byun mengulurkan tangannya untuk membantu kehidupan Jongdae agar lebih baik dan menjadikan ia teman sekaligus figur kakak bagi Baekhyun. Baekhyun sudah menyuruh mereka pergi dan memberi beberapa uang yang tersisa walau tidak banyak namun yang dilakukan mereka adalah tetap disisinya, meminjami uang simpanan mereka untuk kehidupan sehari-hari selama setahun Liéght tidak beroperasi. Jika Baekhyun bertanya mengapa pasti jawabannya adalah kesetiaan dan kasih sayang, Jongdae sudah tinggal bersama keluarganya sejak umur 5. Menemani Baekhyun dari kecil jadi mau tidak mau Baekhyun mengiyakan mereka yang ingin tinggal karena bagaimanapun juga ditinggalkan saat terpuruk merupakan situasi yang tidak menyenangkan.

"Jika Phoenix tidak memberi kabar hari ini, kurasa aku harus mendatangi Wu"

Baekhyun berjalan mendekati kedua orang yang sibuk di belakang counter table, memilih duduk disalah satu kursi disana kemudian menopang dagunya dengan lesu.

"Bagaimana menurut kalian?"

"Apa kau tidak ingin memastikan kepada Phoenix terlebih dahulu?"

Itu suara Kyungsoo, mata bulatnya menatap Baekhyun dengan serius.

"Ya, Kyungsoo benar. Apakah aku perlu menemanimu kesana?" Jongdae menimpali, mengelus kepala Baekhyun dengan sayang. Baekhyun sudah seperti adiknya sendiri omong-omong.

Baekhyun membuang nafas, menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Berusaha berfikir apa yang harus ia lakukan saat ini. Apakah ia harus mendatangi Phoenix atau langsung bersepakat dengan Wu.

Sebelum menentukan apa keputusannya tiba-tiba saja suara pintu terbuka membuat tiga kepala disana menolah secara bersamaan. Itu Minseok, sekretaris Phoenix yang berjalan ke arahnya dengan di temani dua bodyguard di belakangnya kemudian menundukan kepala memberi hormat.

"Halo, Baekhyun"

Baekhyun berjengit, hampir saja terjatuh jika tangan Minseok tidak segera menangkap tubuhnya yang oleng "Hati-hati" ucap Minseok disertai senyuman yang membuat Baekhyun gugup sambil meminta maaf.

"Phoenix ingin bertemu denganmu, Baekhyun."

Baekhyun meneguk ludahnya, apakah ini pertanda baik atau pertanda buruk. Ia tidak tahu. Jantungnya berdegup dengan kencang memikirkan kejadian dua minggu yang lalu dan ia hanya mengangguk sambil mengikuti Minseok meninggalkan Liéght dengan Jongdae dan Kyungsoo yang berharap besar.

PHOENIX's [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang