03. family tale

489 60 2
                                    

"yak! huang jisung habiskan susumu!" renjun berkacak pinggang sembari memberi tatapan menyeramkan yang dibuat-buat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"yak! huang jisung habiskan susumu!" renjun berkacak pinggang sembari memberi tatapan menyeramkan yang dibuat-buat.

jisung yang sedang bermain catur bersama jeno itupun mendongkak sebentar, "ya, sebentar,"

"habiskan, jie. papa perlu mencucinya setelah ini," melihat jisung yang mengabaikan kalimatnya membuat renjun mendesah lelah kemudian mendekat.

jeno yang sudah mengerti bahwa renjun siap mengomeli jisung lagi segera memberinya tanda melalui mata. untungnya suaminya itu mengerti, kemudian dengan sedikit lebih halus renjun mulai mengusak rambut sang anak gemas. "baiklah, mari jalankan pionmu dulu,"

tubuh itu mendekat, ikut masuk dalam permainan yang dibuat oleh sang suami dan sang anak. "butuh bantuan?" bisiknya.

jisung menoleh semangat sembari menganggukan kepalanya, "tapi setelah ini habiskan susumu, oke?" tanpa berpikir lagi, jisung malah sudah menegaknya sampai habis. membuat renjun tertawa dan langsung menempatkan pion jisung untuk memblokir pertahanan raja milik sang ayah.

"anak pintar!" renjun tersenyum penuh arti dan jisung paham apa yang terjadi, membuat bocah sepuluh tahun itu langsung menyentil sang raja hitam dengan jari mungilnya.

"I'm the winner!" jeno yang mendapat teriakan tak terduga itu membuka mulutnya lebar, dilihatnya papan monokrom itu sekali lagi sembari mencerna secara perlahan kesalahan strategi yang ia susun rapi-rapi.

"you cheat, boy. It's not over yet,"

"no, dad, I'm the winner! we are the champions!" jisung memeluk sang papa disebelahnya, membuat jeno merasa tersisihkan, ditambah lagi renjun malah memberinya senyum mengejek.

"yoksi, nan adeul!"

sang ayah yang masih belum menerima kekalahan itu mulai menyusun caturnya kembali, "let's play again,"

"not today, daddy. Jisung harus segera mandi dan kita akan sarapan bersama. kau juga harus ke kantor pagi ini," mendapat larangan dari sang suami membuat jeno mendesah kecewa, padahal jiwa kompetitifnya masih membara meskipun itu dihadapkan dengan sang anak.

"jisung tidak ingin mandi," tanpa renjun sadari sang anak sudah memasang wajah sedih sedari tadi perihal kata mandi yang rasanya sudah menjadi musuhnya sehari-hari.

"loh, kenapa?"

"dingin."

"papa bisa menyiapkan air hangat untuk jisungie, bagaimana?" bocah itu menggeleng lemah.

"Tap--"

"--yasudah, mandinya nanti saja." jeno memotong, binar dimata Jisung seketika bersinar terang.

"tetapi hari ini jisung harus membantu daddy mencuci mobil, bagaimana?" anak itu memasang pose berpikir, sedang mempertimbangkan kalimat sang ayah. lain halnya dengan renjun yang sudah terkikik oleh rencana terselubung suaminya.

the cather in the ryeWhere stories live. Discover now