Bab 3

1.2K 39 0
                                    

"Selamat pagi, kak."

"..Selamat pagi."

Arthur mengalihkan pandangannya ke jam dinding di kamar itu. Jam menunjukkan pukul 7.30. Saat ia hendak turun dari ranjang, Charlie langsung menahannya.

"Mau kemana?"

"Kamar mandi, memangnya kenapa?"

Charlie menahan tubuh Arthur agar tetap berada di posisi baring. Anak itu tersenyum miring sebelum naik ke atas tubuh Arthur. Ia ingin melihat wajah Arthur yang memerah lagi seperti tadi malam.

"Charlie, ada ap- ngh.."

Desahan kecil lolos dari mulut Arthur sebelum ia sempat menahannya. Melihat reaksi Arthur, membuat Charlie ingin menjadi melakukan lebih. Dengan gerakan lambat, Charlie menggosok telapak tangannya di nipple Arthur yang masih terbalut dengan baju tidur.

Arthur berusaha untuk membuat Charlie turun dari atas tubuhnya tanpa menyakiti anak itu.

"Ah- C-Charlie..! Kumohon hentikan.. Kenapa kau tiba-tiba melakukan ini..?"

"Aku tidak tau, kak. Setiap kau mengeluarkan suara seperti tadi, membuatku ingin mendengarnya lagi dan lagi.."

Anak itu menghela nafasnya dengan sedikit sulit karena Charlie yang masih berada di atas tubuhnya. Melihat hal itu, Charlie segera turun dari tubuh kakaknya dengan raut wajah bersalah.

"Maaf, kak."

Rasa tidak tega langsung menyerang hatinya begitu melihat wajah bersalah Charlie.Ia mengecup dahi Charlie dan tersenyum setelahnya.

"Ayo mandi."

Dengan wajah yang kembali gembira, Charlie mengangguk. Saat sudah berada di dalam kamar mandi, mereka berdua membuka baju tidurnya masing-masing. Tatapan Charlie fokus kepada nipple Arthur yang kelihatannya sedikit merah. Apa itu karena ulahnya tadi?

Seperti biasa, mereka menghabiskan waktu selama 30 menit untuk mandi. Setelah selesai mandi, Arthur dan Charlie pergi ke kamar untuk memasang baju. Mengingat jika mereka belum makan apapun untuk sarapan, Arthur langsung mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Kak, sedang cari apa?"

"Ini."

Arthur mengeluarkan 2 bungkus snack dari tasnya yang ia bawa saat baru datang ke rumah itu. Mata Charlie langsung berbinar-binar begitu ia melihat snack tersebut. Itu karena ia sangat jarang makan makanan seperti yang di berikan oleh Arthur.

"Terima kasih, kak!"

Charlie memasang bajunya dengan gerakan cepat lalu memakan snack yang di berikan oleh Arthur kepadanya tadi. Sedangkan Arthur, ia merasa bingung kenapa nipple nya bisa bengkak seperti itu. Saat ia menyentuhnya, Arthur merasa kan sesuatu yang terasa seperti sengatan listrik.

"Kak?"

"Ya?"

"Kau baik-baik saja?"

"..Kurang lebih begitu. Lihatlah, ini menjadi bengkak karena kau menyentuhnya tadi pagi.."

"Jadi, apa yang harus kulakukan agar bengkaknya menghilang?"

"Aku tidak tau.."

Charlie diam sejenak, ia tampak sedang memikirkan sesuatu. Saat sebuah ide muncul di kepalanya, ia kembali berbicara.

"Aku tau! Bagaimana jika di beri plester?"

Raut wajah Arthur terlihat sedikit ragu ketika mendengar saran dari Charlie. Namun, apa salahnya mencoba, bukan? Ia pun mengangguki saran dari Charlie.

Charlie berdiri lalu berjalan menuju laci mejanya. Seingatnya, dulu dia pernah menyimpan beberapa buah plester. Setelah menemukan plester yang di carinya, Charlie berjalan ke arah Arthur.

"Angkat bajumu, kak."

Tangan Arthur bergerak menganvkat bajunya agar Charlie bisa menempelkan plester itu di nipple nya. Namun, saat hendak menempelkan plester itu, Charlie tidak sengaja menyentuhnya. Tanpa ia sadari, erangan kecil lolos dari mulut mungilnya.

"Ngh- Charlie, hati-hatilah saat kau menempelnya.."

"Maaf, aku tidak sengaja."

Setelah plester itu menempel sempurna di nipple Arthur, Charlie pun menurunkan baju yang tadi di angkat oleh Arthur. Mereka berdua memakan snack nya masing-masing setelah itu.

Aktivitas mereka berikutnya adalah bermain. Memangnya apalagi yang bisa mereka lakukan selain bermain? Mereka berdua terlalu sibuk dengan dunia mereka sampai tidak menyadari jika di luar sudah mulai malam.

Saat mereka berdua turun ke lantai bawah, tiba-tiba saja ada orang yang mengetuk pintu rumah itu. Charlie dan Arthur mengintip dari jendela ruang keluarga untuk melihat siapa yang mengetuk pintu itu. Mereka curiga jika orang itu adalah penjahat.

"Charlie, Arthur~"

Kecurigaan mereka seketika lenyap saat mengenali suara yang memanggil nama mereka berdua. Charlie langsung berlari ke pintu utama untuk membuka kuncinya.

"Bundaa!"

Begitu melihat Aneisha yang sudah ada di depannya, Charlie langsung memeluk wanita itu.

"Arthur, lihat apa yang kami bawa."gavin menyerahkan tiga paperbag berwarna hitam kepada Arthur.

"Ini.. Apa ini seragam sekolah?"

"Iya. Mulai hari senin besok, Arthur udah pergi sekolah."

"Bun, kak Arthur satu sekolah sama Charlie ya?"

"Iya. Mulai senin besok, kalian bakal berangkat bareng."

Senyum manis merekah di wajah Charlie begitu mendengar ucapan Aneisha. Hari senin yang dikatakan oleh Aneisha adalah besok. Dengan mata yang berbinar-binar, Charlie menatap Arthur.

"Bun, aku sama kak Arthur satu kelas kan?"

Aneisha mengangguki pertanyaan dari Charlie. Tingkah laku Charlie sedikit lebih menggemaskan sejak Arthur hadir di rumah mereka. Mungkin, keputusannya dalam memilih Arthur saat di panti asuhan kemarin memang sangat bagus.

"Kak, ayo kita tidur sekarang!"

Tanpa menunggu tanggapan dari Arthur, Charlie langsung menarik tangannya menuju lantai atas.

"Hei, tunggu! Kalian belum makan malam!"

....

Charlie yang awalnya hampir saja tertidur, tiba-tiba terbangun karena Arthur.

"..Kak?"

"Apa aku menganggu tidurmu? Maaf ya.. Aku hanya sedikit gugup untuk besok."

"Gugup ya? Kemarilah."

Begitu Arthur mendekat pada Charlie, Charlie dengan lembut mengelus kepalanya. Ia membisikkan kalimat-kalimat penenang pada Arthur agar gugup yang dirasakannya menghilang. Dan anehnya, itu berfungsi.

"Masih gugup?"

"Mm, sudah tidak."

"Baguslah. Sekarang, ayo tidur. Besok kita harus bangun pagi agar tidak terlambat."

Charlie melingkarkan tangannya di leher Arthur, dan kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu. Jujur saja, Arthur merasa sangat nyaman setiap kali Charlue memeluknya. Seiring berjalannya waktu, ia sudah mulai terbiasa dengan perlakuan Charlie kepadanya.

___________

To Be Continued..

Lovely MistakeWhere stories live. Discover now