Bab 1

2.1K 54 0
                                    

"Kami pulang~"

Charlie yang sedang menonton tv di ruang keluarga langsung berlari ketika mendengar suara bundanya. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, bunda dan ayahnya bilang jika mereka akan memberikan sesuatu yang sangat spesial sebagai hadiah ulang tahunnya.

Rasa penasarannya datang ketika melihat seorang anam laki-laki yang berdiri di belakang bunda dan ayahnya.

"Bunda, itu siapa?"

Charlie melangkah lebih dekat untuk melihat wajah anak itu.

"Ini Arthur, saudara barumu."

"Saudara?"

Ayahnya, Gavin, menarik tangan Arthur ke depan. Mata Charlie langsung berbinar saat ia bertatapan dengan Arthur. Dia memiliki wajah yang tampan. Mata tajam, dan hidung yang mancung.

"Woah.. Bunda, apa dia adik baruku?"

Gavin tertawa mendengar kalimat polos dari anaknya itu. Ia jongkok lalu mengelus kepala Charlie dengan penuh sayang.

"Bukan Charlie, dia kakak barumu."

Charlie langsung menarik tangan Arthur dan berlari menuju kamarnya. Aneisha dan Arthur menatap satu sama lain sambil tersenyum. Mereka berharap jika kedua anak itu saling akur, walaupun mereka bukanlah saudara kandung.

Di dalam kamar

"Arth- ah, maksudku kak. Berapa umurmu?"

"Aku.. 8 tahun, bagaimana denganmu?"

"Aku 7 tahun!"

Charlie mengambil tangab Arthur lalu meletakkannya di atas kepalanya.

"Elus aku."

Arthur mengelus kepala anak itu dengan lembut. Rambut Charlie terasa sangat lembut di telapak tangannya. Entah mengapa, Charlie terlihat seperti anak kelinci yang sangat lucu dimatanya.

"Ayo kita main!"

Charlie turun dari atas ranjang, dan menyeret sebuah kotak di sudut kamar. Kotak itu penuh dengan mainan miliknya.

"Karena kakak adalah keluargaku, aku akan berbagi mainanku bersama kakak."

Mendengar kata-kata keluarga yang di ucapkan oleh Charlie, membuat hatinya terasa senang. Ia merasa di butuhkan. Ini adalah kali pertama seseorang menganggapnya sebagai keluarga.

Tanpa ia sadari, air matanya mengalir di pipinya. Charlie yang melihat itu terkejut dan langsung memeluk Arthur.

"Kenapa kau menangis kak?"

Arthur tidak menjawab pertanyaan dari Charlie. Ia membalas pelukan Charlie sambil menahan isakannya.

"Tenanglah. Tidak ada yang akan menyakitimu disini. Jika ada, aku yang akan menyingkirkan mereka."

Charlie melepaskan pelukannya dan mengecup kening Arthur.

"Sekarang, ayo kita main."

Arthur tersenyum lalu mengangguki ajakan Charlie. Sekarang dia sudah punya orang yang mau menganggap dirinya sebagai keluarga. Tempat yang ia sebut rumah. Sejauh apapun dia pergi di masa depan, dia akan tetap kembali ke rumahnya.

Mereka berdua bermain sampai malam. Aneisha yang sudah selesai menata makanan di meja makan, pergi ke kamar Charlie untuk memanggil anak-anak itu. Namun, saat ia membuka pintu kamar itu, Aneisha tidak menemukan siapapun di dalamnya. Ia pergi ke kamar mandi di sebelah kamar Charlie, dan menemukan anak-anak itu disana.

"Kalian sedang apa?"

Mereka berdua terkejut mendengar suara Aneisha yang tiba-tiba terdengar darj belakang. Saat Charlie dan Arthur menolehkan kepala mereka ke belakang, Aneisha melihat wajah mereka yang di penuhi coretan.

"Bunda, coretannya tidak mau hilang."

Aneisha tertawa melihat wajah mereka berdua.

"Bersihkan nanti saja. Ayo turun ke bawah, bunda ada kejutan untuk Charlie."

Wajah Charlie yang tadinya murung kembali ceria. Mereka mengeringkan wajah menggunakan handuk lalu turun ke bawah. Saat sudah berada di ruang makan, mata Charlie langsung berbinar begitu ia melihat kue ulang tahun yang sangat cantik terletak di atas meja.

Ia duduk di atas kursi, lalu menepuk kursi kosong di sebelahnya, mengisyaratkan Arthur agar anak itu duduk di sampingnya. Mereka semua makan malam dengan tenang.

Tiba saatnya untuk waktu tidur. Setelah menggosok gigi, Charlie pergi ke kamarnya untuk tidur. Namun, ia berhenti ketika Arthur tiba-tiba saja melepaskan tangannya.

"Kak? Ada apa?"

"Aku akan tidur di sofa saja."

"Hah? Tidak boleh. Kakak harus tidur denganku."

"Kau tidak keberatan?"

"Tentu saja tidak. Ayo ke kamar."

Untuk pertama kalinya lagi, Arthur merasa ada yang aneh di dalam dirinya. Jantungnya berdebar sedikit lebih kencang dari biasanya. Ia merasa jika itu adalah hal yang wajar saat ada yang menganggapnya berharga.

Keesokan paginya.

Begitu Charlie membuka matanya, ia menemukan Arthur yang menatapnya. Mereka berdua tidur di ranjang yang sama. Charlie yang masih setengah sadar mendekatkan tubuhnya ke tubuh Arthur lalu memeluknya. Dia mengendus leher Arthur yang mengeluarkan aroma wangi. Tanpa ia sadari, bibirnya menyentuh permukaan kulit leher Arthur.

"Mgh- Charlie, itu geli.."

Charlie kemudian berhenti mengendus leher Arthur dan memeluknya erat. Ia dapat mendengar jantung Arthur yang berdebar dengan sangat kencang.

"Arthur.. Selamat pagi."

"Kau sudah bangun?"

"Belum sepenuhnya.."

Mereka berada di dalam posisi itu selama beberapa menit, sampai Charlie melepaskan pelukannya dari tubuh Arthur.

"Kak, ayo mandi."

"Bersama-sama?"

"Iya."

.•°________°•.

A/N: vote nya banhฅ'ω'ฅ

To Be Continued











Lovely MistakeWhere stories live. Discover now