"Gue ga nyangka bakal ninggalin Lo sendiri, Tsumu..." Osamu memandang kosong kearah langit-langit. "... Kira-kira apa Lo bakal hidup dengan benar nantinya?" Ucapan milik Osamu berarti kalau ia sangat menghawatirkan kehidupan Atsumu di hari yang akan datang.

Tapi biar bagaimanapun Osamu juga sudah menyerah, dan meminta Atsumu untuk menghentikan semuanya.

"Takut, Sam... Gue gabakal bisa hidup sendirian." Butiran bening itu mulai menetes. Kemana perginya Atsumu si berandal yang pandai berkelahi? Rupanya, ia sendiri tak lebih dari anak laki-laki yang cengeng. "... Ngeliat Lo kesakitan gini juga bikin gue ancur banget." Atsumu menunjuk ke arah dadanya. Dimana ia merasakan sesak yang amat dalam disana.

Atsumu menangis, ia mendapatkan sebuah luka kehidupan yang sebetulnya tidak pernah bisa ia terima.

"Kalau Tuhan kasih kita pengampunan... Kita bakal dipertemukan lagi di tempat yang indah." Osamu masih berenang dalam khayalannya. Tak pantas baginya jika berharap kalau Tuhan akan memberikan pengampunan, atas semua kejahatan yang sudah mereka perbuat.

"Tungguin gue disana ya, Sam..." Pinta Atsumu, yang kini menggenggam kuat jemari-jemari Osamu.

Osamu menganggukinya.

"Sekarang, ayo biarin gue istirahat, Tsumu..." Pinta Osamu yang langsung memejamkan sepasang kelopak matanya dengan begitu erat.

Osamu tak melihat, tapi ia merasakan cairan yang menetes di tangannya. Iya, air mata milik Atsumu yang tak henti mengalir.

"Gabole... Samu gabole pergi..." Atsumu tak akan menuruti perkataannya sendiri. Ia hanya membual kecil, mengungkapkan kejujuran didalam hatinya yang tidak pernah ingin hari-harinya bersama Osamu usai disaat itu.

Mengingat semua yang telah terjadi, membuat jerit tangis Atsumu tak tertahankan. Ia mulai meletupkan emosi-emosi yang sedaritadi mengganjal didalam hatinya.

"Lo rela Sam... Ninggalin gue?" Tanya Atsumu sekali lagi.

Osamu membuka kelopak matanya. Kalau saja Atsumu tahu, bagaimana cara Osamu menahan rasa sakitnya sekarang.

Tapi Atsumu juga tahu, sangat tahu kalau Osamu juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Sepasang anak kembar itu tak pernah ingin ada perpisahan di tengah-tengah cerita kehidupan mereka.

"Kita ini cuma manusia... Kita gak boleh mentang takdir Tuhan, lebih dari ini." Osamu menjawabnya dengan serius. Ia tak ingin memperlihatkan air matanya di hadapan Atsumu. Kalau sampai itu terjadi, akan sulit membujuk Atsumu kembali.

Saat itu, Osamu hanya bisa mempertegas kalau sekarang adalah waktunya bagi mereka berdua untuk berpisah.

"Gue sayang banget sama Lo, sialan!" Ejek Atsumu, yang langsung membungkung memeluk tubuh adik kembarnya. Ia sangat berhati-hati, mengingat tubuh Osamu tak lagi kokoh karena mulai membusuk.

"Pfft... Jijik ah, Tsum." Ledek Osamu, disaat-saat terakhir ia masih ingin menjahili kakaknya.

Atsumu melepaskan pelukannya, menatap sepasang mata Osamu dengan teramat dalam. Ia ingin terus mengingat, bagaimana rupa adik kembarnya disaat terakhir. Bagaimana kesengsaraan adik kembarnya karena keegoisannya sendiri.

"Kita bakal ketemu lagi ya, Sam..." Gumam Atsumu dengan wajah cemberut.

Osamu menyerngit, kemudian berkata... "Yakin deh, kita pasti ketemu lagi."

Bukan, bukan kalimat terakhir dari Osamu yang melintas di kepala Atsumu.

Iya, Osamu tahu betul itu. Mencegahnya-pun Osamu sudah tidak bisa. Ia akan membiarkan Atsumu, mengambil keputusannya sendiri.

"Selamat tidur, Miya Osamu... Adikku tersayang." Usai mengecup dahi Osamu. Tangan kiri Atsumu bergerak, entah bagaimana caranya- tapi ia dapat menembus dada Osamu.

Saat itu, Osamu hanya bisa mendecik, menahan rasa sakit luar biasa di bagian dada. Seperti sedang ditikam sampai hancur.

Tak lama Atsumu membiarkan tangannya disana, ia kemudian menariknya keluar- dengan sebuah pecahan cermin yang sudah Atsumu genggam.

"Hey, makasih udah ikhlas..." Gumam Osamu dengan pandangannya yang mulai meredup. "... Sampai jumpa, Atsumu." Sambung Osamu, disusul dengan detak jantungnya yang berhenti dan nafas yang tak lagi berhembus.

"Ya..." Atsumu memandang cermin tajam yang ia genggam. Ia menadah kepalanya, menutup mata supaya tak ragu-ragu melakukan aksi selanjutnya.

Dalam hitungan ketiga yang Atsumu aba-abakan di dalam hatinya, pecahan cermin itu akhirnya tertancap tepat di dada kiri Atsumu.

"Kalau Osamu nggak bisa hidup sama gue, biarin gue yang ikut dia mati." itulah kata-kata terakhir dari seorang Miya Atsumu, yang memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri.

.
.
.
.
.
To be continued

Janji ga nangis... ☝🏻☝🏻
Makin gede makin cengeng, makin gede makin cengeng.

Hayoooo...
Gak, gak, bercanda...

Okay readers, klik vote, ketik komen, lalu share. 🙏🏻
Hari Minggu atau Senin nanti kita bakal mulai sudut pandang Sakusa, Atsumu, dan Osamu.
Tentang kejadian yang bikin mereka bertiga jadi harus berbuat... Emh.. jahat?

Okay, sampe ketemu di chapter selanjutnya.

Jangan lupa istirahat-! 💖

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now