"Dia yang nyerang gue duluan." Sanggah Atsumu, mencoba menjelaskan kepada orang-orang itu- kalau yang ia lakukan hanyalah bentuk dari menyelamatkan dirinya sendiri.

"Oh ya..? Kalau niat Lo baik-baik, harusnya Lo gak bales Kenma dengan cara kasar." Sambar Shirabu.

Atsumu mendecik, mendapati Futakuchi, Yaku, Shirabu, dan Akaashi mengepungnya dari jarak kurang dari delapan lima meter.

Lirikan mata Atsumu bergerak kepada Akaashi dan Yaku yang berada tepat di depannya. Sementara sepasang telinga milik Atsumu sibuk mendengarkan pergerakan Futakuchi dan Shirabu yang ada di belakang.

"Maju Lo semua..." Tantang Atsumu, yang sudah memperkokoh kuda-kudanya.

Atsumu bukanlah seorang anggota dari tim beladiri, tapi ia cukup percaya diri dengan kemampuan berkelahinya.

Akaashi menggertak dengan berpura-pura ingin maju. Hal itu membuat Atsumu segera bergerak menghadap Akaashi.

Tapi kemudian, Atsumu sadar kalau yang dilakukan Akaashi hanyalah sebuah tipuan. Belum ada lima langkah kedepan, Atsumu segera berputar balik- dengan kaki kanan yang ia ayunkan.

DUAGHH-!

Ya, tendangannya itu sukses mendarat tepat di kepala Futakuchi. Yang ternyata sedaritadi berusaha menyerang Atsumu dari arah belakang.

Atas tendangannya yang cukup kuat, Futakuchi terhempas hingga menabrak piano yang ada di tengah ruangan.

"Cih-!" Futakuchi mendecik, menyeka darah di ujung bibirnya yang sedikit robek itu.

Yaku masih memperhatikan, ketika Shirabu sedang sibuk beradu pukulan dengan Atsumu. Dengan memperhitungkan gerakan Atsumu selanjutnya, Yaku akhirnya bergerak cepat.

"Kena Lo!" Batin Yaku, ketika ia berhasil melakukan gerakan menyapu dengan kakinya. Ia berharap bisa menjegal kaki Atsumu, untuk membuatnya terjatuh ke lantai.

Sayangnya, trik semacam itu sudah sering Atsumu lihat. Ia tidak akan terkecoh dengan mudah.

"Kalopun kena kaki, tenaga Lo ga cukup buat bikin gue tumbang... Kak Yaku..." Seringai Atsumu muncul, tepat ketika ia sudah melompat mundur.

"Serahin diri Lo, atau kita bakal nyiksa Osamu lagi." Suara itu berasal dari Akaashi yang kini berdiri sambil menodong sebuah busur biola tepat ke  salah satu mata milik Osamu.

Ketika melihatnya, Atsumu tak merespon secara berlebihan. Diluar dugaan Akaashi, kalau ternyata Atsumu bisa lebih tenang meskipun telah mendapatkan ancaman.

"Lakuin aja... Osamu gabakal pernah bisa mati sebelum gue yang izinin dia mati." Ucapan Atsumu sulit di mengerti oleh mereka. Tapi dari rautnya, ia tidaklah bermain-main dengan kalimat itu. "... Cuma kalo Lo sampe berani ngelakuin hal itu ke Osamu... Gue bakal bales nyongkel bola mata Lo, Akaashi." Lanjut Atsumu, mengangkat jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan. Ia menunjuk kearah matanya sendiri, lalu berbalik ke arah Akaashi.

"Kalian gak habis-habisnya bikin keributan." Suara itu milik Shinsuke.

Mendengar suaranya, membuat Atsumu senang. Tapi senyumnya tertahan usai mendapati tubuh milik Sakusa yang terlihat mulai membusuk.

"Omi... Omi kenapa Kak?" Atsumu berjalan mendekat, dengan kepalanya yang tertunduk.

Shinsuke hanya bisa memberikan ekspresi datar. Ia menurunkan tubuh Sakusa pelan-pelan, dibantu oleh Daichi dan juga Asahi yang terlihat takut dengan rupa jasad Sakusa.

Osamu masih duduk di kursi, sembari melihat kakak kembarnya terduduk lesu di hadapan jasad sahabatnya.

Terbesit di dalam pikiran Osamu, bahwa Atsumu pasti masih sulit menerima kenyataan itu.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now