Chapter 6 : Yuraktus

2 0 0
                                    

Apakah ini didalam mimpi? Semua terlihat gelap. Aku merasakan hawa yang dingin, aku mendengar bunyi rantai yang gemerincing. 'dasar tengkorak bodoh, bagaimana bisa disaat aku sang Necromancer kesakitan mereka hanya melihatku dan tak menolongku? Apa jangan-jangan mereka menikmati pertunjukkan aku yang sedang sekarat? aku tertawa, lihat saja dan tunggu pembalasanku. Seharusnya aku membunuh goblin-goblin penipu itu.

Suara rantai itu kini semakin mendekat, aku melihat kearah sekitar, semuanya gelap dan dingin, bahkan kini Amaryllis tak berada di tanganku. 'Darren' suara berat menyelimuti seluruh ruangan.

'k-kau, k-kau siapa hah?" tanyaku. Aku menelan ludahku dengan susah payah.

'Kau, datang.. disaat yang tepat. Sudah lama aku menunggu kedatanganmu." Ucap suara berat itu yang kini menampakkan dirinya. Walaupun aku tidak pernah bertemu sosok ini, aku sudah mengetahuinya, dia Yuraktus. Bagaimana tidak, dia dikelilingi oleh hawa kegelapan, terpaan angin yang mulai mendingin, aku melihat kearah kakiku, mengapa aku menginjakkan kakiku di tanah yang berselimut salju tebal?

"Raja kegelapan, Yuraktus." Dia tersenyum gembira mengetahui aku mengenalnya. Rantai terpasang di kedua tangannya dan di kedua kakinya, serta belenggu yang berada dilehernya. Taringnya setajam taring Chimera, matanya semerah darah dengan kulitnya yang pucat, kombinasi yang sangat baik untuk seorang raja kegelapan. Kepalanya bertudung yang menjuntai hingga ke kakinya.

"Benar... Benar.. Darren Devin Salvador!!" Suaranya menggema seisi ruangan yang gelap ini. Salju kini mulai turun dengan lebat, aku merasakan dingin yang hebat. "Bangun dan bunuhlah musuhmu dengan Amaryllis, kau akan mengetahui segalanya saat kau menemukan batu merah." Yuraktus terus tertawa seperti monster gila yang kehilangan kendali, tak heran dia dirantai dengan sangat ketat, mungkin dia tidak bisa berhenti tertawa?

'Jerrbb...' sebuah tombak besi panjang kini menancap tepat didadaku, aku tak mampu berteriak. Pandanganku kini mulai redup, aku melihat sosok Yuraktus yang tertawa bahagia. Sial.. ini mimpi tapi mengapa terasa sangat nyata? Aku pun tumbang dan kesadaranku mulai hilang.

'Gahhhh.. . .' teriakku. Aku masih hidup! Aku melihat pasukanku melihat kearahku dengan heran, Rure dan para goblin cemas dan tercengang melihatku. Yuraktus membuatku terbangun dengan cara menancapkan tombaknya didadaku? Yuraktus tak hanya jahat tapi dia juga bagaikan anjing gila. "Mengapa kalian menatapku seperti itu?" aku ikut terheran saat mendengarkan suaraku sendiri, mengapa berbeda? "halo..." ucapku memastikan ini memang benar suaraku. Tapi, ini memang benar suaraku. Aku memegang pedang Amaryllis yang tergeletak disampingku. Aku menengadah, kini pagi sudah datang dengan terik matahari yang menyilaukan.

"Tuan, kau- kau kini dewasa dan berbeda." Tunjuk Rure. Aku terheran dan menatap kaki dan tanganku, terlebih lagi aku telanjang bulat, tanpa sepeser kainpun. Sontak aku menutup bagian bawahku dengan kedua tanganku.

"Pinjami aku jubah usangmu." Ucapku pada seorang pasukanku. "jika kau bersedia, maka aku akan memberikanmu sebuah nama." Mereka berbondong-bondong melepas jubah mereka, aku tertawa, walau suara tertawaku kini berbeda. "Cosmos.." ucapku pada salah satu pasukan tengkorak.

Dia berlutut sembari menengadahkan tangannya dan memberikanku jubahnya. Jubah itu terlihat besar namun nyatanya saat kupakai tidak sebesar yang aku kira. Aku membutuhkan sebuah celana, aku melihat kearah pasukanku, jika aku meminta salah satu celana mereka, demi sebuah nama mereka pasti akan melepaskannya. Aku tak ingin membayangkannya. Namun, aku memandang kearah mereka tak satupun dari mereka memakai celana yang terbuat dari kain melainkan besi dan baja.

"Tuan, saya memiliki sebuah cermin besar hasil curian dari Gnarland, jika engkau bersedia.. untuk mengobati rasa keinginan tahuan yang tuan miliki." Aku sangat penasaran, apakah aku terlihat tampan ataukah sebaliknya.

Aku mengikuti Rure yang kini diikuti oleh pasukanku. "Cosmos.. kau dan yang lain lebih baik menungguku disini, Amaryllis bersamaku." Jika kau penasaran bagaimana tampilan Cosmos, dia memiliki rambut putih panjang yang menjuntai, janggut yang mengelilingi rahangnya, mata yang kerap terlihat serius, namun tak bisa dipungkiri, dia skeleton yang berbalut kulit transparan dengan ukiran-ukiran simbol air di seluruh wajah dan tubuhnya. Tubuhnya tinggi menjulang dan dia membawa sebuah pedang lancip yang mirip dengan Amaryllis. Tanpa sebuah jubah, kini ia terlihat sangat.. skeleton yang kekar, balutan besi yang menempel di kaki dan tubuhnya, membuat musuh bergidik melihatnya, kurang lebih seperti itu aku menggambarkannya. Dia menunduk tanda patuh, dan menunggu bersama pasukan lainnya.

Kini cermin besar berada dihadapanku, seperti inikah diriku jika dewasa? "Rure.. kau sedang tidak menipuku bukan?" tanyaku serius.

"Tuan.. aku bersumpah demi generasi goblin." Dia kini bertekuk lutut.

Aku melihat pantulan diriku di cermin, terakhir kali aku melihat diriku adalah saat aku mandi di sungai bersama para peri, aku hanya melihat pantulanku diatas air. Kini aku terlihat.. sangat jauh berbeda. Tidak, tidak sejauh itu, hanya saja tubuhku tinggi dan lebih berotot? Rambut hitamku kini mulai memanjang, aku tak ingat sejak kapan, mataku kuning keemasan yang kini bersinar terkena sinar matahari. Kulitku pucat namun tak sepucat Yuraktus si raja gila. Aku terlihat.. tampan.

Aku mengacak-acak rambutku dan memegang rahangku, aku menyeringai, "bahkan.. Pangeran Qaint tak memiliki kualitas ini." Ucapku bangga, melihat kearah bawah, aku merasa tak nyaman.

"Rure.. carikan aku sebuah celana atau apapun itu."

Rure mengangguk dan berlari dengan cepat, dia seperti katak yang sedang dikejar oleh seekor anjing. Aku tertawa, bukankah aku sangat kejam? Astaga...
Rure kembali membawa sebuah pakaian yang berasal dari istana. "kau.. mencurinya??" tanyaku.

Dia mengangguk, "hasil curian bertahun-tahun lalu, tuan. Kami menyimpannya dengan baik." Aku menggelengkan kepalaku tak percaya. Aku tak punya pilihan kecuali memakainya. Ini merupakan sebuah kain panjang yang menjuntai dan di tali dengan tali hitam di bagian pinggang. Kain ini berwarna merah darah, aku tak kesulitan memakainya, karena Rure membimbingku.

"Bagaimana bisa kau tahu cara memakai pakaian ini?" tanyaku penasaran.

"Raja Yuraktus memakainya seperti ini, Tuan." lagi-lagi Yuraktus, sepertinya seluruh penghuni hutan rimba ini amat sangat menyayangi rajanya tersebut.

"Lalu, mengapa aku terbangun dalam keadaan telanjang? Kau seharusnya tahu itu bukan?"

"Tuan.. saat kau terlelap, tubuhmu dilingkupi oleh asap pekat hitam sehingga mataku tak mampu menangkapnya, saat kau berteriak dan terbangun, saya melihat tubuh tuan yang sudah tumbuh sebesar ini dalam sekejap, ini merupakan sebuah keajaiban yang diberikan oleh Raja Yuraktus." Mengapa hal ini membuatku berpikir seakan-akan tubuhku telah dikendalikan olehnya? Apa sebenarnya siasat yang sedang dia rencanakan? Aku menggeleng-menggelengkan kepalaku, aku tak ingin memikirkan hal yang membuat kepalaku pusing. Aku berjalan menuju pasukanku.

"Kalian harus kembali." Ucapku, mereka pun bertekuk lutut dan aku menancapkan Amaryllis diantara koin-koin yang masih berlumur darah para goblin.

Gnarland's KnightWhere stories live. Discover now