03

20 4 1
                                    

   Halaman tujuh23/07/2022

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

   Halaman tujuh
23/07/2022

   Hari itu hujan deras dan aku masih ingat, aku berlari menuju rumah dengan putus asanya seperti hujan turun. Rumah kami berhadapan dan kulihat Biru dari balik jendela kamar.

   Biru terus diam seolah bertanya padaku apa yang terjadi.

   Saat melihat Biru dari balik jendela kamar, aku memiliki keinginan untuk memberitahunya. Biru, aku ingin berpegangan tangan denganmu selamanya, agar aku bisa pergi ke manapun selama berada di sisimu. Aku ingin bermimpi bahkan setelah waktu berlalu, yang berharga hanyalah sebuah mimpi hanya untuk kita berdua.

   Aku tak ingin bangun dari mimpi indah ini. Ada begitu banyak hari di mana aku merasa seperti sendirian, pada saat aku mulai terbiasa dengan kegelapan ini, ada banyak hal yang menunggu cahaya sepertiku.

   Aku membutuhkanmu untuk memelukku. Aku ingin memelukmu, memeluk erat hingga sang mentari kembali datang dan memintaku untuk melepaskanmu dari pelukanku.

.ೃ࿔

Halaman delapan
26/07/2022

   Masih teringat jelas saat aku lelah dengan segalanya, rasanya ingin menangis namun enggan. Bukannya tak ingin, hanya takut dengan komentar negatif mereka. Namun Biru datang dan duduk di sampingku lalu berkata, "Kamu bisa bersandar di bahuku dan memejamkan mata. Aku ada di sini, dan nggak akan pergi dari kamu."

   Biru menutup lukaku yang dalam dan memelukku erat. Membuatku bangkit kembali, menghiburku dan membuatku lebih baik. Bagiku, Biru adalah cerita yang tak pernah berakhir.

  Bahkan helaan nafas yang berat di akhir hari yang melelahkan, seketika hilang dalam kenyamanan yang hangat bersamanya.

.ೃ࿔

Halaman sembilan
28/06/2010

   Biru, masih ingat saat aku pergi siang hari itu karena pertengkaran hebat antara aku dan Mama? Saat itu udara luar biasa dinginnya ditambah hujan deras. Biru datang di tengah ramainya orang yang berlalu lalang, mencari tempat perlindungan dari tangisan sang semesta.

   "Kia!" Aku menoleh ke belakang, Biru menggunakan payung dengan warna yang serupa dengan namanya, berlari ke arahku.
  
    Memeluk erat diriku dan meminta untuk pulang. Padahal saat itu, pakaianku telah basah. Penampilanku benar-benar berantakan sama halnya dengan perasaanku. Saat memeluknya, aku bisa merasakan jantung pemuda itu ikut berdebar kencang, aku bisa melihat pupil matanya membesar setiap bersamaku.

   "Tante cariin kamu, ayo pulang. Jangan kayak anak kecil, kamu sudah besar." Katamu kala itu sambil menarik tangan kananku untuk berdiri.

   Biru memintaku untuk mengambil alih payungnya, sedangkan dia di belakang memelukku. Saat ku tanya, kenapa ia memelukku dengan erat, dia menjawab, "Biar nggak kedinginan. Kata Mama, berpelukan bisa bikin tubuh kita jadi hangat. Lagian kalo tubuhmu basah nanti masuk angin, dikerokin sakit lho."

   Kamu harus tahu, di dunia ini yang menggemaskan hanyalah Biru Aji Nabastala.

    Ah—andaikan kamu tahu, aku tak ingin pulang hari itu, Biru. Aku masih sangat marah dengan Mama, tapi kamu malah memintaku untuk mengalah.

.ೃ࿔

Halaman sepuluh
02/08/2022

    Aku tahu, aku terlalu kekanak-kanakan. Masih terlalu egois untuk acuh tak acuh pada perasaan Mama saat itu. Ini bukan waktunya untuk saling menyalahkan, aku yang salah dan mengalah. Namun saat aku kembali lagi ke tempat itu setelah sekian lama...

    ...semuanya terasa asing.

    Hatiku kembali terasa sakit saat melihat bayangan kita di sana, Biru...

.ೃ࿔

Star In 2010 ✔️Where stories live. Discover now