TIGA

210 31 5
                                    

"Gila. Cakep juga nih cewek buat dijadiin taruhan. Oke, deal! Jangankan dalam waktu satu Minggu, hari ini juga pasti tuh cewek udah jadi pacar gue. Lo liat aja"

"Dih, pede bener lo"

Untuk mengisi kejenuhan di jam kosong, tiga laki-laki kelas 10 tersebut memutuskan untuk bermain truth or dare.

Padahal mereka bertiga beda kelas semua. Namun karena guru-guru rapat, tentu saja tidak ada kelas yang masuk hari ini.

"Van, kok lo ngasih dare ke Naldy aneh-aneh sih? Kasian tu cewek cuma dijadiin bahan taruhan"

Vando berdecak. "Ck, lo ga usah khawatir gitu Riz. Gue yakin kok, gak bakalan ada yang mau sama badboy goblok kaya si Naldy"

Tak mau ikut campur dan akhirnya merasa bersalah, Fariz memilih untuk tidak peduli. Ia tak tega mempermainkan hati perempuan. Ia takut karma akan datang padanya jika melakukan itu.

"HEY BRO! KANTIN KUY?" Teriakan Davin yang datang tiba-tiba membuat seisi kelas Fariz kaget dan mengumpat. Sudah datang tiba-tiba, teriak-teriak pula di kelas orang. Untung abang kelas, fikir mereka.

Axel yang datang setelah Davin langsung tepe-tepe. Resvan dan Hafzan yang melihat itu sih sudah tidak terlalu heran. Biasa, kang tebar pesona.

"Kuy lah. Dah laper banget nih gue" jawab Vando.

Ketujuhnya pun langsung menuju kantin. Mereka berjalan berjejer di koridor yang lumayan sempit. Orang-orang yang tadinya mau lewat jadi putar balik gara-gara mereka.

"Dasar geng geblek! Mereka kira ini sekolah punya nenek moyang mereka apa?" Gerutu salah satu siswi yang berjalan di pinggir koridor.

Kantin tidak serame kemarin. Karena masih ada siswa-siswi yang berada di dalam kelas. Jadi, anak-anak VESSELSOFT gak perlu desak-desakan lagi kaya kemarin.

"Kali ini jangan suruh gue lagi buat mesenin makanan kalian. Gue gak bakalan mau" ucap Axel begitu duduk di kursi kantin.

"Gue juga gak mau" Jawab yang lain.

"Ya udah, hompimpa aja kalo gitu"

Semuanya pun setuju dengan usulan Fariz.

"Hompimpa alaiu gambreng. Si Resvan pake baju rombeng"

"Anjir! Kenapa gue?" Protes Resvan. Tapi tak ada yang menjawab.

"Nah! Bang Hafzan. Lo yang kalah. Pesenin kita sana!" Ujar Davin.

"Dasar temen-temen laknat lo semua" Meskipun begitu, Hafzan tetap bangkit untuk memesan makanan.

***

Setelah bel pulang berbunyi, Resvan langsung cepat-cepat menuju parkiran mobilnya. Ia sudah janji pada Ariza untuk menjemputnya sore ini.

Padahal Davin juga sudah janji ingin mengajaknya ke suatu tempat kemarin. Tapi ia menolak dengan alasan bisa pergi kesana kapan-kapan.

Davin dan Axel tak ambil pusing. Mungkin Resvan memang ada urusan penting atau urusan mendadak.

Setiba di perumahan terpencil di ujung desa, Resvan keluar menyusuri jalanan sempit yang penuh sampah dan banyak ternak bebek.

Cemas kau dek? Bek bek bek bek bek-Hehe

Karena ada yang pesta di gang depan, jadi mobilnya tidak bisa masuk. Jadi ia memutuskan untuk berjalan kaki saja ke rumah Ariza.

VESSELSOFT | ENHYPENWhere stories live. Discover now