Kemalangan Rhusda

2 0 0
                                    

Kau tahu ada yang salah dengan penginapan tua itu, kini berdiri di hadapanmu seekor tarantula raksasa, ekornya mendesis memuncratkan racun. Kau yang masih terduduk di atas lantai kayu di lantai dua segera melemparkan tanganmu ke sisi kiri, mencari gagang pedangmu. Namun, bodohnya dirimu, pedang yang diberikan Tethlana sekarang ada di kamar sedangkan kau cukup jauh dari sana.

Hujaman peringatan muncul di dalam otakmu, karena tanpa perintah tarantula itu segera berjalan ke arahmu, mendesis dengan liur yang muncrat. Kau buru-buru berdiri, mencari jalan untuk kabur. Atau, berharap Aleksi kembali dari pasar secepatnya.

Kaki besarnya yang berwarna ungu tertancap tepat di depanmu, wajahnya yang menyeramkan menghadapmu.

"Hisss!" desisnya.

Kaki yang lain segera mengikuti yang sebelumnya. Dan, kau sudah terlanjur lari di lorong sempit penginapan itu.

" _Shit, shit, shit!"_

Kini kau ada di belokan, di ujung hanya tinggal pintu satu-satunya. Besi malah. Kau punya dua pilihan, terjun bebas ke lantai satu atau melewati pintu tersebut.

Tanpa banyak pikir, kau mengambil resiko untuk memutar kenop dan bersembunyi di sana. Desisan tarantula itu seperti tangisan bayi raksasa, membuat telingamu berdenging. Dari lubang pintu, kau bisa melihat tarantula itu mencari-carimu, sepertinya dia sadar akan kehadiranmu di balik pintu dan langsung mendobraknya.

Aneh. Atau pintu itu terlalu kuat. Tarantula terus mendobrak, mendobrak sampai ia berteriak nyaring, suara kayu yang patah terdengar di depan pintu. Kau terengah, tangan dan kakimu bergetar sedemikian rupa.

"Aleksi Sialan! Laki-laki Bangsat itu, harusnya aku tetap membawa pedang pemberian Tathlana dan menghabisi monster mengerikan itu!" keluhmu ketika kembali mengintip pada lubang pintu dan terlihat tidak ada tarantula yang menunggu, atau lantai kayu untuk jadi pijakan.

Tiba-tiba, lubang kunci itu tertutup rapat.

Kau melompat, kemudian mencoba membuka pintu yang tentu saja sia-sia. Membuatmu mesti mendobraknya berkali-kali sebelum merasakan kehadiran seseorang, kau bergeming berusaha meyakinkan diri bahwa di sana hanya ada dirimu.

Tapi, ...

"Oh~ lihat ada siapa di sini~"

Suara itu!

Kau berbalik. Seorang pria tesenyum hinggan menampilkan gigi-gigi lancipnya, mata hitam sempurna menatapmu lekat, rambutnya yang ikal berwarna putih melintang bagai ular-ular kecil. Serupa dengan ibunya, membuatmu menunjuk dengan wajah marah.

"Kau anak si Laknat Medusa! Kin Matherha!" telunjukmu bergetar, marah! Kau kesal! "KARENAMU AKU DITENDANG DARI GUILD!"

Senyumnya tambah merekah, warna pucat di kulitnya tampak menguning ditimpa cahaya lampu.

"Selamat datang ... mantan saudaraku, Rhusda."

Suaranya amat rendah sama seperti udara di sana. Kalaupun kau coba raup. Napasmu hanya habis.

Kin mendekatimu, seperti imajinasi yang konyol, rambutnya sungguh bergerak seperti ular-ular kecil. Menuju ke lehermu lalu mematuk.

Yang kau tahu selanjutnya semua gelap. Diikuti suara tawa dari anak haram Medusa, Kin.

Goresan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang