01__Segaris_Arah_Perjalanan

63 13 4
                                    

Beranjak tuk melihat apa kabarnya dunia

Memulai lembaran baru

Amat jauh berbedanya dari nyaman

yang selalu ku banggakan

—Feby Putri

Play song : Rantau - Feby Putri

*

—o0o—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

o0o

Jian tak pernah menginginkan semua ini terjadi. Jujur, ia masih ingin melangsungkan hidup bersama kedua orang tuanya tanpa ada masalah sedikitpun. Tapi ia sadar, dan kembali mengingat bahwa apa yang terjadi pada hidupnya adalah kehendak yang di atas. Namun disisi lain ia merasa bersyukur, karena kedua orang tuanya masih hidup meskipun kini sudah tak lagi bersamanya. Mengingat sidang perceraian antara Ayah dan Ibunya tiga bulan yang lalu, sunggung itu menyakitkan bagi Jian. Oh bukan hanya itu, satu hal lagi, saat Jian ditanya oleh sang Ayah, "Kamu mau ikut siapa, Ayah atau Ibumu?" Bukankah itu pertanyaan bodoh? Anak mana yang mau dilempari pertanyaan seperti itu? Semua anak pasti ingin selalu berada dibawah naungan kasih sayang kedua orang tuanya, bukan salah satunya. Hingga akhirnya, tekad yang mendorongnya untuk memulai hidup baru di Jakarta, menurutnya itu tidaklah buruk. Toh Jian lulusan sekolah menengah atas, sudah dewasa—Jian bisa menjaga diri.

Sudah sekitar tiga puluh menit Jian merenungkan semua ini di dalam Bis. Perjalanan menuju lokasi terakhir kini tersisa kurang lebih sekitar tiga jam lagi. Kalau tidak ditunggu-tunggu pasti tidak akan terasa. Nanti juga tiba-tiba sampai di pemberhentian terakhir. Sekarang saja Bis tengah istirahat disalah satu tempat peristirahatan, dan Jian satu-satunya penumpang yang tidak keluar dari sana. Bahkan untuk sekedar buang air kecil saja Jian tak mau.

"Permisi, disini kosong gak?"

Dirasa orang disampingnya berbicara padanya, Jian langsung mendongak. Seorang laki-laki berhoodie abu-abu dengan tas ransel yang ia tenteng duduk disamping Jian setelah Jian mengangguk mengiyakan. Toh kursi di sampingnya kosong.

"Saya kira didalam Bis kosong, tau-taunya ada orang."

Jian menoleh karena dirasa laki-laki itu tengah mengajaknya untuk mengobrol. "Iya, yang lain pada istirahat diluar. Cuma ada saya doang disini sebelum kamu dateng."

"Kenapa atuh gak keluar dulu? Nyari makan misalnya."

"Mager, lagian saya bentar lagi sampai di tujuan." Jian tersenyum ramah. "Mas sendiri mau kemana nih?"

"Habis turun dari stasiun Gambir saya mau ke Jalan Perwira,"

"Loh, sama dong kaya saya."

"Eh iyakah?"

JIANO AND OTHERSWhere stories live. Discover now