Past-14.

15 13 99
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

   
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Vikent menatap Chenlio yang mematung. Chenlio kenal sama seorang siswi yang berada di sebelah kepala sekolah?

Sedangkan pikiran Chenlio dihantui oleh beberapa pertanyaan. Kila? Ngapain dia ke sini? Dia murid baru? Kenapa orang tuanya gak bilang dulu ke dirinya?

"Ah. Ternyata kelas kalian kedatangan murid baru. Dipersilakan untuk mengenalkan diri kamu, nak." Bu Jia tersenyum ramah. Walaupun bu Jia sedikit kesal kenapa anak itu saat pertama masuk sekolah, bisa-bisanya telat. Mana udah mau jam pulang sekolah lagi.

Kepala sekolah udah meninggalkan kelas A. Kila tersenyum lucu kearah murid-murid kelas A. "Hai! Kenalin nama gue Kila Leenvío, kalian bisa panggil gue Kila. Salam kenal yaa."

Semua murid kecuali Guanival mengarahkan pandangannya ke Chenlio. Arasta bahkan juga melihat Chenlio. Leenvío? Marga Chenlio? Saudara? Pikir Arasta.

"Baik, Kila dipersilakan untuk duduk."

Kila berjalan kearah tempat duduk Chenlio dan tersenyum ramah. "Misi? Gue boleh duduk di sini gak? Soalnya gue gak terlalu suka duduk di depan." Kila bertanya kepada Vikent. Vikent hanya mengangguk dan mengambil tas miliknya.

"Lo gak liat bangku ini udah ditempatin orang? Ben, duduk." Chenlio menahan tangan Vikent.

"Gak apa-apa Lio, biar gue di depan. Lumayan juga buat gue yang pakai kacamata begini." Vikent melepaskan tangan Chenlio dan mulai berpindah tempat duduk.

Chenlio berdecak.

"Makasih, Ben!"Ucap Kila kepada Vikent. Vikent membalasnya dengan senyuman ramah.

Chenlio hanya pasrah dan memperhatikan guru. Chenlio kehilangan mood-nya, lagi.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

   
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

   
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

   
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Lio– eh?" Jivan mengernyit ketika melihat Chenlio mengabaikan kehadirannya. Jivan melihat Chenlio menarik tangan Kila dengan kasar, dan ekspresi Chenlio seperti sedang menahan emosi.

"Guanival, Vikent."Panggil Jivan ketika masuk ke kelas 8A. Dia melihat anak kelas 8A masih pada membereskan alat tulis mereka. Berarti yang keluar kelas tadi baru Chenlio dan perempuan yang dia tarik itu dong?

"Oit?" Guanival menyahut.

"Itu, Lio kenapa tadi?"Tanya Jivan penasaran. Guanival mengendikan bahunya. "Permasalahan saudara, mungkin."

Guanival menghela napas. "Lagian kita juga gak berhak ikut campur."

Di sisi lain, Chenlio melepaskan genggaman mereka berdua lalu Chenlio mengusap wajahnya dengan kasar. "Alasan lo pindah ke sini?"

Kila meringis, tangannya memerah. "Gue yang minta ke orang tua kita, ehehehe. Salah ya?" Kila tersenyum ke Chenlio.

Chenlio mengacak-acakan rambut frustasi. "Salah banget, Kila! Apalagi lo kenalin diri lo itu pakai marga keluarga kita. Papa ngelarang lo buat kenalin diri pakai marga keluarga karena lo itu cuma anak angkat."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[2] Past.Where stories live. Discover now