16│Part 16

38.2K 3.4K 53
                                    

Rana menuangkan bubur buatannya ke dalam mangkok, sembari menunggu Aiden keluar dari kamar. Jika beberapa hari lalu dirinya yang dibuatkan bubur oleh Aiden, kini gantian dirinya yang membuatkannya untuk lelaki itu.

Selesai menyiapkan bubur, Rana mengingat bahwa obatnya yang waktu itu masih ada, berinisiatif mengambilnya untuk diberikan pada Aiden.

Bersamaan dengan Rana yang membawa nampan berisi semangkok bubur dan obat menuju living room, Aiden keluar dari kamarnya.

Senyum Rana mengembang, buru-buru meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja dan kembali mendekati Aiden menarik lengan lelaki itu pelan mengajak duduk, yang dituruti tanpa perlawanan.

"Pak saya sudah buatkan bubur. Dimakan ya keburu dingin, habis itu ini diminum obatnya"

Aiden memandang datar nampan dihadapannya dan Rana secara bergantian. "Saya tidak sedang sakit. Jadi untuk apa meminum obat"

"Tapi badan bapak tadi panas. Obat ini juga ampuh loh pak, kemarin demam saya langsung turun setelah minum obat ini" ujar Rana.

Aiden masih diam, tidak berminat untuk menjawab membuat Rana menghela nafas pelan.

"Ya sudah terserah bapak, yang terpenting sekarang buburnya dimakan"

Aiden menurut, mengambil mangkok bubur dihadapannya dan mulai menyendokkannya ke dalam mulutnya.

Satu suapan. Kegiatan Aiden terhenti, menatap Rana tajam. Sedangkan Rana yang ditatap hanya memberikan tatapan bingung.

"Kamu kasih racun di bubur ini?"

"Ha?" Rana menanganga dengan kedua alis Rana terangkat sempurna. Masih dalam mode mencerna apa yang diucapkan Aiden barusan. Aiden kembali bersuara.

"Bubur ini pahit rasanya. Kamu masukkan apa?"

Tak terima dengan tuduhan tidak berdasar Aiden. Spontan Rana menyendokkan bubur bekas Aiden ke dalam mulutnya, memastikan bahwa bubur buatannya itu enak dan tidak pahit.

Tidak merasakan hal aneh dari bubur buatannya, bahkan cenderung enak. Rana memberikan tatapan nyalang. "Ini enak pak. Mending setelah ini bapak beneran minum obatnya deh"

"Kamu berani menyuruh saya? Sudah saya katakan saya itu tidak sakit"

Rana menggeleng-gelengkan kepalanya, mengabaikan Aiden. Memilih berdiri bergerak maju mendekati Aiden, membuat Aiden mendongak waspada melihat Rana yang melangkah mendekatinya.

"Ka-kamu mau apa?"

Tanpa banyak kata, Rana menempelkan punggung tangannya di dahi Aiden, mengecek suhu tubuh lelaki itu secara manual yang tanpa ia ketahui membuat tubuh Aiden menegang seketika.

Rana berdecak sembari menarik tangannya dari dahi lelaki itu, "Kalau sakit itu bilang pak, memangnya kalau ditahan bisa sembuh sendiri--"

"—dan lagi, yang pahit itu sebenarnya bukan buburnya, tapi memang biasanya saat sakit, mulut akan terasa pahit. Lebih baik buburnya segera dihabiskan, terlepas itu enak atau tidak dimulut bapak"

Aiden masih diam, enggan memberikan respon membuat Rana gemas sendiri karena kesal. Ia mengambil mangkok dari genggaman Aiden, berpikir untuk menyuapi lelaki itu.

Rana menyodorkan sesendok bubur kearah Aiden, "Ayo pak. Aaa.."

"Saya bukan anak kecil, Rana. Saya bisa sendiri" dengus Aiden, tak urung menerima suapan dari Rana.

Kembali Rana menyuapkan bubur tersebut, yang sebelumnya sempat akan direbut kembali oleh Aiden tetapi berhasil dirinya tahan. "Bapak lama, kebanyakan drama. Kalau bubur ini dingin, rasanya jadi tidak enak" ucap Rana jujur yang mendapat tatapan tajam dari Aiden karena berani mengatakan lelaki itu kebanyakan drama.

My Fated Girl [END]✓Where stories live. Discover now