"Gapapa... Yuk, lanjut." Oikawa menggeleng kuat, meskipun kepalanya malah menjadi semakin pusing- ia tidak ingin terlihat lemah dimata teman-temannya.

Oikawa sadar kalau perannya begitu berguna, untuk itulah- ia belum mau menyerah.

"Tinggal ruang teater, musik, sama kesenian." Iwaizumi memberikan kunci ruang kesenian kepada Kunimi dan Goshiki. Ketika ia berbalik, Oikawa masih sibuk mengintip ruangan yang akan dimasuki oleh Kunimi dan juga Goshiki.

"Yakin lo berdua? Disini banyak, loh." Dahi Oikawa berkerut. Seluruh tubuhnya baru saja merinding, sebab melihat banyak sosok menyeramkan yang ada di ruang kesenian.

Oikawa memang pernah dengar, kalau hantu sangat senang bertengger pada lukisan atau patung. Sekarang ia tidak heran mengapa ruang kesenian penuh akan sosok-sosok itu.

"Kita jago, tenang aja." Ucap Kunimi santai, sembari memutar kunci ruangan kesenian.

Iwaizumi dan Oikawa saling pandang sejenak, tapi mereka menyerah untuk bertukar ruangan dengan kedua adik kelasnya itu.

Mereka ingin percaya kalau dua adik kelasnya itu mampu menyelesaikan tantangan yang ada dihadapan mereka.

*****

"Ini tengkorak bukannya punya lab IPA?" Kunimi terkejut usai mendapati sebuah model kerangka manusia menyambutnya tepat disamping pintu masuk.

"Biasa, palingan buat model lukis." Goshiki berlalu, dan sempat menunjuk beberapa kanvas dengan gambar tengkorak yang terlukis disana.

Bukan hal aneh lagi ketika murid yang tengah melakukan aktivitas lukis meminjam properti dari kelas maupun ruangan lain sebagai model.

Kunimi mengangguk, lalu mengekori langkah Goshiki.

Goshiki berdiri tak jauh dari cermin, dengan sebuah batu yang ada didalam gengamannya. Ia mengambil ancang-ancang, kemudian mengayunkan tangannya dengan sekuat tenaga- hingga batu itu melayang dan membuat cerminnya hancur.

"YES-!" Sorak Goshiki dan Kunimi begitu riang.

PRANGG-!!

Iya, usai cermin itu retak- pecahannya lagi-lagi terlempar ke segala arah dengan darah yang keluar dari sana.

"Sumpah gue jijik banget sama ginian." Kunimi menutup hidungnya dengan telapak tangan. Bau cairan merah kental itu berhasil membuatnya mual.

"Disini cuma ada satu cermin, kan?" Goshiki melihat ke segala penjuru ruang kesenian, tapi ia tak menemukan  cermin lainnya disana.

"Maybe... Eh, itu satu lagi." Setelah susah payah menyipitkan mata, Kunimi  melihat cermin satu lagi- yang sebagiannya tertutupi oleh model kerangka manusia.

Lampu yang tidak dapat dinyalakan membuat mereka tidak fokus dan sulit menemukan cerminnya.

Ruang kesenian memang tak memiliki banyak lampu. Disisi lain ruangan, ada jendela besar yang biasanya dibuka ketika siang hari. Dari sanalah sumber penerangan bagi murid yang sedang beraktivitas didalam ruang kesenian. Ketika malam hari, tirai besar yang dipasang disana akan digeser sampai menutupi seluruh area jendela. Bahkan, panjang tirainya sampai menyentuh lantai.

Langkah Kunimi dan Goshiki begitu pelan. Mereka sibuk menyiapkan batu yang akan digunakan untuk menghancurkan cermin disana. Tapi, tepat sebelum mereka sampai ke dekat pintu- model kerangka manusia itu bergerak, lalu menutup pintunya dengan rapat.

"Oh, shit..." Kunimi sedikit ternganga, ia seharusnya belajar dari kejadian yang menimpanya di ruang gym- dimana ia diserang oleh berbagai peralatan olahraga. Itu artinya, di ruang kesenian- akan ada gangguan lainnya.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now