Satu

30 8 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, seorang gadis cantik yang tidak lain adalah Azea telah siap untuk bersekolah. Namun, betapa ia terkejut melihat kedua orangtua yang sangat dia sayangi duduk santai di sebuah sofa.

"Lho, mama dan papa sudah pulang?" tanya Azea berlari memeluk papanya.

"Iya lah, masa ulang tahun anak sendiri kita gak pulang," ucap Papa Reno membuat Azea mengeratkan pelukan pada papanyam

"Selamat ulang tahun sayang. Gak kerasa kamu udah 17 tahun aja, sayang. Mama dan papa berdoa semoga dengan bertambahnya umur, kamu selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang supaya kita bisa berkumpul bersama-sama," ucap Mama Vita memeluk putrinya. Membuat Azea berada di tengah-tengah mama dan papanya. Tidak ada yang lebih indah selain memiliki kedua orangtua yang sayang kepada kita.

"Lepas dulu pelukannya, kak!" tutur papa Reno.

Azea pun mengikuti titah papa tercinta. Azea memicingkan mata melihat sang papa yang mengambil sesuatu dari saku celana yang pria paruh baya tersebut kenakan.

"Selamat bertambah umur anak Papa. Ini kado dari kita semoga kamu sukaa," ucap Reno sambil memberikan sebuah kunci.

"Motor?" tebak Azea setelah ia memegang kunci tersebut.

Kedua orangtuanya mengangguk seraya tersenyum hangat padanya.

"Terimakasih karena sampai sekarang kalian selalu sayang sama Kakak. Tapi, kakak gak butuh hadiah, kakak cuma mau kita sama-sama seperti ini terus," ucap Azea memeluk mereka berdua.

Di sisi lain seorang anak laki - Laki menghampiri ketiganya. Dia adalah Zio Putra Alfahri putra kedua di keluarga Alfahri setelah Azea.

"Adek gak diajak pelukan juga nih?" ucap Zio membuat mereka menoleh seraya terkekeh.

"Sini, dek!" panggil Azea. Mereka berempat kini berpelukan, membuat hati Azea sangat bahagia. Keluarga Alfahri memang terlihat sangat kompak dan saling menyayangi satu sama lain.

"Cie ... kakak semalam diapelin pacar ya? Terus di bawain kue," goda Zio.

"Iri bilang bos!" ucap Azea membuat Zio mendelikkan mata pada sang kakak. Kenapa jadi dia yang ternistakan oleh kakaknya?

"Btw ada anak yang gak ngucapin kakaknya ulang tahun," sindir Azea membuat kedua orangtuanya tertawa.

"Nyindir nih, ye!" tutur Zio yang dianggap angin lalu oleh sang kakak.

"Harusnya semalam adek gak usah capek-capek bukain bang Alzam pintu," ucap Zio sinis.

"Gak nyuruh, wlee,"

Zio berdiri dari tempat duduknya. Namun sebelum beranjak dia berkata, "Karena aku adik yang baik. Aku ucapin nih, selamat ulang tahun kakak ku sayang, semoga ngeselinnya berkurang dan banyak ngalah sama adeknya sendiri."

"Aamiinin aja, biar seneng," teriak Azea karena adiknya telah berlari untuk menghilang dari pandangannya.

"Semalam Alzam datang ke sini?" tanya papa Reno.

"Iya pa, yaudah aku berangkat dulu kayanya Alzam udah jemput," pamit Azea seraya menyalami mereka berdua.

Kedua orangtua Azea memang mengetahui jika Alzam dan Azea berpacaran. Mereka pun memberikan restu pada hubungan keduanya dengan syarat mereka berpacaran sehat dan tidak melebihi batas. Selama ini Alzam memang sangat dekat dengan keluarga Azea. Mereka selalu menitipkan Azea jika sedang ada urusan di luar kota. Begitu pun sebaliknya keluarga Alzam juga sangat welcome terhadap Azea.

***

Alzam duduk di atas motor nya sambil menunggu Azea yang tak kunjung keluar. Setelah beberapa menit kemudian Azea datang.

"Dorrrrrr!"

"Masih pagi ngagetin aja, gak baik buat kesehatan jantung, Azea!" ucapnya kesal.

"Maaf ... lagian kamu mikirin apasih?" tanya Azea.

"Mikirin Gimana caranya cari uang buat ngelamar kamu," kata Alzam.

"Masih pagi, udah gombal aja. Kita langsung berangkat aja!" ajak Azea.

"Sayang? Siniin dong kepalanya," tutur Alzam. Lalu memasangkan helm di kepala Azea. Setelah itu, Azea langsung naik ke motor Alzam dan mereka berangkat ke sekolah.

Kini mereka telah berada di parkiran sekolah.

"Aku duluan ya?!" ucap Azea baru saja ia ingin melangkah Alzam menarik ranselnya, membuat ia berbalik.

"Kamu mau masuk kelas dengan helm? Di dalam gak ada polisi lho," kata Alzam seraya membantu Azea melepaskan helm tersebut.

Dengan bodohnya Azea terkekeh, "Kali aja, ada."

Alzam menggelengkan kepala. "Nah, udah nih,"

"Makasih sayang,"

Alzam mengangguk dan membiarkan sang kekasih pergi serta dia pun ikut melangkah menuju koridor kelasnya.

"Selamat ulang tahun, Zea."

Azea menghentikan langkahnya di depan pintu kelasnya menatap terharu kedua sahabatnya.

"Terimakasih kalian berduaa," ucapnya.

"Azea? Ini hadiah dari kita berdua ya," ucap Naura sambil memberikan hadiah tersebut.

"Maaf ya, kita berdua cuma bisa ngasih ini. Semoga kamu suka ya, Ze," ucap Anin.

"Apapun yang kalian kasih, aku pasti suka. Tapi ,kalian gak perlu repot-repot beliin aku hadiah. Aku cuma mau Kalian selalu ada buat aku dan tentunya kita selalu bersama sampai kapanpun,"

"Aaa ... peluk dong," lalu Naura memeluk mereka berdua.
Tambhin dikit eheh

"Woy, Anin! pelukannya jangan kenceng-kenceng woy, gak bia nafas nih, gue."

Seketika pelukan ketiganya terlepas.

"Lebay banget sih, padahal si Zea aja biasa aja. Iyakan, Ze?" tanya Anin.

"Udah ah, kalian ribut terus deh. Akur sehari bisa gak?!"

Fyi mereka bertiga sudah bersahabat sejak awal kelas 10. Naura dan Anindhita memang Tidak pernah akur sejak dulu. Sikap mereka berdua selalu membuat Azea pusing dan bingung harus memilih di antara mereka berdua. Tetapi, di balik sikap seperti itu mereka bertiga saling menyayangi satu sama lain.

Happy Reading

AzeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang