Anna tersenyum ia memegang kedua bahu Fiko, membuat anak itu mendongak menatap sang Kakak.

"Nanti pulang dari warung, uangnya beliin Pensil warna, sama buku gambarnya sekalian." Jawab Anna membuat mata Fiko berbinar seketika.

"Beneran Kak?"

"Iya dong, apasih yang enggak buat adik kakak tercinta."

"HORE." Teriak Fiko, ia langsung memeluk Kakanya dengan erat."Makasih yah Kak, Fiko sayang kakak."

*****

Fiko pulang dengan keadaan menunduk, tampak raut wajahnya terlihat ditekuk. Anna yang melihat raut wajah berbeda dari adiknya langsung menghampirinya.

"Kakak." lirih Fiko dengan nada parau.

"Iya, Ko ada apa?" tanya Anna dengan khawatir.

"Uu--uangnya hiks, uangnya diambil jambret." Jawab Fiko membuat Anna melebarkan matanya, gadis itu terlihat kaget dan panik. Ia langsung menelisik seluruh badan adiknya, takut jika para preman itu berbuat macam-macam pada Fiko. "Fiko gak papa kan, gada yang luka? Mana yang sakit?"

Fiko hanya menggeleng, isakan masih terdengar di bibir mungilnya. Ia sangat ketakutan terlebih-lebih saat para preman menodongkan pisau ke arahnya.

Anna memeluk adiknya erat, betapa cerobohnya dia menyuruh adiknya yang mengambil uang tidak seberapa itu.

"Kak, aku takut ibu marah." lirih Fiko pelan.

"Ibu gak akan marah kok, kamu tenang aja, yah!" Anna meyakinkan adiknya, ia juga tau ibunya tidak sekejam itu.

Setelah Anna menenangkan Fiko, gadis itu langsung keluar dengan menaiki sepedanya yang sudah terlihat rusak. Ia harus mendapatkan uang ganti untuk diberikan pada ibunya, Anna tidak ingin wanita yang melahirkannya itu sedih setelah dia lelah bekerja di luar sana.

"Kemana aku harus mencari uang itu apalagi sebentar lagi malam." Anna memijit keningnya yang terasa begitu pening.

Ting!
Sebuah notif masuk ke dalam benda pipihnya. Anna membuka ponselnya yang sudah retak di mana-mana.

Gadis itu tersenyum, melihat sebuah pesan masuk dari sahabat baiknya, Zea. Ternyata selama ini Zea tidak pernah melupakan dirinya, Padahal sudah dua tahun mereka tidak bertemu.

Zea atau yang lebih di kenal dengan nama lengkap Evelyn Queenzea Johnson, adalah seorang gadis cantik yang terlahir dari keluarga berada, Zea adalah teman Anna di SMP. Walaupun Zea anak orang kaya tapi ia tidak pernah malu berteman dengan gadis sederhana seperti Anna.

Zea
Anna, lo serius dapet beasiswa di sekolah gue? Terima Aja na, nanti kita bisa sekamar bareng.

Anna langsung mengetik balasan untuk Zea

Anna
Iya Ze, insya allah kalo aku diizinin sama ibu sama ayah aku juga ingin ke sana.

Zea
Pasti diizinin Na, nanti gue deh yang ngomong sama ibu. Eh gimana kabar keluarga loh, baik-baik aja kan?

Chat dari Zea membuat Anna bimbang, di sisi lain ia ingin mengatakan yang sebenarnya serta meminta tolong pada Zea tapi dia takut karna baru kali ini mereka kembali bertukar kabar.

Anna
Alhamdulillah semuanya masih kaya dulu Ze, tapi tadi Fiko abis kecopetan.

Anna menjelaskan semuanya serta maksud Anna untuk meminta pinjaman uang padanya.

Tidak butuh waktu lama, Zea langsung menyanggupi permintaannya dan mengirimkan uang sebanyak 200.000 ke aplikasi Dana-nya.

Anna mengucapkan banyak terimakasih pada Zea. Gadis itu sudah menjadi malaikat penolong bagi keluarganya. Anna bergegas menuju bang terdekat untuk mencairkan uangnya.

Beberapa menit kemudian
Anna keluar dengan memegang dua lembar uang merah ditangannya, bibirnya tak henti-henti menampilkan sebuah senyuman.

Tapi Naas senyuman itu tidak bertahan lama, saat di depannya ia melihat begitu banyak orang sedang tawuran dengan membawa benda tajam.

"M*TI LOH, B*NGSAT!"

"H*JAR DIA SAMPE, M*MPUS!"

"JANGAN DIKASI AMPUN, A* NJING KAYA DIA!"

"D*SAR, PE NG*CUT!"

"BR*NGSEK."

Perkelahian di depan matanya tak bisa dihindari lagi. Anna, gadis itu tak tau harus berbuat apa. Berjalan sendirian dan mendapati orang tauran adalah suatu kesialan dalam hidupnya.

Riuh jeritan orang-orang di jalan, serta teriakan-teriakan membuat Anna sangat ketakutan, terlebih lagi ia melihat sepedanya yang sudah ancur di tengah-tengah mereka.

"Ii--ibu, aku takut." Anna menangis, bahu gadis itu bergetar. Gadis itu menjerit histeris saat sebuah tangan kekar mencekal pergelangan tangannya.

Anna ditarik ke belakang bank, Pria itu membawanya ke tempat sepi. Anna yang sangat ketakutan semakin berpikiran yang macam-macam

"TOLONG!" Teriak Anna, membuat Pria itu langsung membekap mulutnya.

Anna memberontak akan tetapi tetap saja, kekuatan Pria itu lebih besar darinya.

"Jangan berteriak, atau kita akan ketauan." Bisik Pria itu membuat Anna merinding hebat.

Bersambung...
Visual:

Anna Putri Delisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anna Putri Delisa

Umur:
17 tahun

Hobi:

•Nyanyi

•Baca Novel

Cita-cita:
•Dokter

Sifat:
•Baik hati dan tidak sombong
Ramah
•Penakut

ATLANAWhere stories live. Discover now