Part 03

2.9K 367 32
                                    

"Calista ada dikota ini, apakah kau sudah tahu?"

"Tahu ataupun tidak, itu tidak penting untukku!"

"Kau tampak tidak terkejut, apakah itu artinya...."

"Berhentilah bicara omong kosong lalu pergi secepatnya dari ruanganku, aku sedang tidak mood meladeni ocehanmu!"

"Ayolah, aku menunda rapat penting demi bisa menemuimu siang ini dan kau dengan mudahnya mengusirku pergi? Ckck ... jika aku seorang wanita aku pasti sudah sakit hati denganmu."

"Jika kau adalah seorang wanita setidaknya itu sedikit lebih berguna bagiku." Daren mengangkat wajahnya lalu memberi Kiano tatapan mengejeknya.

"Bumi sudah tua, kawan. Kapan kau akan bertobat? Memangnya kau tidak ingin sepertiku dan Erland yang sudah berkomitmen?"

Daren menutup map berkasnya sembari menarik napasnya dalam, sebelum menyandarkan punggungnya pada kursi. "Kemarin aku sudah mau berkomitmen tapi kau merebut calon istriku," sahutnya dengan tampang merajuk yang dibuat-buat.

"Sialan!" Kiano melemparkan bolpoin yang di comotnya dari atas meja pada Daren. "Sejak awal Stella itu milikku, kau tidak diajak dalam kisah kami."

Daren terkekeh, nampak menikmati kekesalan Kiano akibat ucapannya. "Lagipula aku tidak pernah berminat menjadi orang ketiga dalam kisah kalian, kau tahu kenapa?" Ia mencodongkan tubuhnya kearah meja. "Karena aku akan menjadi pemeran utama dikisahku sendiri."

"Bukankah itu sudah pasti-kita adalah pemeran utama didalam kisah sendiri."

"Right...." Daren bangun sembari menyalakan cerutunya.

"Sama sepertiku, ku harap kau juga segera menemukan kebahagiaanmu sendiri."

"Aku sudah berbahagia-tampan, sukses diusia muda dan juga kaya raya. Jika kebahagiaan yang kau maksud adalah soal pasangan, maaf itu tidak berlaku untukku karena aku sudah cukup berbahagia dengan kehidupanku saat ini." Sembari menghadap jendela, Daren mulai menghisap cerutunya.

Kiano tertegun sejenak, tatapan miris tampak disorot matanya. "Yeah, dulu aku pun selalu menekankan hal itu pada diriku, tapi tetap saja hatiku selalu merasa kesepian terutama jika melihat orang-orang disekitarku berbahagia dengan pasangan dan juga anak-anak mereka. Dan aku pun yakin kau juga merasakan hal yang sama seperti yang ku rasakan kala itu. "

Daren mendengkus. "Jadi apa tujuanmu mengatakan hal itu padaku?"

Kiano terdiam lama sebelum berbicara dengan wajah seriusnya. "Aku hanya tidak ingin kau menyesal sepertiku."

"Menyesal?" Kening Daren mengerut.

"Yeah. Dulu aku menutup mata hatiku pada Stella, aku menolak mencari tahu kebenaran tentang yang terjadi di masa lalu kami. Tapi apa kenyataannya? Aku salah! Kini Tuhan sudah membuka semuanya ... betapa tololnya aku dimasa lalu. Enam tahun aku menyiakan Stella dan putra kami, dan itu terjadi karena kebodohanku yang lebih mempercayai ucapan mereka."

"Perjelas ucapanmu, aku tidak mengerti!" Daren menoleh lewat bahunya. Demi nenek moyangnya yang sudah berada di surga, ia sudah tahu tentang kisah itu lalu untuk apa Kiano menceritakan lagi padanya?

"Ini mengenai kau dan Calista, aku khawatir kau pun juga sudah salah paham padanya selama ini. Apalagi setahuku kau bahkan tak pernah mencari tahu tentangnya sama sekali."

Daren menghisap kembali cerutunya sebelum meniupnya ke udara dengan perlahan. "Jika aku mempercayai apa yang kau ucapkan, bukankah itu artinya aku menganggap orang tuaku berbohong?"

Calista (My You)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora