"Jangan khawatirkan aku. Bertarung dengan tangan kosong tidaklah sulit." Katanya yang langsung diangguki oleh Shinsuke.

*****

Suna melangkah cepat menuruni tangga gedung asrama. Tak seperti kebanyakan murid yang sudah berbaris di lapangan gedung sekolah, Suna sedikit terlambat karena sempat merasa bimbang.

Beberapa jam telah berlalu, tapi Semi, Oikawa, dan juga Iwaizumi belum kunjung sadar dari penjelajahan mereka. Shinsuke juga tidak bisa dihubungi sejak pukul lima pagi tadi.

"Kak Eita belum balik juga?" Bisik Shirabu, begitu menyadari keberadaan Suna yang sudah berbaris tepat disampingnya.

"Belum." Jawab Suna singkat. Ia memutuskan untuk mengunci pintu kamar Oikawa, dan membiarkan mereka bertiga disana tanpa penjagaan.

Mau bagaimana lagi, Suna tidak bisa menghindari siswa yang berpatroli di asrama pagi itu. Suna juga kerepotan karena harus menulis surat izin untuk ketiga kakak kelasnya.

"Memangnya mereka kemana?" Suara Kenma membuat Shirabu dan Suna bergidik kecil. Untunglah mereka tidak membuat keributan berlebih selama apel berlangsung.

Suna belum menjawab, ia memastikan dimana keberadaan si kembar dan juga Sakusa. Dengan sedikit menjijitkan kaki, Suna berhasil mengetahui kalau si kembar Miya berada di barisan depan. Sementara Sakusa ada di baris kelas dua A.

"Kozume, apa Lo bisa gue percaya?" Suna tampak sedikit berkaca-kaca. Karena entah mengapa, ia sekarang merasa takut karena hanya dirinya yang tersisa disana sendirian.

Melihat raut wajah Suna yang berantakan, Kenma segera mengangguk. Ia ingin mendengarkan apa yang disampaikan oleh Suna.

"Kalau begitu, kita ngobrol sebentar selesai apel." Usul Kenma, yang langsung disetujui oleh Shirabu dan juga Suna.

Sekitar tiga puluh menit, apel berjalan dengan lancar. Cuaca yang cerah seolah menyambut hari pertama kegiatan akademi itu.

Sedaritadi, perasaan Suna sangat tidak nyaman. Ia mengangkat kepalanya yang sedaritadi memang ia tundukkan, sampai kedua matanya bertemu dengan sepasang iris mata milik Sakusa.

Disana, Sakusa menatapnya dalam- lalu menyeringai sampai membuat Suna menundukkan kepalanya kembali.

Sejujurnya, itu hanyalah seringaian biasa. Suna berani saja meradu kekuatan dengan Sakusa. Suna bisa saja memukulnya.

Tapi pertarungan mereka tidak akan pernah seimbang, karena Suna tahu- kalau Sakusa pastinya mendapat bantuan dari makhluk-makhluk tak kasat mata tersebut.

"Apel selesai." Demikian seutas pengumuman itu dikumandangkan, bersamaan dengan para murid yang langsung berhamburan memasuki gedung sekolah.

Dalam kurun waktu sebulan, gedung yang hampir hangus itu sudah diperbaiki dengan sempurna- dan bisa dioperasikan seperti semula.

"Suna?" Panggil Kenma, sebab Suna masih mematung disana dengan kedua tangan yang gemetar.

"Kozume, tolong gue." Suna mengangkat kepalanya. Ia mati-matian memaksa dirinya untuk tidak kalah dengan rasa takut didalam dirinya sendiri.

Tanpa membuang-buang waktu, Suna segera menyingkat segala kejadian yang ia alami kepada Kenma. Shirabu ikut mendengarkan, karena ia khawatir dengan keadaan Semi.

Suna menceritakan semuanya. Mulai dari Sakusa yang berpura-pura kerasukan, sampai insiden Iwaizumi yang tidak sadarkan diri di toilet.

Juga, tentang Osamu yang mengalami pendarahan hebat karena Suna meneteskan air jeruk nipis ke darah yang ada di cermin kamar mandi.

Bloody Mary - Haikyuu [ END ] ✓Where stories live. Discover now