𝕽𝗲𝗰𝘂𝗲𝗿𝗱𝗼𝘀

59 20 46
                                    

Sejauh apapun kamu pergi. Tangan ini tetap bergerak lincah menulis tentangmu.

•||•

Sudah 2 tahun Shaquella berada di Yogyakarta, tugas kuliah semakin hari semakin menumpuk. Apalagi praktek-praktek yang membuat kepalanya ingin meledak sekarang juga.

Shaquella lagi dan lagi membuka laptopnya, salah satu cara menyegarkan pikirannya adalah makan dan melanjutkan kembali ceritanya yang sudah ada beberapa chapter.

Senyum Shaquella terbit kala bisa menyelesaikan cerita pertamanya yang hanya membutuhkan waktu 3 hari, walaupun ia tulis banyak sesak dan sakitnya, tetapi ada kepuasan tersendiri bagi gadis itu. Setidaknya, ia berhasil melewatkan semua kepingan-kepingan memori yang terus muncul di otaknya.

Kini, ia sedang menulis cerita baru, tentunya dengan alur yang berbeda. Shaquella mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya. Ia menutup laptopnya itu.

"Kenapa, Ar?"

"Di apartemen?"

"Iya, nih. Aku udah pulang, hehe. Ada perlu, kah?"

"Nggak. Aku mau ajak kamu jalan-jalan sambil kulineran. Mau?"

"MAU MAU! UDAH SEMINGGUAN AKU NGGAK KULINERAN." Shaquella tertawa di teleponnya.

"Yaudah aku ke sana, ya!"

Shaquella menganggukkan kepalanya walaupun di sebrang sana Ardito tidak melihat pergerakan kepala gadis itu. Mereka di satukan di universitas yang sama dengan jurusan yang berbeda. Makin ke sini mereka semakin dekat, tetapi tidak bisa mengubah perasaan apapun kepada Nathan.

Sekitar 2 minggu yang lalu, Ardito mengungkapkan perasaannya kepada Shaquella, tetapi pria itu tidak sama sekali meminta feedback atau untuk menyukainya balik.

Ardito berbeda dengan Nathan. Pria itu tidak pernah mengedepankan perasaannya sama sekali, kalau kata Jeff, Ardito lebih memilih memendam perasaannya di banding di ungkapkan lalu berakhir tragis-seperti antara Nathan dan Shaquella.

Ardito memang mengetahui Shaquella luar dalam, gadis yang hoby makan tetapi tidak berisi walaupun berat badannya naik. Gadis mungil yang suka banget motong rambut dan poninya, apalagi ketika gadis itu merasa stress. Shaquella, gadis yang gampang risih sekalipun itu teman dekatnya.

Ardito menggenggam tangan Shaquella, ia tersenyum manis. "Ready, tuan putri?"

"Ready!"

•||•

Di negara lain, tepatnya di Malaysia, terdapat beberapa kumpulan pria yang sedang menyelesaikan tugas kuliahnya. Di sana ada Nathan, Jeff, Jayden—mereka berkumpul kembali di satu universitas yang sama—dan ada Hilmi serta Ammar.

"Liburan kalian balik?" Jeff dan Jayden mengangguk. Tentu saja mereka akan pulang ke rumah asalnya, kala sudah selesai liburan baru kembali lagi ke sini.

"Lo Nat?" Nathan menggeleng. Ia tidak tahu akan pulang ke rumahnya atau lebih memilih liburan di Malaysia.

"Seenggaknya tujuan lo liburan kesana buat membayar rindu orang tua lu, Nat," sahut Jayden.

"Lo egois banget kalau lagi dan lagi mementingkan perasaan lo sendiri. Mau sampai kapan lo menjauh? Mau sejauh apapun lo melangkah, kalau hati sama isi pikiran lo masih terpenuhi Shasa, itu percuma, Nat."

Jeff menepuk-nepuk pundak pria itu. "Pilihan lo ada 2, lupakan Shasa atau selesaikan masalah lo sama Shasa. Karena menurut gua kalian masih bisa berteman baik tanpa melibatkan perasaan apapun."

Karena Jeff tahu, Nathan dekat dengan Valerie karena ingin balas dendam atas keterdekatan Shasa dengan Ardito.

Jeff menekan tombol video call yang menghubungkan dirinya dengan Shaquella. Video call tersebut di terima, di sana terlihat jelas ada Shaquella yang sedang menikmati makanannya dengan Ardito. Shaquella melambaikan tangannya.

"JEFF, I MISS U SO MUCH!"

Jeff tertawa pelan. Sesekali matanya melirik kearah Nathan yang kini sedang fokus kembali pada tugasnya. "I miss u too, Shasa."

"Gimana kuliah lo di sana?"

"Stress euy. HAHAHAHA NGGAK DEH BERCANDA. Lancar-lancar aja, Jeff."

"Perasaan terakhir kali gua video call lo, lo lagi makan juga deh, Sha."

Di sebrang sana Shasa menyengir. "Aku di ajak kulineran mulu nih sama Dito."

"Nggak papa, di sana emang harus banyak makan, biar kalau lo ke sini gua bisa cubit pipi lo yang makin gede," kekehnya.

Shaquella melebarkan matanya. Ia mengepalkan tangannya keatas, seolah-olah siap untuk memukul Jeff.

"Ampun, ampun, haha. Btw lo liburan balik, kan?"

Shaquella menganggukkan kepalanya. "Kangen Mama Papa, yakali nggak balik."

Jeff menggeserkan sedikit kameranya kearah samping. Hal itu membuat Shaquella bisa melihat Nathan walaupun pria itu tidak menatapnya sama sekali.

Shaquella tersenyum kecut, rasanya semakin meluap. Ia mematikan panggilannya sepihak. "Ar, aku ke toilet dulu, ya."

Dengan langkah tergesa-gesa, gadis itu masuk ke dalam toilet. Menumpahkan semua air matanya, menjerit tertahan merasakan sesak, rindu yang saling bersahutan.

Nyatanya, perasaan ini masih ada. Bukannya berkurang, tetapi semakin bertambah.

•||•

[ END ]

terima kasih yang sudah mau membaca short story ini. sehat-sehat terus all 💜💜💜

Recuerdos [ SHORT STORY - END ]Where stories live. Discover now