2. Search

43 2 0
                                        

Jam dinding menunjukan pukul 23.00, tidak ada aktivitas lain terdengar. Sunyi, di temani detakan jam dinding serta cahaya laptop yang menampilkan 90% loading. Ia fokus pada layar laptop tersebut sampai ia merasa sesuatu menyentuh kaki nya. Makin lama menggenggam jelas membuat nya reflek menggerakan kaki nya sambil menjerit.

"Apasi woy diem!" satu bantal mendarat di wajah nya tatkala teman nya itu berdiri menuju wc.

"Ya elu ngapain juga grepe-grepe kaki gue! Kan gue kaget!"

Lantas jeritan tadi ikut membangunkan Bella dari mimpi nya yang indah. "Apaan si Sya! Bangunin orang aja! Gue ngantuk loh astaga!"

"Yaelah temen lu tu, Rachel anjir. Dia deluan grepe kaki gue! Lu liat jam berapa! Udah malem gini, gue update konten kita ni udah mau tengah malem dia malah ngagetin."

Si empu-nya nama keluar dari wc dengan cengar-cengir. "Guys, laper ah."

"Gak usah ngadi-ngadi kita kan belum belanja bulanan, itu di kulkas cuma ada telor," ucap Syasa kembali fokus pada layar laptop nya. "Ah, udah kelar up!"

"Bagus deh, mending sekarang pada tidur dah. Kita harus cari ide next konten."

Syasa dan Rachel saling bertatapan membuat Bella curiga. "Kenapa?" tanya nya.

"Bell, lu tau kan semua tempat horor di sini semua udah kita datengin. Game udah kita bahas, teori kospirasi juga udah bahkan kita minta ide juga ke Shityfans ide konten lanjutan, gue buka email pada pengen kita ke daerah asal lu yang lu pernah ceritain."

Bella hanya diam. Ting..tong.. Suara bell pintu rumah terdengar. "Ah, pesanan gue dateng." Rachel langsung berlari ke bawah.

"Ah, udah gue duga tu anak dah pesen makan deluan sebelum bilang laper," ucap Syasa dengan nada kesal.

"Kalian tau aja kan gue itu gak mungkin di bolehin ortu gue buat pulang sebelum lulus kuliah."

Syasa menghampiri Bella dan mengelus punggung nya. "Gak papa kok kita bisa cari ide lain."

"Guys!" Rachel duduk nyengir menaruh plastik berisi 2 kotak martabak dan 3 thai tea.

"Pesen lu?" tanya Bella langsung mengambil salah satu thai tea.

Rachel menggeleng. "Tadi gue bikin sg laper terus salah satu fans kita nawarin buat ngirim makan."

Mereka mengangguk saja kemudian memakan martabak itu dengan lahap. "Oh iya gue ada liat barang apa di belakang pintu kamar lu hel?" tanya Syasa menyelidik.

Rachel menghela nafas nya kasar. "Hah lagi-lagi ponakan lu berulah Bell."

Bella menautkan alis nya. "Kenapa lagi dia?"

"Kamaren malam dia nelfon gue dan minta endorse gratis produk baru nya, gue denger sekarang dia jadi owner skincare gak sih?"

"Maybe, anak SMA aja udah belagu gitu mentang-mentang jadi selebgram."

Bella tak menggubris dan terus makan. "Oh iya kita udah dari tiga hari yang lalu di rumah aja padahal lagi libur semester, gimana kalo kita pergi cari suasana baru gitu," ucap Syasa.

"Mau kemana?" tanya Bella membuka suara kembali.

"Gimana kalo.."

Suara ponsel Bella berdering, ia pun langsung mengangkat telfon dari orang tua nya. "Halo ma."

"...."

"Hah? Kok bisa sih?"

Rachel dan Syasa menatap bingung karna melihat ekspresi Bella yang panik, namun mereka memilih diam sampai Bella selesai telfonan.

"Oke.. Oke ma besok Bella bakal pulang."

Rachel dan Syasa tambah bingung membuat mereka saling tatap. Setelah Bella menutup telfon nya, ia langsung terduduk lemas di sofa.

"Why?"

"Syahnaz hilang sejak kemarin malam."

"Apa!" sontak mereka berdua terkejut bukan main.

"Katanya dia main game yang kita riview di konten kita."

"Game iblis itu?" tanya Syasa meyakinkan.

Bella mengangguk. "Padahal link nya jelas-jelas kita buat sendiri dan itu settingan tapi kok bisa dia sampe--" Bella mengusap wajah nya frustasi.

"Katanya itu berarti dia di pilih sama iblis," ucap Rachel yang langsung kena pukulan dari Syasa. "Diam! Bikin ovt aja lu!"

"Jadi lu besok bakal balik ke Samarinda bel?"

Bella mengangguk. "Kalo gitu gue mau siapin baju-baju dulu ya buat besok." Ia pun beranjak dari sofa dan pergi ke lantai dua kamar nya berada.

Rachel dan Syasa saling bertatapan memastikan bahwa pikiran mereka sekarang sama. "Gas?"

"Kuy!"

👭

DEVIL IN THE LAST GAME!Where stories live. Discover now