Dengan ragu aku melangkahkan kakiku menuju halaman belakang, dan duduk dibawah pohon yang cukup rindang beralaskan rerumputan taman. Tante Desi berkata kepadaku jika tidak apa-apa untuk menduduki rerumputan tamannya.

"Eh ada Pasya, kebetulan nih. Gimana besok? Udah siap sekolahnya?" Tante Desi muncul dari dalam rumah.

Mendengar pertanyaan Tante Desi membuatku terkejut, aku diam beberapa saat. Mengingat hari apa sekarang, kemudian aku tersenyum tipis mengingat jika besok adalah hari Senin dan sesuai janji Tante Desi, ia baru bisa bersekolah Senin depan.

"Eh, tapi saya ngga tau jadwal buat besok"

"Yaudah, sini tante bantu" Langsung saja aku melangkah menghampiri Tante Desi.

Kami memasuki kamarku dan Tante Desi mengambil selembaran kertas diatas meja belajar yang tadinya aku yakin tidak ada disana. Mungkin Tante Desi sempat memasuki kamarku sebelumnya.

"Ini jadwal pelajaran buat kamu, Tante dapet dari Gandhi" Aku mengangguk-angguk mengerti dan mengambil buku-buku yang sesuai dengan jadwal untuk besok Senin. Tante Desi keluar dari kamar setelahnya.

Lalu aku beranjak untuk mengambil tas ku dan memasukkan semua buku-buku tadi kedalam tote bag cream itu. Aku mengingat-ingat apa saja peralatan yang perlu kubawa ke sekolah.

Ceklek!

"Pasya ini seragam buat Minggu ini, udah dicuci sama disetrika sama Bi Tri" Tante Desi kembali memasuki kamarku menenteng beberapa seragam yang terlihat rapi dan menggantungnya didalam almari ruangan ku. "Besok kalau merasa udah kotor, dikumpulin aja dulu. Nanti baru kasi Bi Tri buat dicuci atau kalau mau cuci sendiri di belakang ada mesin cuci" Jelas Tante Desi.

Aku mengangguk-angguk mengerti. "Yaudah, sekarang makan dulu yuk. Yang lain udah nunggu" ucapnya. Lalu kami keluar dan bergabung di meja makan.

.
.
.
.
.
.
.
.

Senin paginya aku terbangun pukul setengah enam dan langsung mandi setelahnya. Saat ini aku sudah duduk rapi dimeja makan dengan seragam sekolah lengkap. Om Hesa, Galang, Isa dan Tante Desi sibuk menyantap makanan mereka bersamaku.

Kata Tante Desi aku akan berangkat bersama Om Hesa untuk hari pertama. Jadi setelah aku selesai menyantap sarapan aku bergegas memasuki kamarku. Didalam tidak ada siapa-siapa, aku yakin Gandhi baru memulai harinya dengan mandi disaat aku sudah rapi. Aku menggelengkan kepalaku.

Aku berdiri mematung didepan meja belajarku sejenak, lalu mengambil tote bag punyaku, memasukan ponsel beserta headphone kedalamnya. Dan keluar dari kamar, sudah siap untuk berangkat!

Diruang tamu Om Hesa dan Galang sudah menunggu keberadaanku, saat aku berdiri didepan keduanya, mereka berdiri dan mengajakku untuk ke depan rumah. Om Hesa membukakan pintu kursi penumpang mobil putih miliknya yang digunakan juga saat menjemputku dirumah sakit saat itu.

Galang ikut duduk bersamaku, lebih tepatnya di pangkuan ku. Lalu setelah pintu mobil ditutup kini giliran Om Hesa yang memasuki mobil dan bersiap untuk menyalakan mesin mobil, sebelum itu beliau memerintahkan untuk memasang sabuk pengaman saat berkendara.

"Hati-hati ya, Pasya semangat sekolah ya!" Tante Desi tiba-tiba berada di garasi rumah. Aku hanya berucap terimakasih sembari tersenyum pada Tante Desi.

Lalu selanjutnya mesin mobil dinyalakan dan melaju dari garasi rumah. Suasana didalam mobil sunyi nan canggung, Om Hesa fokus pada jalanan, Galang terbengong menatap jalanan begitu juga denganku.

"Oiya, Pasya udah tau jalan ke sekolah belum?" Celetuk Om Hesa bertanya. Aku diam sejenak mencoba berpikir tentang jalan menuju sekolahku, namun sepertinya aku tidak mengetahuinya jika dari rumah Tante Desi.

"Kalau dari sini saya kurang tau sih Om" jawabku.

"Oke, dari sini kamu ke selatan dulu...

Om Hesa berbicara sembari tetap berkendara dengan kedua mata yang berfokus pada jalanan.

Sampai... Nah, sampai kamu liat pertigaan sama lampu lalin"

Lanjutnya saat melihat pertigaan dengan lampu lalu lintas. Beliau diam sebentar.

"Terus belok kanan... Dari sini Pasya ikutin jalannya" Kembali suasa hening muncul kepermukaan saat beliau selesai berucap.

Kembali aku menonton kendaraan berlalu-lalang dengan beragam model dan jenis, berbagai kecepatan kendaraan masing-masing orang yang berkendara. Sampai pada pertigaan dengan lampu lalulintas untuk kedua kalinya.

"Disini Pasya tinggal lurus aja" Ucap Om Hesa. Aku mengangguk singkat, Om hesa melakukan kendaraan dengan kecepatan sedang mengikuti jalanan lurus tanpa kelokan.

"Nah diperempatan jalan ini Pasya belok kiri ke selatan, tapi klakson dulu sebelum belok, takutnya ada kendaraan dari Utara, dari sini udah tau jalannya?"

"Tau, dari sini Pasya tau" Beberapa menit berkendara setelah melewati perempatan jalan tadi dan akhirnya kami sampai di sekolahku.

Om Hesa memasukkan mobilnya kedalam kompleks sekolah dan turun dari mobil bersama denganku, beliau memerintahkan agar aku diam sebentar diluar bersama Galang sedangkan beliau memasuki ruangan kantor sekolah.

Lalu beliau keluar dari sana bersama dengan Bapak kepala sekolah, aku memberi salamku dan setelah berpesan untuk semangat dan berpamitan baru Om Hesa dan Galang memasuki mobil dan pergi.

"Pasya kita ke ruang guru sebentar ya" Ucap bapak kepala sekolah yang aku jawab dengan anggukan.

TBC

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ASMARA LOKA : 𝐹𝑜𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑀𝑒 𝑁𝑜𝑡Where stories live. Discover now