⁰⁴

27 10 4
                                    

Aku tidak bisa sepenuhnya tertidur, sesekali aku akan terbangun, lalu berusaha melihat ke arah jam digital di nakas kamar Gandhi. Dan kembali tidur dikala merasa masih terlalu pagi untuk bangun.

Untuk yang kesekian kalinya aku terbangun, namun kali ini aku tidak mencoba untuk kembali tertidur. Melainkan, aku bangkit dari ranjang dan berkeliling sekitar ruangan ini.

Ruangan ini nampak sangat luas, mungkin karena masih banyak sisi yang kosong. Karena penasaran, aku berjalan menuju almari, kubuka almari itu dengan pelan agar tak menimbulkan suara. Ternyata, almarinya masih kosong, tak terisi apapun.

Merasa tak ada hal lain untuk dilihat, aku kembali menaiki ranjang. Dan aku terdiam mendengarkan kesunyian dan detak jantungku sendiri, lalu tak kusadari tangan ku memelintir selimut ranjang ku dan menggulung tubuhku dengannya.

Suhu diruangan ini dingin, sangking dinginnya membuat tubuhku sedikit mengigil.

Kriek....

Suara decitan ranjang terdengar dari ruangan sebelah, aku langsung berpura-pura tertidur.

Cklek....

Pintu kamar mandi dibuka, lalu aku mengangkat kepalaku mencoba melihat ke arah ranjang diruangan sebelah. Gandhi ternyata bangun dari tidurnya dan memasuki kamar mandi. Otakku ku langsung memerintahkan badan ku untuk bangun disaat itu juga.

Aku berjalan mengendap-endap dan dari balik tembok, aku mencoba mengintip kearah pintu kamar mandi diujung lorong. Aku ingin memastikan bahwa Gandhi benar-benar berada didalam kamar mandi, dan tersenyum simpul ketika melihat cahaya lampu kamar mandi menyala.

Dengan itu aku mulai mendekati pintu keluar dari kamar ini dan kuputar knop nya yang langsung menghadiahi ku dengan pemandangan Bi Tri yang tengah bersusah payah menyeret sekarung beras bersama Tante Desi.

"Eh!" Kagetku. Karena merasa tidak enak, aku memutuskan untuk ikut membantu walaupun tetap dengan cara menyeret karung beras itu.

"Pasya kenapa udah bangun?" Tanya Tante Desi.

"Saya nggak bisa tidur Tante" Tante Desi mendengus tersenyum. Beliau lalu beranjak menghidupkan kompor elektrik dan memulai kegiatan memasak sarapan.

Aku berdiri disisi meja mini bar dapur. Melihat Tante Desi dan Bi Tri yang memasak mengingatkan aku akan kejadian makan malam kemarin, yang dimana begitu memalukan dan aku merasa tak enak hati bahkan sampai sekarang, agar perasaan tak enak ku menghilang jadi kuputuskan untuk maju dan ikut membantu.

"Tante, saya boleh bantu ngga?"

Tante Desi mengiyakan, aku mengambil bagian yang termudah. Yaitu mengupas sayuran seperti wortel dan memotongnya lalu beralih ke beberapa buah-buahan.

Selanjutnya aku mengambil alih kegiatan mengaduk sup yang ada didalam panci agar Bi Tri melakukan pekerjaan yang lain dan sarapannya cepat selesai.
Kebanyakan pekerjaan memasak disini dilakukan oleh Bi Tri dan Tante Desi.

Disaat aku tidak diberikan pekerjaan maka aku akan pergi meminggir dan berdiri mematung sembari menjadi p penonton kegiatan memasak ini. Sampai sekitar pukul enam pagi Bi Tri dan Tante Desi baru beranjak untuk mengatur sarapannya di meja makan. Aku ikut membawa beberapa piring makanan dan menata nya di meja makan.

Saat itu juga Om Hesa keluar dari kamarnya dengan setelah seragam berwarna hijau yang sedikit gelap. Selanjutnya Tante Desi meminta pertolongan Bi Tri untuk membangunkan Isa dan mempersiapkan Galang untuk bersekolah.

Kedua bocah itu lalu keluar berjalan menuju meja makan. Galang terlihat sudah siap dengan seragam sekolah lalu Isa dengan mata yang tertutup dan muka bantalnya, sesekali mereka menguap dan menempatkan kepala mereka diatas kedua lengan yang dijadikan sebagai bantal diatas meja.

ASMARA LOKA : 𝐹𝑜𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑀𝑒 𝑁𝑜𝑡जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें