Sagita menatap Rieta yang nampak lesu. Mereka sedang duduk disebuah cafe, secangkir kopi diletakan didepan mereka masing-masing.
"Lo ada masalah apa sama Kevin? Gue enggak pernah liat dia sedingin itu sama Lo?" Tanya Sagita seraya menyesap coffe caramel kesukaannya. Ia menatap Rieta penasaran, menunggu gadis itu bicara.
Rieta menghela nafas, kemudian berkata " gue enggak ada masalah. Gue juga bingung, kenapa coba tiba-tiba dia dingin banget ke gue."
Rieta berpikir, mencoba mengingat kesalahan apa yang ia perbuat hingga membuat Kevin bersikap seperti itu.
"Apa mungkin karena Lo dekat sama Rafi," ujar Sagita.
"Maksud Lo?" Dahi Rieta mengerut bingung.
"Ya, maksud gue mungkin aja Kevin marah sama Lo karena Lo dekat sama Rafi. Secara kan mereka kayak musuh bebuyutan gitu, iya gak sih?"Sagita menjelaskan.
"Sejak kapan Kevin jadi kekanakan?"
Sagita mengangkat bahunya. Ia meletakkan telunjuknya di dagu, kembali memikirkan beberapa kemungkinan. Mata Sagita membola kala ia sampai pada sebuah pemikiran konyol.
"Kevin suka sama Lo, terus dia cemburu Lo dekat sama cowok lain makanya dia marah."
Rieta melotot pada Sagita, mana mungkin Kevin menyukainya.
"Gila lo. Gak mungkin lah, kita cuma sahabat." Ketus Rieta padahal jantung nya bedetak lebih cepat mendengar asumsi Sagita. Ia sedikit berharap bahwa itu benar. Bolehkan ia sedikit berharap Kevin menyukainya?
"Enggak ada yang gak mungkin, Ta. Kalian sahabatan udah lama, mustahil kalo salah satu diantara kalian gak ada perasaan,"
"Emang enggak. Kita cuma sahabat-"
"Lo cuma mengelak. Padahal gue juga tau kalau Lo suka sama Kevin. Ngaku lo!"
"Enggak. Gue gak suka Kevin,"kata Rieta menegaskan walau hatinya berkata lain.
Sagita tersenyum mengejek, memajukan wajahnya sedikit " kalau emang Lo gak suka sama Kevin coba Lo berhenti mikirin dia. Toh, dia cuma sahabat Lo, ntar juga balik lagi."
Rieta terdiam, benarkah ia menyukai Kevin? Benarkah ia sudah menyayangi Kevin lebih dari sekadar sahabat?
"Bisa gak?" Tanya Sagita tersenyum, melihat Rieta terdiam ia semakin melebarkan senyumnya "enggak bisa kan? Kevin bukan lagi sebagai sahabat dihati Lo, tetapi seseorang yang Lo inginkan."
*
Rieta sedang duduk dimeja belajar, tanganya sibuk mencoret-coret buku. Ia sedang memikirkan perkataan Sagita tadi.
"Masa iya gue suka sama Kevin," gumam Rieta.
"Arrggh!" Rieta mengusap wajahnya frustasi. Menyanderkan badannya ke sanderan kursi.
"Rieta! Ini ada makanan kesukaan kamu dibawain sama Kevin!" Teriak bunda dari luar kamar.
"Iya, Bun" Sahut Rieta. Seulas senyuman terbit diwajahnya mendengar nama Kevin.
Rieta bergegas turun kebawah, ia bisa melihat Kevin sedang duduk disofa keluarganya. Ia berjalan menghampiri cowok yang sedang memainkan ponselnya itu.
"Ya ampun, Kevin. Gue kira Lo beneran ngejauh dari gue" pekik Rieta mendudukkan diri disamping Kevin.
"Enggaklah, kan gue udah bilang kalau gue enggak bisa jauh sama Lo" kata Kevin mengusap lembut rambut Rieta. Ia merasa bersalah karena bersikap dingin pada Rieta. Karena sikapnya itu yang membuat Rafi semakin leluasa mendekat pada Rieta.
Kevin melihat semuanya, ia melihat Rieta menangis ditaman belakang ditemani Rafi. Emosinya menggelora kala melihat tangan cowok lain mengacak rambut Rieta. Gadis itu bahkan tidak menolaknya.
YOU ARE READING
LDR
RandomPada tahun ketiga di SMA, Kevin dan Rieta akhirnya pacaran. entah mereka sadar atau tidak status mereka yang lebih dari sahabat akan menciptakan luka dalam yang mungkin sulit disembuhkan bahkan dengan kehadiran orang baru sekalipun. Mungkin kala itu...
