part 2

5 6 1
                                        

Buk Aini menatap kelima murid itu tajam. Rieta masih terlihat santai, orang dia enggak salah. Aurel dan Sagita masih saling melemparkan tatapan kebencian.
Sementara itu Sania dan Fitri sibuk berbisik, membicarakan betapa seramnya guru BK mereka ketika sedang marah.

"Duh, buk Aini serem ya?" Ringis Sania pelan. Fitri mengangguk setuju.

"Sama kayak Aurel" celetuk Rieta sedikit keras. Aurel langsung melirik sinis kearahnya.

"Emangnya gue kayak Apa? Ini gara-gara lo. Seharusnya sekarang gue nonton Kevin renang bukan berada disini sama orang aneh kayak lo. " Delik Aurel. Kebenciannya pada Rieta semakin bertambah.

"Salah gue?" Rieta menunjuk dirinya, kemudian mendengus " Salah lo kali. Yang seharusnya ada disana tuh gue. Kevin lebih butuh gue daripada lo secara kan gue sahabatnya."

" Sahabat itu tau batasnya."

"Emang gue ngapain sama Kevin? Enggak ada kan? Lo nya aja yang iri. Kasihan banget sih enggak bisa dekat sama Kevin" ejek Rieta.

"Heh, jaga ya mulut lo-"

BRAKKK!

Buk Aini menggebrak meja di depannya. Matanya mendelik marah pada Aurel dan Rieta.

Kedua gadis itu masih saling senggol sebagai artian  urusan mereka yang belum selesai. Aurel menginjak kaki Rieta yang dibalas Rieta lebih keras.

"Awh" pekik Aurel, kakinya terasa sakit.

"DIAM!" Bentak buk Aini dengan emosi yang memuncak. Dadanya naik turun menahan emosi. Matanya mendelik penuh amarah.

"Kalian ini pelajar, seharusnya kalian bisa bersikap seperti pelajar. Tapi, ini apa? Kalian tidak ada sama sekali menunjukkan bagaimana seharusnya seorang pelajar bersikap," Buk Aini menatap mereka satu persatu, kemudian melanjutkan " kalian berkelahi di saat perlombaan sedang berlangsung. Banyak tamu yang datang ke sekolah kita. Banyak pasang mata yang melihat. Kalian sudah mencoreng nama baik sekolah. Sekolah elit tapi kelakuan muridnya seperti preman."

Buk Aini melipat tangannya di depan dada. Ia sudah lelah dan bosan mengurus mereka berlima yang terus saja bertengkar. Sudah menjadi kegiatan wajib mereka membuat masalah setiap kali bertemu.

"Dia yang mulai duluan buk" kata Aurel melirik Sagita.

"Eh, nenek lampir, gue enggak akan cari masalah kalau Lo enggak buat masalah duluan." Sagita balas mendelik.

"Jangan saling menyalahkan. Karena kalian sudah membuat kekacauan maka saya akan memberi kalian hukuman. Silahkan dibersihkan seluruh kamar mandi, kalian belum boleh pulang jika belum bersih." Kata buk Aini membuat keputusan final, ia memberi isyarat mereka untuk diam ketika Rieta akan protes. Ia menunjuk pintu keluar dengan dagunya, sudah pusing dengan kelima berandal SMA 2 Nusa itu.

*

"Astaga! Ya Allah, gini amat nasib gue. Gue enggak ngapa-ngapain di hukum juga. Ish, kesal banget deh." Gerutu Rieta, mulutnya mengerucut kesal. Tangannya sibuk mengepel lantai kamar mandi.

Rieta dan Sagita memilih membersihkan kamar mandi yang ada di lantai dua. Sagita memutuskan secara sepihak bahwa kamar  mandi wanita sebagai area yang harus ia bersihkan. Setelah perdebatan yang cukup panjang, Rieta akhirnya mengalah.

Dengan terpaksa Rieta berada di kamar mandi pria yang bau nya nauzubillah. Bahkan gadis itu memakai masker agar bisa mengurangi bau tak sedap yang sedari tadi menusuk hidungnya.

"Eh, Lo ngapain disini?" Suara seseorang membuat Rieta Terlonjak kaget. Seorang cowok masuk ke sana, ia menatap heran pada Rieta.

" Lo buta ya? Ini gue lagi ngepel, masa Lo gak lihat" Dengus Rieta menoleh kebelakang. Disana seorang cowok berpakaian rapi berdiri dengan gaya cool-nya

"Hmm" cowok itu mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian menatap Rieta intens "maksud gue kenapa Lo ngepel nya di kamar mandi cowok? Gimana kalau yang masuk cowok yang ada niat jahat sama lo?"

"Ya, Lo tanya aja sama buk Aini. Dia tuh yang nyuruh"

"Di hukum toh" cowok terkekeh. Menurutnya wajah kesal Rieta itu sangat lucu.

"Daripada Lo cuma berdiri, terus cerocosin gue. Mending lo bantu gue deh" kata Rieta.

"Nama gue Rafi" bukannya membantu cowok itu malah menyodorkan tangannya.

"Rafi?" Rieta mengehentikan aktivitasnya, melirik sekilas name tag Rafi. Kemudian ia memicingkan mata, mencoba mengingat seseorang dengan nama tersebut. Nama itu sangat familiar di telinganya.

Mata Rieta seketika membola, kala ia mengingat siapa cowok  itu. Nama lengkap cowok itu Rafi Ardian Saputra, ia adalah ketua OSIS SMA 2 Nusa. Ia termasuk cowok most wanted di sekolah. Ia juga saingan Kevin dalam akademik maupun non akademik.

"Nama lo?" Tanya Rafi ketika Rieta tidak kunjung membalas uluran tangannya.

" Rieta" jawab Rieta singkat kemudian kembali melanjutkan hukumannya.

Rafi ikut membantu Rieta, ia mengambil alih pel dari tangan Rieta.

"Lo istirahat dulu" kata Rafi membuat senyuman Rieta mengembang. Dia kebetulan memang sudah lelah.

"Wah, makasih lho. Gue keluar bentar ya?"

"Iya, tunggu aja di luar"Rafi mengangguk.

Rieta duduk di bangku panjang tidak jauh dari WC. Ia memainkan ponsel sambil menunggu Sagita dan Rafi selesai.

"Akhirnya bisa menghirup udara segar" Rieta menghirup udara disekitarnya dengan rakus. Menikmati dengan memejamkan mata.

"Kemana aja Lo?" Tanya Kevin tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Udah selesai aja, Vin? Capek enggak? Sini gue pijitin" Rieta menatap Kevin antusias, tangannya memeriksa wajah dan badan Kevin. Seperti seorang ibu yang takut anaknya lecet sehabis bermain.

Kevin terkekeh melihat tingkah Rieta yang menurutnya lucu. Perasaan nya menghangat kala gadis itu khawatir.

"Enggak kok. Gue kan kuat" kata Kevin.

"Dih, songong lu. Nasi gorengnya udah dimakan?"

"Belum. Gue mau makan Sama lo. Makanya gue cariin. Lo tadi kemana sih? Kenapa gak nonton gue renang?" Kevin kembali mengulang pertanyaan nya.

"Gue di hukum, Vin." Jawab Rieta lesu.

Kevin mengelus lembut rambut Rieta " disuruh ngapain?"

" Bersihin kamar mandi" Rieta menunduk menyembunyikan pipinya yang merona. Ia tersipu dengan perlakuan lembut Kevin padahal itu hal yang biasa dilakukan cowok itu. Namun sekarang berdekatan dengan Kevin membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

"Yee, gue bantuin malah sibuk pacaran" gerutu Rafi yang baru saja keluar.

Mata Kevin memicing tak suka melihat Rafi datang.

"Siapa juga yang pacaran. Gue sama Kevin enggak pacaran." Tegas Rieta.

"Baguslah. Lo juga enggak cocok sama cowok modelan begitu"ujar Rafi memancing emosi Kevin.

"Lo laper kan, Ta? Ayok makan" ajak Kevin menggenggam tangan Rieta sedikit posesif. Ia mengabaikan Rafi.

"Yaudah, makasih Raf"kata Rieta sambil berlalu bersama Kevin.

"Yoi" sahut Rafi juga berbalik pergi berlawanan arah dari Rieta.

"Sagita udah selesai belum ya?" Gumam Rieta celingukan kearah toilet wanita. Melihat apakah ada tanda-tanda sahabatnya itu akan keluar dari sana.

"Dia udah di kantin bareng Angga" Sahut Kevin.

"Ish, gue di tinggalin sama tuh curut. Dia mah enak pacaran di kantin"gerutu Rieta, ia menendang kesal lantai.

"Lo juga mau punya pacar? Sini pacaran sama gue?" Kevin mengedipkan sebelah matanya.

"Apasih, Vin." Rieta mempercepat langkahnya. Ia tidak mau Kevin tahu ia sedang gugup. Ia sedikit berlari meninggalkan Kevin jauh dibelakang.

"Tungguin gue"teriak Kevin kemudian terbahak  karena berhasil menggoda Rieta.

                              ***

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang