Dalem | part 15

4.5K 389 24
                                    

Pekerjaan saya berantakan, sama berantakannya dengan badan saya dan hati saya. Seminggu sudah dek Ratih menghilang, dan saya nyaris gila.

Ibu mertua saya menangis meraung mendengar anak semata wayangnya menghilang.

Saya sangat ketakutan, saya takut dek Ratih terjadi sesuatu. Setiap hari saya bagaikan orang linglung.

Berapa kali saya tidak mandi?
Biasanya dek Ratih akan menyiapkan pakaian saya jika saya mandi. Biasanya ada kopi setiap pagi, kopinya tetap ada. Disediakan oleh pelayan. Tapi rasanya hambar, tidak seenak buatan dek Ratih. Ah, saya sangat merindukannya.

Saya sudah berusaha mencarinya kemana -mana. Termasuk mencari ke rumah teman - teman dek Ratih dulu. Menyusuri jalan, bahkan hotel - hotel pinggir jalan. Motel - motel tak luput dari pencarian saya. Seluruh anak buah saya, semuanya saya kerahkan untuk mencari dek Ratih.

Seminggu tanpa dek Ratih membuat saya gila, kalian tahu?

Seminggu bahkan saya tidak kepikiran seks sama sekali. Tidak pernah terlintas di benak saya. Semuanya berisi dek Ratih, kesayangan saya. Majikan junjungan marco.

Setiap pulang kerja, saya mendekam dikamar. Bahkan bekas percintaan kami tak pernah dibereskan. Siapapun saya larang membenahi kamar kami.

Bau dek Ratih bahkan masih tercium jelas di kamar ini. Aroma khas dek Ratih masih terngiang di sini.

"Apa istri kamu kabur, apa yang kamu lakukan?"

Saya menatap mommy ragu, benarkah dek Ratih kabur? Tapi seharusnya dengan kemampuan saya, dia tidak akan lama menghilang. Belum 24 jam pasti sudah saya temukan.

"Apa maksud mom?" Tanya saya berusaha untuk menjaga intonasi agar tidak ketus dan meninggikan suara.

"Ya, bisa jadikan? Kesalahan apa yang kamu lakukan sampai istri kamu kabur?" Tanya mommy tajam.

Saya menatapnya tajam, saya yakin pasti mommy dan daddy adalah dalang dibalik hilangnya dek Ratih.

Tapi, kenapa orang tua dek Ratih menangis keras kemarin? Bahkan sampai pingsan.

Saya yakin, ada seseorang dibalik menghilangnya dek Ratih. Seseorang yang memiliki power besar. Jika tidak, saya jamin belum 24 jam istri kesayangan saya pasti ketemu.

Tapi siapa?

Saya menatap tajam si tua bangka di depan saya ini. Saya yakin, mereka tahu dimana dek Ratih.

"Kemana kalian menyembunyikan istri saya?" Tanya saya tajam.

"Mommy dan daddy tidak tahu. Jelas kamu suaminya," ketus mommy. Mommy terlihat gelisah, saya tahu gelagatnya saat tidak nyaman.

Saya menatap mommy tajam. Untung saja tidak ada daddy, saya bisa mencari tahu dengan leluasa.

"Mom tau siapa saya. Bahkan saya tidak takut menghilangkan nyawa. Satu atau dua orang saja tidak akan membuat saya takut," ujar saya tajam sembari menatapnya bengis.

"Mak- maksud kamu mengancam mommy? Ibu kandung sendiri? Kamu gila!" Teriak mommy murka.

"Saya bilang, saya akan membunuh siapa saja yang membuat dek Ratih menghilang. Siapa saja! Jika tidak segera kalian kembalikan dek Ratih, jangan salahkan saya bertindak kejam," kata saya murka.

"Theo! Jangan mencoba mengancam mommy!" Teriak mommy keras dengan mata berkaca - kaca.

Saya tertawa keras, saya yakin si tua bangka ini adalah dalang dari menghilangnya dek Ratih.

"Yang gila saya atau kalian?! Saya nyaris gila kelimpungan mencari dek Ratih! Berapa hari saya tidak makan! Saya tidak tidur! Saya bahkan tidak mandi! Saya masuk rumah sakit! Dan kalian sembunyikan dek Ratih?!" Teriak saya murka.

"Praaang!!!!"

Saya membanting apa saja yang di depan saya. Rasanya saya ingin membunuh siapa saja.

"Bangsaaaaat!!!!!"

Teriak saya keras, saya menatap garang pada semua yang ada disini. Saya melihat jelas wajah - wajah ketakutan mereka.

Dengan mencengkram meja di depan saya, saya menatap tajam mommy.

"Dimana dek Ratih?" Tanya saya tajam.

"Mommy tidak tahu," jawabnya pelan nyaris tidak terdengar.

"Blaaak"

Saya membanting meja di depan saya, nyaris mengenai mommy. Dan jelas mengenai beberapa anak buah saya.

"Aaah!!!" Teriak mommy keras.

Semua pecahan kaca berhamburan. Saya menatapnya bengis, saya bersumpah akan menghancurkan siapa saja yang berusaha memisahkan saya dengan dek Ratih.

"Mommy benar - benar tidak tahu. Apa kamu pikir mom akan menyembunyikan istrimu, sedangkan orang tuanya menangis mencari anaknya?" Kata mommy dengan suara bergetar.

Saya diam, rasanya ingin membunuh siapa saja. Saya benar - benar marah, dek Ratih menghilang tanpa jejak. Kemana dia?

Saya luruh dilantai dan hanya bisa menangis tersedu. Bangsat! Hanya dek Ratih yang bisa membuat saya gila. Bahkan rasanya sudah kehilangan harga diri.

"Dimana kamu dek?" Bisik saya lirih. Tanpa sadar air mata saya sudah keluar, saya menangis tergugu.

Rasanya kosong, dada saya sangat sesak. Saya tidak bisa tanpa dek Ratih.

Saya ketakutan setengah mati, bagaimana dek Ratih di luar sana?

Porsi makan dek Ratih sangat banyak, apa diluar sana dia makan dengan baik?

Apa makanan yang dia makan disana bergizi?


"Dek Ratih tidak bisa makan jika bukan sisa makanan saya mom"

"Dek Ratih tidak bisa tidur kalau punggungnya belum saya usap - usap, mom," bisik saya lirih.

Mommy memelukku erat sembari menangis sesegukan.

"Nanti ketemu, pasti ketemu. Kamu sabar, jangan berbuat aneh - aneh lagi," kata mommy dengan suara bergetar.

"Dia marah ya mom?"

Rasanya sangat sesak, saya sangat takut jika nanti dek Ratih pergi meninggalkan saya.

Saya takut, terjadi hal buruk pada dek Ratih di luar sana. Dia seperti nyawa saya. Saya benar - benar bisa gila jika tidak ada dek Ratih.

Senyumnya, cemberutnya, tatapan matanya, masih jelas di pelupuk mata saya.

Bagaimana dek Ratih memeluk saya sembari menangis tergugu.

Bagaimana lenguhan dek Ratih, beringasnya dek Ratih malam itu. Bagaimana malam itu dek Ratih memimpin. Lalu, tiba - tiba terlintas bagaimana dek Ratih memeluk saya sembari menangis dan berulang - ulang mengatakan "love you, mas...."

Tuhan, seharusnya saya sadar bagaimana tatapan sendunya malam itu.

"Apa dek Ratih benar - benar pergi meninggalkan saya mom?" Bisik saya lirih.

"Kamu merasa telah berbuat salah?" Tanya mommy.

Lagi- lagi saya hanya bisa menyesal, sangat menyesal sampai rasanya sesak di dada saya semakin mencekik.

Seandainya saya menyadari dari awal, seandainya saya lebih mengerti arti tatapan dek Ratih malam itu.

Rasanya saya ingin memaki, tapi entah saya harus memaki siapa.
Ingin marah, tapi tidak tahu harus marah pada siapa.

"Saya salah mom,"

"Iya, jangan ulangi apapun kesalahan kamu. Kita cari istrimu, ya," bujuk mommy sembari mengelus pundakku .

Aku kembali menangis, meraung di pelukan mommy. Aku bahkan tidak seperti sini saat grandma meninggal dulu. Padahal grandma sangat dekat denganku.

Rasanya mau mati saja mrmbayangkan dek Ratih tidak kembali.

Rasanya nyaris mati saat membayangkan dek Ratih terkena bahaya di luar sana.

Ada ribuan bahkan jutaan musuh saya yang siap menikam dek Ratih di luar sana. Mereka semua tahu, bagaimana saya cinta mati dengan dek Ratih. Mereka tahu, dek Ratih adalah nyawa saya.

Tuhan, bagaimana nasib dek Ratih diluar sana??


DALEMWhere stories live. Discover now